Rima Melati
Marjolien Tambajong, (EYD: Maryolien Tambayong, lahir 22 Agustus 1939) yang lebih dikenal dengan Rima Melati adalah seorang model, pemeran dan penyanyi Indonesia keturunan Belanda dan Minahasa, Sulawesi Utara. Ia telah menerima banyak penghargaan, termasuk nominasi untuk enam Piala Citra Festival Film Indonesia dan memenangkan satu diantaranya lewat perannya di film Intan Berduri.
Rima Melati | |
---|---|
Lahir | Marjolien Tambajong 22 Agustus 1939 Tondano, Hindia Belanda |
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | Rima Melati |
Pekerjaan | |
Tahun aktif | 1958–sekarang |
Suami/istri | |
Anak | 2 |
Biografi
Nama Rima Melati sebenarnya merupakan pemberian Soekarno. Sekitar awal 1960-an Bung Karno suka mengganti nama orang yang dikenalnya, yang dirasa kebarat-baratan. Nama asli Rima, Marjolien Tambajong, dengan panggilan Lientje, memang pernah dikatakan kebarat-baratan oleh Bung Karno.
Rima pernah meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 1973 kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama. Pada kesempatan lain Rima pernah juga dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik di beberapa Festival Film Indonesia yaitu dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta, (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989). Selain itu Pada ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima meraih penghargaan Best Supporting Actress dalam film Ungu Violet.
Rima juga sempat aktif berperan dalam sinetron seperti Wulan (RCTI), Kabut Sutera Ungu (Indosiar), Nyonya Nyonya Sosialita/Laba-Laba Cinta (Indosiar) dan Candy (RCTI). Selain itu Rima juga dikenal sebagai sutradara televisi yang salah satu karyanya adalah Api Cinta Antonio Blanco.
Kehidupan awal
Rima lahir di Tondano, Sulawesi Utara pada 22 Agustus 1939 dengan nama asli Marjolien Tambajong atau Lientje Tambajong. Ibunya, Non Kawilarang adalah seorang perancang dan perintis dunia mode Indonesia.[1]
Ketika di bangku SD Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Rima pernah satu kelas dengan mantan Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid.[2]
Nama Rima Melati, diperoleh dari pemberian Presiden Soekarno. Saat itu, sekitar awal 1960-an Bung Karno sering mengganti nama orang yang dirasa kebarat-baratan.[3][4][5] Selain itu, nama Rima sebenarnya akan diberikan Lientje kepada anak yang sedang dikandungnya. Pada saat itu Marjolien yang sedang mengandung anak kedua, ingin memberi nama Rima kepada si anak jika perempuan. Ia diilhami tokoh Rima the Bad Girl dalam film Green Mansions (1959) yang diperani Audrey Hepburn. Sayang, janin itu meninggal sebelum dilahirkan. Lientje yang terpukul, menceritakan peristiwa itu kepada Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama Rima, dikombinasi dengan "Melati".[6]
Karier
Rima sempat menjadi personel grup penyanyi wanita terkemuka pada 1960-an, Baby Dolls, yang terdiri atas Rima, Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak.[7]
Rima memulai akting sebagai pemeran utama dalam film Kasih Tak Sampai pada tahun 1961.[7] Selama dua tahun berikutnya dia berakting dalam sepuluh film, termasuk Djantung Hati (1961), Violetta (1962), dan Kartika Aju (1963).[8] Dia juga tampil beberapa kali di stasiun televisi TVRI.[3] Setelah menyelesaikan perannya dalam film Kunanti Jawabmu (1963), Rima mengambil cuti dari dunia akting;[7] Ensiklopedia Jakarta menghubungkan hal ini dengan dia yang telah menikah lagi.[3]
