Moda Raya Terpadu
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Rapid transit di en.wiki-indonesia.club. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Angkutan cepat atau disebut juga kereta bawah tanah atau Moda Raya Terpadu (MRT) (bahasa Inggris: Mass Rapid Transit, subway, metro) adalah sebuah sistem angkutan penumpang dengan menggunakan kereta rel listrik di wilayah perkotaan besar dengan kapasitas dan frekuensi yang tinggi serta dengan jalur yang dipisah dari sistem transportasi lainnya.[2][3] Sistem angkutan cepat umumnya ditempatkan di terowongan bawah tanah atau rel layang yang berada di atas tanah. Di luar wilayah perkotaan, angkutan cepat dapat didirikan di permukaan tanah dengan jalur yang masih terpisah.[4]
Layanan dalam sistem angkutan cepat disediakan dalam jalur khusus antara stasiun angkutan cepat menggunakan kereta rel listrik dalam sebuah rel, meskipun beberapa sistem menggunakan roda karet pemandu, penggerak magnetik, atau monorel. Umumnya sistem ini terintegrasi dengan transportasi publik lainnya dan sering kali dioperasikan oleh otoritas transportasi publik yang sama. Angkutan cepat memiliki kapasitas yang lebih besar dan lebih cepat dibandingkan dengan trem atau kereta api ringan, tetapi tidak secepat dan sejauh kereta api komuter. Sistem ini masih belum terkalahkan dalam kemampuan mengangkut sejumlah besar orang secara cepat dalam jarak yang pendek dengan sedikit tanah yang digunakan. Variasi dari angkutan cepat meliputi penggerak manusia, metro ringan skala kecil, dan hibrida kereta api komuter S-Bahn.
Sistem angkutan cepat pertama adalah London Underground, yang dibuka pada tahun 1863. Teknologi ini secara cepat menyebar pe kota lain di Eropa, dan kemudian ke Amerika Serikat di mana sistem rel udara diaplikasikan. Saat pertama kali sistem ini menggunakan lokomotif uap, yang kemudian beralih menjadi sitem elektrik. Sejak saat itu pertumbuhan terbesar terjadi di Asia dan mulai menggunakan sistem tanpa pengemudi. Lebih dari 160 telah mengaplikasikan sistem angkutan cepat, dengan total lebih dari 8.000 km (4.900 mil) rel dan 7.000 stasiun. Dua puluh lima kota sedang melakukan pembangunan sistem ini.
Sistem metro terbesar di dunia dalam hal panjang jalur dan jumlah stasiun adalah New York City Subway, tetapi jika dilihat dari panjang seluruh jalur yang terbesar adalah London Underground dan angkutan cepat di Shanghai.[5] Sistem metro tersibuk di dunia dalam hal jumlah penumpang harian dan tahunan adalah Tokyo Metro dan Metro di Moskwa.
Terminologi
Metro adalah istilah paling umum digunakan untuk sistem angkutan cepat bawah tanah.[6] Sistem angkutan cepat dapat disebut seperti di bawah ini dengan melakukan perjalanan melintasi bagian yang lebih sibuk di dalam kota:menggunakan terowongan yang banyak dikenal sebagai subway,[7] underground dalam bahasa Inggris,[8] Untergrundbahn (U-bahn) dalam bahasa Jerman,[9] or Tunnelbana (T-bana) dalam bahasa Swedia;[10] menggunakan nama seperti elevated (el atau L), skytrain,[11] overhead atau overground. Salah satu dari istilah ini mungkin mengacu kepada seluruh sistem, meskipun sebagian besar jaringan (seperti di daerah pinggiran) berada di permukaan tanah.
Kritik lain muncul akibat istilah dalan bahasa Inggris Britania yang mengartikan subway sebagai jalur bawah tanah bagi pejalan kaki, sehingga istilah underground dan tube (tabung) lebih banyak dipakai.
