Gereja di Indonesia

artikel daftar Wikimedia

Gereja di Indonesia pertama kali hadir sejak abad ke-17 Masehi di Jakarta pada masa penjajahan Belanda dengan nama Sion. Sejak saat itu, sampai sekarang di Indonesia terdapat banyak sekali jenis-jenis (aliran/denominasi) gereja.

Beberapa sumber telah keliru menyebutkan gereja tertua di Indonesia dibangun di Pancur, Barus dengan merujuk pada buku Dr. Huub J.W.M. Boelaars, OFM Cap, dengan judul “Indonesianisasi Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia”. Buku ini menjadikan analisa Jan Baker, SJ dalam tulisannya “Gereja Kristen Tertua di Indonesia” sebagai sumber utama. Lebih jauh lagi jika kita membuka karya Baker, SJ maka sumber primer yang digunakan yakni tulisan sejarawan Muslim Syeikh Abu Shalih al-Armini dalam karyanya “Tadhakur fihi Akhbar min al-Kanais wa’l Adyar min Nawahin Misri wal Aqtha’aha” yang ditulis pada abad XII. Karya tersebut telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggis oleh B.T.A. Evetts dengan judul “The Churches and Monasteries of Egypt and Some Neighbouring Countries” dan diberi catatan oleh A.J. Butler, MA, FSA.

Terdapat kesalahan dalam menerjemahkan kata "Fahsûr" menjadi "Fansur" dalam konteks pembicaraan mengenai daerah penghasil kamper. Padahal keduanya berbeda. Abu Shalih al-Armini menyebut nama "Fahsûr" untuk sebuah lokasi yang berada di India karena abad ke-VII Masehi yang menjadi penghasil kamper bukan hanya di Barus akan tetapi juga India, daerah lain di Sumatera dan Kalimantan. Teks dalam buku tersebut aslinya seperti berikut ini:

Fahsûr. Here there are several churches ; and all the Christians here are Nestorians ; and that is the condition of things here. It is from this place that camphor comes; and this commodity (is a gum which) oozes from the trees. In this town there is one church named after our Lady, the Pure Virgin Mary. (Lihat terjemahan B.T.A. Evetts, MA (ed.)), The Churches and Monasteries of Egypt Attributed to Abu Shalih, the Armenian (Clarendon Press, Oxford, 1895) hlm. 300.

Tulisan di atas tidak pernah keluar dari India sebagai objek pembicaraan, namun kemudian diterjemahkan dengan keliru menjadi pembahasan pengenai Barus sebagai berikut:

“Fansur: Di sana tedapat banyak gereja dan semuanya adalah dari nasarthirah, dan demikianlah keadaan di situ. Dan dari situ berasallah kapur barus dan bahan itu merecik dari pohon. Dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama: Bunda Perawan Murni Maria. Lihat terjemahan Y. Bakker, SJ, Umat Katolik Perintis di Indonesia, dalam Sejarah Gereja Katolik Indonesia, Jilid I (Arnoldus Ende, Flores, 1974) hlm. 29.

Sehingga jelas bahwa "camphor" tidak seharusnya diterjemahkan menjadi "kapur Barus" melainkan hanya kapur/kamper yang bersifat umum, apalagi dalam hal ini konteksnya terbatas hanya pada ruang lingkup daerah di India, bukan Indonesia. Oleh karena itu tidak ada gereja yang dibangun di Indonesia sebelum abad ke-17 Masehi.

Gereja pertama di Indonesia diberi nama Gereja Sion. Gereja ini dikenal juga dengan nama Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis berada di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya. Peresmian gedung gereja dilakukan pada hari Minggu, 23 Oktober 1695 dengan dihadiri gubernur jenderal Willem van Outhoorn dan pemberkatan oleh Pendeta Theodorus Zas. Pada umumnya gereja-gereja Kristen di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga aliran utama, yaitu:

Khusus untuk gereja-gereja dari aliran ritual Pentakosta kadang-kadang digolongkan terpisah dari kelompok gereja-gereja Protestan karena perbedaan ritual dan pengakuan iman, meskipun dari sejarahnya gereja Pentakosta muncul dari denominasi-denominasi ajaran Protestan.

Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks di Indonesia tidak terbagi-bagi menurut denominasi sebagai mana halnya yang ada pada gereja-gereja Protestan/Pentakosta. Karena gereja Protestan dan aliran Pentakosta terbagi-bagi menjadi unsur gereja yang lebih kecil maka gereja-gereja Kristen Protestan (dan Pentakosta) memiliki banyak cabang bahkan disetiap daerahnya. Gereja-gereja tersebut dapat diklasifikasikan menurut ajaran teologi, kelompok etnis, bahasa pengantar, atau gabungan dari ketiganya.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai sejarah gereja berdasarkan rujukan dari buku Dr. Huub J.W.M. Boelaars, OFM Cap, dan sumber-sumber lain yang searah dengan literatur ini, namun banyak menuai kritikan karena kekeliruan yang telah disebutkan di atas.

Sejarah

Agama Kristen tercatat pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7 dengan berdirinya gereja Assiria (Gereja Timur) di dua tempat: Pancur (sekarang wilayah Deli Serdang) dan Barus (sekarang wilayah Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 M).[1]

Katolik Roma pertama tiba dari Ordo Karmel pada tahun 1511 di tanah Aceh dan tahun 1534 di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.

Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas, sehingga terpengaruh oleh ajaran Calvinisme dan Lutheran.