Melati kembali ke layar perak pada tahun 1969, setelah menikah dengan Ir. Herwindo, dengan perannya dalam film Wim Umboh bertajuk Laki-Laki Tak Bernama.[3] Selama dua puluh tahun berikutnya ia muncul di lebih dari tujuh puluh film, termasuk debut sutradara Teguh Karya Wadjah Seorang Laki-Laki (1971), debut sutradara Sjumandjaja Lewat Tengah Malam (1971), dan film kolaborasi Indonesia–Belanda Max Havelaar (1975).[7]
Rima menerima penghargaan Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1973 dalam kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama.[9]
Pada kesempatan lain Rima pernah juga dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta, (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989). Selain itu Pada ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima meraih penghargaan Best Supporting Actress dalam film Ungu Violet.[7]
Pada tahun 1989, tak lama setelah syuting Sesaat dalam Pelukan,[7] Rima didiagnosis dengan kanker payudara Stadium 3B. Ia menjalani perawatan selama satu setengah tahun, bepergian ke Belanda karena ahli bedah Indonesia tidak dapat melakukan mastektomi parsial.[10] Dia tidak kembali bermain film sampai tahun 1994, ketika dia muncul di Sesal. Disutradarai oleh rekannya Sophan Sophiaan,[7] film ini dibintangi Sophiaan sebagai sastrawan yang tak mampu mendampingi istrinya yang diperankan oleh Widyawati, menjelang ajalnya.[11] Pada 1997 Rima menyutradarai serial televisinya Api Cinta Antonio Blanco (1997), berdasarkan kisah hidup Antonio Blanco, seorang pelukis Spanyol-Amerika yang menetap di Bali.[7]
Rima telah membuat beberapa film setelah pergantian milenium, termasuk Banyu Biru (2004) dan Ungu Violet (2005). Hingga 2016[update], film fitur terbarunya adalah Ayah, Mengapa Aku Berbeda? (2011).[8] Dalam sebuah wawancara tahun 2012, dia menyatakan bahwa dia tidak berniat kembali ke film atau televisi.[10] Dia terus berlanjut sebagai perancang busana,[4] dan telah mengkampanyekan kesadaran kanker payudara melalui Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta.[10]
Aktivitas sosial
Rima aktif di Yayasan Indonesia Tanpa Tembakau (YITT). Ia pernah mendapat penghargaan dari WHO berupa Award No Tobaco Day karena usahanya dalam kampanye antirokok. Menurut Kepala Perwakilan WHO di Indonesia, George Petterson, Rima terpilih sebagai satu-satunya orang Indonesia dari 10 warga dunia yang pada tahun 2006 mendapat piala penghargaan dari WHO. Rima Melati mulai merokok pada umur 16 tahun karena pengaruh lingkungan dan tontonan. Rima berhenti merokok pada 1989 setelah kerak tar dan nikotin dalam tubuhnya menimbulkan kanker pada usus dan payudara.[1]
Kehidupan pribadi
Rima menikah dengan aktor Frans Tumbuan pada 3 Desember 1973. Frans dan Rima ternyata sudah dijodohkan sejak berusia masih satu tahun. Dari pernikahan keduanya Frans dan Rima memiliki tujuh orang anak. Selama 42 tahun menjadi suami-istri, cinta mereka pun dipisahkan oleh maut yang menjemput Frans pada 23 Maret 2015.[12]
Filmografi
Film
Dalam perjalanan karirnya yang telah berlangsung lebih dari lima dekade, Rima telah tampil di hampir seratus film.[8] Ia juga menyutradarai Api Cinta Antonio Blanco (1997), yang dirilis di bioskop sebagai dua film terpisah: Blanco, the Colour of Love (1997) dan Bali Forever (2007).[7]