Sejarah
Angkutan cepat dimulai dari jalur kereta api uap ada akhir abad ke-19. Pada tahun 1890, City & South London Railway di London menjadi jalur kereta angkutan cepat listrik pertama.[12][perinci lagi] Jalur kereta listrik ini kemudian digabungkan di dalam London Underground.[per kapan?] Teknologi angkutan cepat pun menyebar ke kota lain di Eropa, seperti di Budapest, Hungaria tahun 1896, dan kemudian menuju Amerika Serikat. Sejumlah sistem di atas tanah dibangunm dimulai dengan tahun 1893 Liverpool Overhead Railway yang secara penuh menggunakan listrik. Jalur kereta di atas tanah di Chicago dan New York dikonversi menjadi sistem listrik dari sebelumnya yang berupa sistem uap.[13]
Pada tahun 1940, terdapat 19 sistem, dan pada tahun 1984, terdapat 66. Bagian ini juga meliputi kuta yang lebih kecil seperti Oslo dan Marseille yang memulai sistem secara ekstensif pada dekade 1960an. Pertumbuhan baru dari sistem ini telah terkonsentrasi di Asia Tenggara dan Amerika Latin.[9] Eropa Barat dan Amerika Utara telah memulai membangkitkan kembali jalur trem, dengan sistem kereta api ringan yang melengkapi sistem kereta api dalam kota skala penuh, dan sudah tidak berfokus dalam membangun angkutan cepat.[14] Pada waktu yang sama, pengembangan teknologi telah memungkinkan pembuatan sistem dan jalur tanpa pengemudi. Solusi gabungan juga telah terlibat, seperti kereta api-tram dan premetro, yang terdapat di beberapa sistem angkutan cepat.[12]
Operasi
Angkutan cepat digunakan di kota, pengembangan kota, dan wilayah metropolitan untuk membawa sejumlah besar orang dalam frekuensi yang tinggi. Pengembangan dari sistem angkutan cepat sangat bervariasi di antara berbagai kota, dengan beberapa strategi transportasi: Dalam wilayah metropolitan yang besar menggunakan sistem bawah tanah di bagian dalam kota, atau cincin terdalam pinggiran kota dengan kereta yang sering melakukan perhentian di stasiun. Cincin luar dari pinggiran bisa dicapai dengan jaringan kereta api komuter yang terpisah, dengan jarak antar stasiun yang lebih besar yang memungkinkan kecepatan yang lebih tinggi. Kereta ini umumnya lebih mahal dan dengan frekuensi yang lebih sedikit, dan di beberapa kota hanya beroperasi selama waktu jam sibuk saja. Hal ini mungkin tidak dapat memenuhi kriteria dari angkutan cepat dalam kota, dan di beberapa kasus perbedaan antara sistem angkutan cepat dalam kota dan pinggiran kota tidak jelas. Lihat juga Variasi dan Perbandingan di bawah.[3]
Sistem angkutan cepat sering kali dilengkapi dengan sistem lain, seperti bus, trem atau kereta api komuter. Karena padatnya struktur dari angkutan cepat,[butuh klarifikasi] perjalanan jarak pendek sering kali lebih mudah diakses dengan menggunakan trem maupun bus. Banyak kota memilih mengoperasikan sistem trem di dalam kota dengan berfokus pada jalur metro di sekitarnya,[10] meskipun banyak kota memilih menutup sistem ini pada dekade 1950 dan 1960an. Strategi lainnya yang juga umum adalah menggunakan sistem pengumpan bus dan trem untuk memindahkan manusia di perhentian transit san dan menggunakan sistem transit ini untuk membawa penumpang ke pusat kota maupun ke jalur bus yang lain. Hal ini membebaskan sistem bus dalam kota untuk menjelajahi seluruh kota menuju pusat kota.[15]