Gereja Katolik

Gereja Katolik merupakan gereja yang memiliki persekutuan dengan Paus, atau Uskup Roma, yang memegang otoritas tertinggi setelah Dewan Kardinal. Gereja Katolik terdiri dari Gereja Katolik Roma (Ritus Latin) dan 23 Gereja Katolik Ritus Timur. Karena secara umum Gereja Katolik di Indonesia berasal dari Misi Portugis dan Spanyol (Santo Fransiskus Xaverius adalah orang Spanyol), Gereja Katolik di Indonesia mengikuti Ritus Latin. Gereja Katolik di Indonesia terbagi dalam 37 keuskupan yang dikelompokan ke dalam 10 provinsi gerejawi ditambah dengan 1 Ordinariat Militer. Keuskupan-keuskupan tersebut membentuk suatu organisasi koordinatif yang disebut Konferensi Waligereja Indonesia, beranggotakan para uskup di Indonesia.

Gereja Protestan

Berikut beberapa gereja Protestan yang ada di Indonesia. Cabang/pemekaran/pecahan dari suatu gereja ditandai dengan sub-bagian.

Gereja Adat

Banyak jenis atau cabang gereja yang ada di Indonesia (di level provinsi) merupakan gereja yang bersifat tradisional atau kedaerahan tertentu. Hal ini terjadi karena adanya politik gospel masa lalu oleh pihak Penjajah (Portugal ataupun Belanda) yang memakai taktik pendekatan suku.

Gereja adat ini berciri kedaerahan atau tradisional tertentu menurut adat istiadat daerah setempat, yang mana merupakan tempat Gereja tersebut pertama didirikan, tetapi Gereja-gereja ini tetap terbuka bagi suku lain (adapula gereja yang tertutup untuk suku lain, tetapi kemungkinannya sangat kecil)

Gereja tersebut antara lain:

Catatan kecil
  • Catatan 1: Gereja Kristen Rejang merupakan gereja kesukuan yang tertutup bagi suku lain di luar suku yang bersangkutan dikarenakan gereja itu memiliki privasi dalam hal keanggotaan.

Pembagian Gereja-gereja beraliaran Protestanisme di Indonesia menurut denominasinya yaitu:

Gereja Injili

  • Gereja Injili Indonesia - GII
  • Gereja Kerapatan Injil Bangsa Indonesia - KIBAID
  • Gereja Kristen Perjanjian Baru - GKPB
  • Gereja Kristus Rahmani Indonesia - GKRI
  • Gereja Kasih Karunia Indonesia - Gekari
  • Gereja Misi Injili Indonesia - GMII
  • Gereja Kristen Injili Nusantara - GKIN
  • Gereja Protestan Injili Nusantara - GPIN
  • Gereja Kerapatan Injil Bangsa Indonesia - KIBAID
  • Gereja Injili Indonesia Hok Im Tong - GII Hok Im Tong

Gereja Non-Denominasi

Gereja Protestan Lainnya

Gereja Ortodoks

Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang paling mutakhir di Indonesia. Namun, menurut penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, sebetulnya Gereja Ortodoks ini justru adalah gereja yang pertama hadir dan datang ke Indoneia yang ditandai dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatra Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur).[2]

Tanpa diketahui sebab-sebabnya, Gereja yang kehadirannya diketahui lewat prasasti dari tahun 600-an M ini kemudian hilang begitu saja yang mungkin akibat faktor peperangan dan baru muncul kembali di Indonesia sekitar akhir tahun 1960-an dengan kedatangan Kanisah Orthodox Syria dikota Samarinda. Di negara-negara Eropa Timur,Asia Kecil, Anatolia, Timur Tengah, Asia Selatan dan di India, Gereja Ortodoks telah hadir selama berabad-abad dan tidak pernah hilang seiring zaman berganti, khususnya di Timur Tengah, Gereja ini telah hadir sejak abad pertama ketika kali pertama Gereja Kristen terbentuk oleh para murid Yesus.

Gereja Ortodoks di Indonesia hadir secara resmi tahun 1960 dan pada 1980 gereja ortodoks memiliki nama resmi Gereja Ortodoks Indonesia (GOI), tetapi baru mendapat izin Departemen Agama pada tahun 2006. Gereja Ortodoks Indonesia di bawah penggembalaan Metropolitan Hilarion, Uskup Gereja Ortodoks Rusia di luar Rusia (ROCOR), tetapi ada pula yang di bawah penggembalaan Uskup Konstantinos Tsilis, Uskup Gereja Ortodoks Yunani Konstantinopel. Selain itu terdapat Kanisah Ortodoks Siria (KOS) yang bukanlah lembaga gereja. Kehadiran KOS di Indonesia hanya sebatas wacana.

Gereja lainnya

Selain Gereja-gereja di atas, ada pula Gereja-gereja lain yang ajarannya sering dianggap terlalu jauh bedanya dengan Gereja-gereja Kristen yang disebutkan diatas tadi, gereja-gereja itu antara lain seperti: Gereja Mormon yang memiliki ajaran yang bertentangan dengan Bible, Saksi Yehuwa atau menara kudus Yehovah, dan Christian Science yang merupakan gerakan restorasi gereja, (lihat Restorasionisme).

Lihat pula

Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang paling mutakhir di Indonesia. Namun, menurut penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, sebetulnya Gereja Ortodoks ini justru adalah gereja yang pertama hadir dan datang ke Indoneia yang ditandai dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatra Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur).[2]

Pranala luar

Direktori Gereja di Indonesia
  1. ^ Lihat B.T.A. Evetts, MA (ed.), The Churches … hlm. 300M
  2. ^ Lihat B.T.A. Evetts, MA (ed.), The Churches … hlm. 300.