- Djuara Sepatu Roda (1958)
- Amor dan Humor (1961)
- Djantung Hati (1961)
- Darmawisata (1961)
- Kasih Tak Sampai (1961)
- Notaris Sulami (1961)
- Violetta (1962)
- Bermalam di Solo (1962)
- Hadiah 2.000.000 (1962)
- Ballada Kota Besar (1963)
- Kartika Aju (1963)
- Penjeberangan (1963)
- Big Village (1969)
- Laki-laki Tak Bernama (1969)
- Dan Bunga-bunga Berguguran (1970)
- Noda Tak Berampun (1970)
- Bengawan Solo (River of Love) (1971)
- Biarlah Aku Pergi (1971)
- Lewat Tengah Malam (1971)
- Jang Djatuh Dikaki Lelaki (1971)
- Kekasihku Ibuku (1971)
- Rakit (1971)
- Rina (1971)
- Wadjah Seorang Laki-Laki (1971)
- Mama (1972)
- Salah Asuhan (1972)
- Dosa Siapa (1972)
- Intan Berduri (1972)
- Tjintaku Djauh Dipulau (1972)
- Ayah (1973)
- Bapak Kawin Lagi (1973)
- Takdir (1973)
- Ali Baba (1974)
- Anak Bintang (1974)
- Perawan Malam (1974)
- Susana (1974)
- Gaun Pengantin (1974)
- Max Havelaar (Saijah dan Adinda) (1975)
- Widuri Kekasihku (1976)
- Wajah Tiga Perempuan (1976)
- Pinangan (1976)
- Bulu-Bulu Cendrawasih (1978)
- Kabut Sutra Ungu (1979)
- Busana dalam Mimpi (1980)
- Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi (1980)
- Tali Merah Perkawinan (1981)
- Bukan Impian Semusim (1981)
- Jangan Ambil Nyawaku (1981)
- Detik-detik Cinta Menyentuh (1981)
- Sekuntum Mawar Putih (1981)
- Perkawinan 83 (1982)
- Di Balik Kelambu (1982)
- Kupu-kupu Putih (1983)
- Rahasia Buronan (1983)
- Kembang Kertas (1984)
- Tinggal Landas Buat Kekasih (1984)
- Bercinta dalam Badai (1984)
- Saat-Saat yang Indah (1984)
- Serpihan Mutiara Retak (1985)
- Damai Kami Sepanjang Hari (1985)
- Romantika (Galau Remaja di SMA) (1985)
- Pondok Cinta (1985)
- Kulihat Cinta di Matanya (1985)
- Kidung Cinta (1985)
- Matahari-Matahari (1985)
- Melintas Badai (1985)
- Merpati Tak Pernah Ingkar Janji (1986)
- Telaga Air Mata (1986)
- Secawan Anggur Kebimbangan (1986)
- Biarkan Bulan Itu (1986)
- Di Balik Dinding Kelabu (1986)
- Pengantin Baru (1986)
- Ayahku (1987)
- Kecil-kecil Jadi Pengantin (1987)
- Cintaku di Rumah Susun (1987)
- Aku Benci Kamu (1987)
- Arini (Masih Ada Kereta yang Akan Lewat) (1987)
- Setegar Gunung Batu (1988)
- Harga Sebuah Kejujuran (1988)
- Seputih Kasih Semerah Luka (1988)
- Ayu dan Ayu (1988)
- Arini II (Biarkan Kereta Api Itu Lewat) (1988)
- Sesaat dalam Pelukan (1989)
- Kanan Kiri OK (1989)
- Dua dari Tiga Laki-laki (1989)
- Kristal-kristal Cinta (1989)
- Lupus III (Topi-topi Centil) (1989)
- Kanan Kiri OK II (1989)
- Sesal (1994)
- Cinta Silver (2004)
- Banyu Biru (2004)
- Ungu Violet (2005)
- Saus Kacang (2008)
- Bebek Belur (2010)
- Satu Jam Saja (2010)
- Senggol Bacok (2010)
- Ayah, Mengapa Aku Berbeda? (2011)
- Senjakala di Manado (2016)
Televisi
Sinetron
- Cinta Tak Pernah Salah
- Istana Impian
- Mentari Di Balik Awan
- Kesucian Prasasti
- Kabut Sutra Ungu
- Wulan
- Nyonya-Nyonya Sosialita/Laba-Laba Cinta
- Candy
- Safira
- Alisa
- Lia
- Buku Harian Nayla: 8 Tahun Kemudian
Film televisi (FTV)
- 23 Cinta Hanya Satu Yang Kupilih (2014)
Kontroversi
Rima dua kali menjabat menjadi juri Festival Film Indonesia, di mana FFI nya 'bermasalah'. Pertama, FFI 2006 yang memberikan penghargaan film terbaik untuk film Ekskul, dan menuai protes dari banyak kalangan. Kedua, FFI 2010, di mana ia menjadi salah satu anggota juri yang dipecat Panitia FFI karena memasukkan film Sang Pencerah untuk dinilai, padahal tidak lolos seleksi.