Sistem angkutan cepat memiliki tarif tetap yang tinggi. Sebagian besar sistem dimiliki oleh publik, olhe pemerintah lokal, otoritas transportasi,maupun pemerintah nasional. Investasi lebih banyak dibiayai oleh pajak, daripada dengan yang dibayar penumpang, tetapi harus bersaing dengan pembiayaan perawatan jalan. Sistem ini dapat dioperasikan oleh pemilik maupun perusahaan swasta melalui obligasi layanan publik. Pemilik sistem ini biasanya juga memiliki sistem bus dan kereta penghubung, atau merupakan anggota dari asosiasi transportasi lokal, yang memmungkinkan kebebasan transfer antar moda. hampir sebagian besar sistem beroperasi dalam kondisi defisit, membutuhkan pendapatan tarif, iklan, dan subsidi untuk menutup biaya operasi. Rasio pemulihan tarif, sebuah rasio antara pendapatan tiket dan biaya operasional, sering digunakan untuk memperkirakan keuntungan operasi, yang dilakukan beberapa sistem termasuk Hong Kong MTR Corporation,[16] dan Taipei[17] yang memiliki rasio pemulihan lebih dari 100%. namun hal ini masih mengabaikan modal awal yang sangat besar akibat pembangunan sistem, yang sringkali disubsidi dengan pinjaman lunak[18] dan di mana pembayaran pinjamannya dikeluarkan dari perhitungan keuntungan, bersama dengan pendapatan tambahan seperti dari portofolio real estate.[16] Beberapa metro, termasuk Hong Kong, sering dibiayai oleh penjualan tanah sekitar yang harganya meningkat akibat pembangunan sistem.[19]
Jalur
Setiap sistem angkutan cepat terdiri dari satu atau lebih jalur, setiap jalur memiliki rute spesifik dengan kereta berhenti di semua atau sebagian stasiun di dalam jalur. Sebagian besar sistem mengoperasikan beberapa rute, dan saling membedakan dengan menggunakan penomoran, nama, dan warna. Beberapa jalur mungkin berbagi rel dengan rute yang lain, atau beroperasi sendiri dalam jalur pribadinya. Seringkali sebuah jalur yang melintasi pusat kota terpisah menjadi dua atau lebih cabang di bagian pinggiran kota, memungkinkan frekuensi yang lebih tinggi di pusat kota. Metode ini digunakan oleh banyak sistem, seperti Copenhagen Metro.[20] Alternatifnya adalah membuat satu terminal pusat (sering kali berbagi dengan stasiun kereta api pusat), atau beberapa stasiun persimpangan antar jalur di pusat kota, seperti yang dilakukan oleh Praha Metro.[21] Paris Métro[22] memiliki struktur unik dengan sebuah matriks persilangan jaur dan jarak antar stasiun yang sangat dekat di pusat kota. New York City Subway[23] dibangun untuk melayani beberapa koridor utara-selatan penting di Manhattan, tetapi kurang berguna dalam perjalanan timur-barat, sebagai konsekuensi dari geografi suatu pulau. Beberapa sistem yang berjalan jauh, seperti Moscow Metro dan London Underground, memiliki sebuah jalur lingkar mengelilingi pusat kota untuk menghubungkan jaur-jalur yang mengarah keluar.[24]
Kapasitas dari sebuah jalur diperoleh dengan menggabungkan bersama kapasitas gerbong, panjang kereta dan frekuensi pelayanan. Angkutan cepat berat mungki memiliki enam hingga dua belas gerbong, sedangkan sistem yang lebih ringan mungkin terdiri hanya dengan tiga atau empat gerbong. Gerbong memiliki kapasitas antara 100 hingga 150, bergantung pada rasio berdiri dan duduk-lebih banyak tempat berdiri memungkinkan kapasitas lebih besar. Gerbong bertingkat, sebgaian besar digunakan di sistem tipe S-Bahn Jerman, memunkinkas kapasitas tempat duduk lebih besar untuk perjalanan lebih panjang. Waktu interval minimum yang antar kereta angkutan cepat lebih pendek dibandingkan dengan untuk jalur kereta utama yang membutuhkan penggunaan signal kereta: Interval terkecil yang memungkinkan adalah 90 detik, yang mungkin dibatasi menjadi 120 detik untuk memungkinkan pemulihan dari penundaan. Kapasitas umum memungkinkan 1200 orang di tiap kereta, menghasilkan daya angkut sebesar 36.000 orang tiap jam. kapasitas terbesar yang diperoleh adalah 80.000 orang per jam dengan oleh MTR Corporation di Hong Kong.[25]
