Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus. Jenis gerak ini disebut juga sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang dibedakan dengan ada dan tidaknya percepatan.

Perpindahan setiap titik gambar atau spasi dengan jumlah yang sama ke arah tertentu.
Kesejajaran antara pantulan bentuk merah terhadap sumbu pertama, diikuti dengan pantulan bentuk hijau terhadap sumbu kedua, akan menghasilkan gerak total yang merupakan penjabaran bentuk merah ke posisi bentuk biru.
Grafik antiturunan dari fungsi f (x) = 3x2 - 2, merupakan gerak lurus yang vertikal satu sama lain.

Jenis-jenis

Gerak lurus beraturan

Gerak lurus beraturan adalah gerak lurus dengan kecepatan yang tetap.[1] Percepatan di dalam gerak lurus beraturan sama dengan nol.[2] dikarenakan tidak adanya percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.

Persamaan yang digunakan pada GLB adalah sebagai berikut:  

Keterangan : s adalah jarak atau perpindahan (m)

v adalah kelajuan atau kecepatan (m/s)

t adalah waktu yang dibutuhkan (s)

 

dengan arti dan satuan dalam SI:

  • s = jarak tempuh (m)
  • v = kecepatan (m/s)
  • t = waktu (s)

Gerak lurus berubah beraturan

Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak lurus suatu objek dengan kecepatan perubahan yang tetap terhadap waktu. Terdapat dua jenis gerak lurus berubah beraturan yaitu gerak lurus berubah beraturan dipercepat dan gerak lurus berubah beraturan diperlambat.[3] Akibat adanya percepatan yang tetap, rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik.

 

dengan arti dan satuan dalam SI:

  • v0 = kecepatan mula-mula (m/s)
  • a = percepatan (m/s2)
  • t = waktu (s)
  • s = Jarak tempuh/perpindahan (m)


Alat bantu pengamatan

Pesawat Atwood

Pesawat Atwood tersusun dari sebuah katrol dan tali yang digunakan untuk menggantung dua buah beban. Pengamatan yang diperoleh berupa gerak lurus dengan bermacam-macam percepatan.[4] Pesawat Atwood digunakan untuk membuat pengamatan gerak lurus dengan kecepatan tetap, gerak lurus dengan percepatan tetap, dan gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan yang dapat diatur nilainya. Penggunaan pesawat Atwood hanya untuk benda yang bergerak lambat. Pesawat Atwood menghasilkan percepatan dan kecepatan dengan menentukan massa beban yang digantung pada dua sisi tali. Gerak lambat diperoleh dengan memberikan dua benda dengan selisih massa yang sangat kecil. Sedangkan gaya yang lebih cepat diperoleh dengan memperbesar selisih massa antara kedua benda yang digantung.[5]

Massa tali dapat diabaikan karena nilainya yang sangat kecil dibandingkan dengan massa kedua benda yang digantung. Pengabaian massa tali membuat massa katrol juga diabaikan. Selisih massa antara dua benda diketahui melalui asumsi adanya pergerakan ke atas pada salah satu benda dan pergerakan ke bawah pada benda yang satunya. Percepatan yang dihasilkan oleh kedua benda adalah sama karena berada pada tali yang sama.[4] Pesawat Atwood sangat sesuai untuk digunakan pada pengamatan dan pengukuran gerak lurus berubah beraturan.[6]

Fenomena alam

Cahaya

Cahaya selalu bergerak lurus. Pembelokan yang teramati pada cahaya merupakan bias penglihatan mata. Pengamatan cahaya yang mengalami pembelokan juga hanya terjadi pada saat cahaya merambat melalui medium berkekerapan rendah menuju medium berkekerapan tinggi, seperti dari udara ke air.[7]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Nurlina dan Riskawati 2017, hlm. 30.
  2. ^ Nurlina dan Riskawati 2017, hlm. 31.
  3. ^ Banawi, Anasufi (2013). Fisika Dasar I (PDF). Makassar: Dua Satu Press. hlm. 22. ISBN 978-602-1664-05-6. 
  4. ^ a b Abdullah 2016, hlm. 262.
  5. ^ Abdullah 2016, hlm. 261.
  6. ^ Abdullah 2016, hlm. 264.
  7. ^ Halim, A., dan Herliana, F. (2020). Pengantar Fisika Kuantum. Banda Aceh: Penerbit Syiah Kuala University Press. hlm. 140. ISBN 978-623-7780-98-4. 

Daftar pustaka

  1. Abdullah, Mikrajuddin (2016). Fisika Dasar I (PDF). Bandung: Institut Teknologi Bandung. 
  2. Nurlina dan Riskawati (2017). Fisika Dasar I (PDF). Makassar: LPP Unismuh Makassar. ISBN 978-602-8187-70-1.