Bahasa Melayu Kepulauan Seribu

bagian dari rumpun bahasa Austronesia
Revisi sejak 1 Februari 2022 10.36 oleh Jajang Surahman (bicara | kontrib) (Jangan menghapus tempat asal Bahasa Orang Pulo dituturkan Asma Maneehiya)

Bahasa Orang Pulo atau Logat Orang Pulo adalah sebuah dialek dari bahasa Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Orang Pulo yang mendiami Kepulauan Seribu. Bahasa ini merupakan percampuran dari banyak bahasa di Nusantara seperti Bahasa Mandar, Bahasa Bugis dan Bahasa Madura.

Bahasa Orang Pulo
Logat Orang Pulo
Dituturkan di Indonesia
Wilayah
Penutur
29.417
Status resmi
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-3
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Sejarah

Penduduk Kepulauan Seribu dipercayai telah terbentuk serta bermula dari kawasan Pulau Panggang. Dan pasca permukiman di Kepulauan Seribu tambah meluas, kemudian penyebaran penduduk juga budayanya dilangsungkan dari satu pulau menuju ke pulau yang lain, semisal Pulau Pari, Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung dan sejumlah pulau lainnya.[1]

Budaya beserta karakteristik Orang Pulo sebutan dari penduduk Pulau panggang pada saat masa itu begitu berbeda dengan penduduk Betawi, meski daerahnya begitu berdekatan pada Kota Jakarta. Dan pula tidak berkarakter mirip dengan penduduk Banten meski sejumlah penduduk awal asalnya dari Banten. Orang-orang Pulau Panggang itu lebih punya kecenderungan punya karakteristik juga budaya tersendiri ialah perpaduan budaya Banten, budaya juga karakteristik penduduk Kalimantan, suku Mandar dari Sulawesi, dan suku Sunda serta dengan minim bumbu budaya dan karakter penduduk Betawi. Hasil campuran yang begitu kompleks itu menghasilkan satu budaya juga karakter yang baru, ialah karakter Orang Pulo istilah untuk warga awal Pulau Panggang, yang selanjutnya jelasnya membentuk dan sebagai karakter juga budaya penduduk Kepulauan Seribu.

Hasil campuran budaya yang menciptakan karakteristik juga budaya yang unik di Kepulauan Seribu juga terlihat kedalam gaya bahasa, gerak-gerik pula pemikiran mereka. Gaya bahasa mereka lebih bervolume keras kedalam berbicara semisal orang Sulawesi, lincah juga gesit semisal tipikal Banten serta karakter-karakter kesukuan Indonesia yang lainnya. Pula dengan penamaan kuliner Orang Pulo yang punya gaya bahasa tersendiri serta terdengar unik. Semisal penyebutan makanan serupa lontong maupun nasi uduk yang pada umumnya dimakan buat sarapan dengan panggilan Selingkuh, sambal segar untuk menu ikan bakar yang disebut sambal beranyut.[2]

Pengucapan

Gaya tutur warga di Kepulauan Seribu memiliki gaya bicara yang sedikit unik. Logatnya terdengar berbeda dengan bahasa yang biasa dituturkan warga Jakarta di daratan kota.

Meski secara umum banyak kemiripan, namun logat seperti ini jelas berbeda dengan logat Jakarta yang populer dipakai di tayangan televisi. Nada bicara orang Pulau Pramuka terdengar lebih 'naik-turun', kosakata yang dipakai juga kadang tidak mudah untuk dipahami.

Sebutan Orang Pulo biasa dikenakan untuk orang dari Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Karya. Namun secara umum, orang Pulo juga bisa dikenakan ke orang Kepulauan Seribu secara umum, membedakan dengan sebutan orang daratan.

Pulau Panggang juga telah disebut-sebut sebagai pulau tertua yang dihuni masyarakat. Sekarang pulau ini padat dengan permukiman. Dahulu, penghuni generasi pertama pulau ini berasal dari Banten dan Mandar, Sulawesi Selatan.

Dalam buku "Orang Pulo di Pulau Karang" karya Rosida Erowati Irsyad, orang Pulo (penduduk Kepulauan Seribu) menggunakan Bahasa Indonesia dengan logat Melayu. Orang Pulo disebut punya artikulasi suara kuat, struktur bahasa dan kosakatanya khas. Ada empat gaya bahasa. Pertama, gaya orang dari Pulau Kelapa (dekat Pulau Harapan) yang kental dengan pengucapan vokal panjang dan bergelombang. Kedua, gaya orang Pulau Tidung yang masih dipengaruhi Tangerang pesisir. Ketiga, orang Pulau Untung Jawa yang masih kental dengan logat Betawi. Keempat, orang Pulo (yakni orang Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Karya) yang dipengaruhi Melayu dan Bugis.

Kosakata

Kosakata yang khas orang Pulo dan tidak ditemukan di tempat lain, menurut buku "Orang Pulo di Pulau Karang", antara lain:

  • atret: mundur
  • potret: maju
  • pangkeng: kamar
  • monro: istirahat
  • godot: menyulam benang

Ada pula kosakata yang mirip dengan yang dipakai pada suku lain, namun menjadi berbeda arti. Misalnya, pengentotan yang berarti "utang tidak dibayar-bayar", atau mbok yang berarti "kakak perempuan", juga trade berarti "tidak ada".

Kemudian ada juga ciri khas glottal stop. Gaya glottal stop biasa dikenal sebagai ciri aksen Bahasa Inggris cockney, tetapi orang Pulo juga punya. Glottal stop adalah cara pelafalan bunyi "t" mati dengan pangkal tenggorokan. Bukan hanya bunyi "t" mati, tetapi bunyi "k" mati juga.

Berikut adalah beberapa contoh glottal stop ala orang Pulo.

  • laut menjadi lau'
  • kunyit menjadi kunyi'
  • belok menjadi blengko'
  • barat menjadi bara'

Ada pula perubahan kata "mau" di Bahasa Indonesia menjadi mao dalam khazanah orang Pulo, "timur" menjadi timor, dan "pohon" menjadi pokok, "tidur" menjadi tidor.[3]

Dialek

Dialek masyarakat Kepulauan Seribu memiliki perbedaan yang jauh dari logat masyarakat Betawi. Namun demikian, tidak semua logat itu berlaku untuk semua pulau di Kepulauan Seribu. Pasalnya, Pulau Pramuka memiliki logat yang lebih unik dan berbeda dari Orang Pulo pada umumnya.[4]

Perbedaan dialek masyarakat Kepulauan Seribu sangat terlihat dari kosakata dan logatnya. dialek yang digunakan Orang Pulo dalam sehari-hari sering disebut sebagai logat Pulo. Keunikan logat Pulo ini adalah Glottal stop atau pelafalan huruf "k" dan "t" mati.[5]

Referensi