Informasi penumpang
Operator angkutan cepat sering kali membangun pengenalan merek yang kuat; dalam pelaksanaannya penggunaan sebuah huruf tunggal sebgaai penanda stasiun digunakan secara luas, dengan sistem identifikas menggunakan huruf L, M, S, T dan U, bersama yang lain.[26] Pengenalan merek berfokus kepada kemudahan pengenalan—untuk memungkinkan identifikasi cepat bahkan di saat yang sangat singkat di kota besar—digabungkan kebutuhan menggabungkan kecepatan, keselamatan, dan otoritas.[27] Di banyak kota, terdapat citra korporasi tinggal untuk seluruh otoritas transportasi, tetapi angkutan cepat menggunakan logo tersendiri yang sesuai dengan profil.
Sebuah peta transit adalah sebuah peta topologi atau diagram skematik yang digunakan untuk menunjukkan rute dan stasiun di sisitem transportasi umum. Komponen utamanya adalah jalur dengan kode warna untuk menandakan masing-masing jalur, dengan ikon bernama untuk menandakan stasiun. Peta mungkin hanya menunjukkan angkutan cepat, atau bisa juga meliputi moda transportasi publik lainnya.[28]
Peta transit dapat ditemukan di kendaraan transit, di peron rel, di berbagai titik di stasiun dan di jadwal keberangkatan yang dicetak. Fungsi utamanya adalah untuk membantu pengguna sistem: untuk mudahnya ditunjukkan juga stasiun persinpangan di mana penumpang dapat berpindah antar jalur. Tidah seperti perta konvensional, peta transit tidak akurat secara geografis: Umumnya digunakan garis lurus dan sudut yang tetap, dan sering kali jarak yang tetap antar stasiun, untuk memudahkan penggambaran sistem. Efek dari hal ini terdapat pemampatan bagian pinggiran kota dan perluasan bagian pusat kota.[28] Jadwal keberangkatan hanya tertulis jika frekuensi keberangkatan sangat jarang sehingga dibutuhkan kedatangan yang tepat waktu agar penumpang tidak menunggu terlalu lama; jika layanannya cukup sering (umumnya 6 atau lebih tiap jam) penumpang tidak perlu menunggu terlalu lama sehingga tidak membutuhkan jadwal keberangkatan.[29]
Keselamatan dan keamanan
Angkutan cepat merupakan sebuah ruang publik, sehingga memungkinkan munculnya masalah keamanan: tindak kriminal kecil seperti pencopetan atau pencurian bagasi, dan tindak kriminal yang lebih serius seperti kekerasan. Pengawas keamanan yang ada meliputi kamera pengawas, petugas keamanan, dan kondektur. Di beberapa negara polisi transit juga dibentuk. Perangkat keamanan ini umumnya terintegrasi dengan sistem untuk menjaga pendapatan dengan mengawasi agar penumpang tidak melakukan perjalanan tanpa membayar.[30] Angkutan cepat telah menjadi sasaran terorisme dengan banyak korban jiwa.[31]
Dibandingkan dengan moda transportasi lainnya, angkutan cepat memiliki catatan keselamatan yang bagus, dengan hanya sedikit kecelakaan. Transportasi kereta api telah menjadi subjek untuk regulasi keamanan yang ketat, dengan kewajiban prosedur dan perawatan untuk mengurangi risiko. Tabrakan berhadapan jarang terjadi karena penggunaan jalur ganda, dan kecepatan operasi rendah mengurangi kemungkinan dan kerusakan tabrakan dari belakang dan anjlok dari rel. Api menjadi bahaya terbesar dalam sistem bawah tanah, dan sistem telah dibangun untuk memungkinkan evakuasi kereta api di manapun kereta berada di dalam sistem.[32][33]
Infrastruktur