Nominasi dan penghargaan
Penghargaan | Tahun | Kategori | Karya yang dinominasikan | Hasil |
---|---|---|---|---|
Festival Film Indonesia | 1973 | Pemeran Utama Wanita Terbaik | Menang | |
1984 | Pemeran Pendukung Wanita Terbaik | Nominasi | ||
1985 | Nominasi | |||
1986 | Nominasi | |||
1987 | Nominasi | |||
1989 | Nominasi |
Referensi
- Catatan kaki
- ^ Lompat ke: a b "Profil Rima Melati". Kapanlagi.com. Diakses tanggal 31 Januari 2021.
- ^ "Bung Karno di Mata Wanita" Diarsipkan 2007-02-08 di Wayback Machine., Intisari, Mei 2001
- ^ Lompat ke: a b c d JCG, Rima Melati.
- ^ Lompat ke: a b Novanda 2016.
- ^ Apa Siapa 1999, hlm. 364.
- ^ Novanda, Regina (5 Maret 2016). "Ternyata Nama Rima Melati Merupakan Pemberian Presiden Soekarno". Fimela.com. Diakses tanggal 31 Januari 2021.
- ^ Lompat ke: a b c d e f g h i Filmindonesia.or.id, Marjolien Tambajong.
- ^ Lompat ke: a b c Filmindonesia.or.id, Filmography.
- ^ Filmindonesia.or.id, Awards.
- ^ Lompat ke: a b c Siregar 2012.
- ^ Kristanto 2007, hlm. 385.
- ^ Saputra, Rizky Aditya (24 Maret 2015). "Frans Tumbuan dan Rima Melati Dijodohkan Sejak Usia 1 Tahun". Liputan6.com. Diakses tanggal 31 Januari 2015.
- Daftar pustaka
- Apa Siapa Orang Film Indonesia [What and Who: Film Figures in Indonesia] (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Indonesian Ministry of Information. 1999. OCLC 44427179.
- Dewi, Sita W. (5 May 2014). "Regulars Bid Farewell to Jakarta's Oldest Bar". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 29 June 2016.
- Kristanto, JB, ed. (2007). Katalog Film Indonesia 1926–2007. Jakarta: Nalar. ISBN 978-979-26-9006-4.
- "Marjolien Tambajong" [Marjolien Tambajong]. filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 29 June 2016.
- "Marjolien Tambajong – Filmografi" [Marjolien Tambajong – Filmography]. filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 29 June 2016.
- "Marjolien Tambajong – Penghargaan" [Marjolien Tambajong – Awards]. filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 29 June 2016.
- Novanda, Regina (5 March 2016). "Nama Rima Melati Adalah Pemberian Soekarno" [The Name Rima Melati Was Given by Soekarno]. Bintang (dalam bahasa Indonesian). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 29 June 2016.
- "Rima Melati". Ensiklopedi Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 29 June 2016.
- Simanjuntak, Tertiani ZB (24 March 2015). "Obituary: Actor, Restaurateur Frans Tumbuan Dies at 76". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 29 June 2016.
- Siregar, Lisa (21 September 2012). "Rima Melati Has a Story Of Celebrity, And Survival". The Jakarta Globe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 29 June 2016.
Pranala luar
- Rima Melati di IMDb (dalam bahasa Inggris)
Penghargaan dan prestasi | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mieke Widjaja Film : Gadis Kerudung Putih (1967) |
Pemeran Utama Wanita Terbaik (Festival Film Indonesia) Film : Intan Berduri (1973) |
Diteruskan oleh: Lenny Marlina Film : Rio Anakku (1974) |