Sebagian besar kerera angkutan cepat merupakan kereta api listrik dengan panjang mulai tiga hingga sepuluh gerbong.[34] Tenaga sebagian besar disalurkan oleh rel ketiga atau oleh kabel udara, seluruh jaringan London Underground menggunakan rel keempat dan yang lain menggunakan motor linear untuk daya dorong.[35] Sebagian besar menggunakan jalur rel baja konvensional, meskipun beberapa menggunakan roda karet seperti Montreal Metro. Roda karet memungkinkan pencapaian tanjakan yang lebih miring dan getaran yang lebih halus, tetapi membutuhkan biaya perawatan lebih besar dan efisiensi energi lebih rendah. Kereta ini juga kehilangan daya gesek saat kondisi cuaca basah atau membeku, mencegah penggunaan di atas tanah bagi Montréal Metro namun tidak dilakukan oleh sistem roda karet kota lain.[36] Jumlah awak kereta telah berkurang sepanjang sejarah karena sejumlah sistem modern telah menggunakan kereta tanpa masinis.[37] Kereta lain masih tetap memiliki masinis, meskipun tugas mereka dalam operasi normal umumnya hanya membuka dan menutup pintu kereta saat di stasiun.
Variasi
Terowongan bawah tanah menjauhkan lalu litas dari jalanan umum, membuat lebih banyak tanah tersedia untuk bagunan dan penggunaan lain. DI wilayah dengan harga tanah yang tinggi dan wilayah yang padat, terowongan menjadi satu-satunya rute ekonomis untuk transportasi massal. Terowongan dangkal dibangun dengan menggali jalanan kota dan kemudian membagunnya kembali di atas terowongan; dengan alternatif adalah terowongan dalam dengan melakukan pengeboran untuk membuat terowongan di bawah batuan keras.[12]
Jalur rel di permukaan tanah hanya digunakan di luar wilayah padat, karena mereka harus membangun pagar yang menghalagi pejalan kaki dan pengguna kendaraan melintasi jalur mereka. Metode pembangunan ini menjadi yang termurah, selama harga tanah masih murah. Metode ini sering digunakan untuk sistem baru di wilayah yang direncanakan akan mengalami pembangunan setelah jalur dibangun.[19]
Rel di atas tanah adalah jalan yang murah dan mudah untuk membangun jalur eksklusif tanpa harus membagun terowongan mahal atau membuat pagar pembatas. Sistem ini populer pada awal abad ke-20, tetapi kemudian ditinggalkan; kemudian menjadi populer kembali pada kuartal terakhir abad ke-20 yang sering dikombinasikan dengan sistem tanpa masinis, seperti Vancouver - SkyTrain, London - Docklands Light Railway[38] dan Bangkok Skytrain.[39]
Sistem penggerak manusia merupakan sistem angkutan cepat yang melayani wilayah yang relatif kecil seperti wilayah bandar udara, distrik dalam kota, atau taman tema, dengan menjadi sistem independen maupun pengumpan bagi sistem transportasi lain. Mereka umumnya dioperasikan tanpa masinis dan umumnya di atas tanah. Monorel dibangun untuk digunakan sebagai angkutan cepat konvensional maupun sebagai penggerak manusia. Teknologi monorel terbukti sulit untuk dikomersialkan dan penggunannya sangat terbatas. Berlin M-Bahn merupakan satu-satunya sistem angkutan cepat maglev yang beroperasi, tetapi akan ditutup.[40]
Sistem metro ringan sigunakan saat kecepatan dari angkutan cepat dibutuhkan, tetapi untuk jumlah penumpang yang lebih kecil. Umumnya digunakan kereta yang lebih kecil, dengan konfigurasi dua hingga empat gerbong, dengan freekuensi yang lebih rendah dan jarak antar stasiun yang lebih jarang. Metro ringan sering dibangun sebagai pengumpan untuk sistem angkutan cepat.[41] Beberapa sistem dibangun dari awal, yang lain merupakan pengembangan dari kereta komuter maupun jalur trem dalam kota, dan sering dilengkapi dengan bagian di bawah tanah maupun di atas tanah di wilayah padat.[10]
Stasiun
Fungsi stasiun adalah sebagai hub yang memungkinkan penumpang naik dan turun dari pesawat. Stasiun juga menjadi titik penbayaran dan menjadi tempat transfer penumpang antar moda, dengan menggunakan bus atau kereta api lainnya. Akses disediakan melalui peron pulau maupun peron samping.[42] Stasiun bawah tanah, terutama yang berada di tanah dalam, meningkatkan waktu perjalanan keseluruhan: tangga berjalan panjang di dekat peron dapat membuat stasiun menjadi leher botol jika tidak dibangun dengan benar. Beberapa stasiun terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, tatau memiliki akses bawah tanah dengan bangunan komersial di dekatnya.[43] Di wilayah pinggiran, terdapat kemungkinan stasiun yang terhubung langsung dengan tempat parkir.[44]
Untuk memberikan kemudahan akses ke dalam kereta api, ketinggian peron stasiun memungkinkan tidak ada perbedaan ketinggian antara peron dan kereta. Jika stasiun memenuhi standard kemampuan akses, maka akan memungkinkan penyandang catat dan bagasi beroda memasuki kereta api,[45] meskipun jalurnya melengkung yang dapat menghasilkan jarak antara kereta dengan peron. Beberapa stasiun dilengkapi dengan pintu pembatas peron untuk memingkatkan keamanan dengan mencegah penumpang jatuh ke rel, dan juga mengurangi biaya ventilasi.[46]
Umumnya dilakukan di bekas Uni Soviet dan negara Eropa Timur lainnya, tetapi semakin meningkat di seluruh dunia, stasiun dibangun dengan dekorasi istimewa seperti tembok marmer, lantai granit yang dihaluskan, dan mosaik yang menampilakn kesenia pubik ke dalam kehidupan sehari-hari, di luar galeri dan museum. Sistem di Moscow dan St. Petersburg secara luas disebut sebagai yang terindah di dunia,[47] namun beberapa kota lainnya seperti Stockholm, Montreal, Lisbon, dan Los Angeles juga berfokus dalam kesenian, dengan variasi yang luas dari dekorasi dinding, hingga skema artis yang terintegrasi dengan arsitektur stasiun, untuk menampilkan artefak kuno yang ditemukan saat pembangunan stasiun.[48] Hal ini dapat memberikan keuntungan dengan menarik lebih abnyak penumpang dengan menampilkan sejumlah kecil arsitektur istimewa, kesenian, kebersihan, kemudahan akses, pencahayaan, dan perasaan aman.[49]
Interkoneksi
Sejak 1980an, tram telah memiliki beberapa fitur angkutan cepat: sistem angkutan ringan yang memiliki jalur tersendiri, sehingga menghindari kemacetan jalan raya; dengan ketinggian sama dengan bus dan mobil. Beberapa sistem rel ringan dibuat melayang atau bawah tanah. Sistem tram terbaru ini membuat kapasitas dan kecepatannya bisa meningkat, dan lebih murah daripada membangun angkutan cepat, terutama untuk kota kecil.[14]
Desain premetro artinya sistem angkutan cepat bawah tanah dibangun di pusat kota, dengan tram atau angkutan ringan di pinggiran kota. Kebalikannya, beberapa kota membangun angkutan cepat di pinggiran kota, dan membangkun tram atau angkutan ringan di dalam kota untuk menghemat biaya. Di Jerman, desain premetro dikenal dengan nama Stadtbahn.[34]
Kereta komuter pinggir kota adalah sistem kereta yang beroperasi dengan frekuensi lebih sedikit daripada angkutan cepat tengah kota, dengan kecepatan rata-rata lebih tinggi dan hanya berhenti pada satu stasiun di tiap desa/kota kecil. Kereta komuter di beberapa kota (seperti S-Bahn di Jerman, kereta Chennai, Australian cityrail, S-tog di Denmark, dll.) menyediakan transportasi massal antar kota sebagai sistem metro urban. Kebalikannya, di beberapa kota (seperti PATH di New York, Dubai Metro, Los Teques Metro, Tyne & Wear Metro, MetroSur, Madrid Metro, MRT Singapura, Taipei Metro, Kuala Lumpur RapidKL Light Rail Transit), sistem angkutan cepat mencabang sampai pinggiran kota terdekat.
Beberapa kota memiliki campuran keduanya, dengan 2 macam angkutan cepat: dalam kota (seperti Paris Métro, Berlin U-Bahn, London Underground) dan pinggiran kota dengan frekuensi lebih kecil (RER, S-Bahn, Crossrail). Kereta pinggir kota ini memiliki jalur tersendiri dan frekuensinya sering, tetapi beroperasinya seperti kereta komuter. Di beberapa kota, jaringan kereta nasional melewati terowongan di pusat kota; sehingga dengan peron sama, kereta komuter ini terhubung langsung dengan angkutan cepat.[50][51] Sistem BART di California merupakan gabungan keduanya: di pinggiran kota, berfungsi seperti kereta komuter, dengan rangkaian kereta lebih panjang, interval lebih panjang, dan jarak antar stasiun jauh; sedangkan dalam kota San Francisco, banyak jalur bergabung dan interval juga makin sering dengan jarak antar stasiun makin dekat.
Ongkos, keuntungan, dan dampak
Hingga Mei 2012[update], 184 kota telah membangun sistem angkutan cepat.[52] Modal awalnya memang tinggi, karena adanya risiko pembengkakan dana dan berkurangnya keuntungan, maka pembiayaan publik umumnya diperlukan. Angkutan cepat umumnya dilihat sebagai alternatif transportasi jalan;[53] dengan adanya angkutan cepat maka bisa memenuhi kapasitas yang lebih besar dengan pemakaian tanah lebih kecil, dampak pada lingkungan lebih kecil, serta pengoperasian lebih rendah.[54]
Sistem melayang atau bawah tanah di pusat kota membuat transportasi penumpang tanpa menggunakan tanah yang mahal, dan kota juga dapat mengembangkan tanpa halangan fisik. Stasiun angkutan cepat umumnya memunculkan kawasan hunian dan komersial, dengan pengembangan kantor berorientasi transit juga tumbuh.[53][55]
Sistem angkutan cepat memiliki biaya tetap tinggi. Sebagian besar dimiliki pemerintah, entah oleh pemerintah lokal, otoritas transit, atau pemerintah nasional. Modal awal umumnya dibagi atau sepenuhnya dibiayai pajak. Sistem ini dioperasikan dapat dioperasikan pemilik atau perusahaan swasta melalui public service obligation. Pemilik sistem umumnya juga memiliki sistem bus atau rel lain, atau anggota dari asosiasi transportasi lokal, sehingga memungkinkan bebas transpfer antar mode. Hampir semua sistem angkutan cepat beroperasi merugi, maka membutuhkan pemasukan tarif, iklan, dan subsidi untuk menutup biayanya.
Rasio pengembalian tiket, rasio dari pendapatan tiket terhadap biaya operasi, digunakan untuk menilai keuntungan operasional, dengan beberapa sistem seperti MTR Corporation (Hongkong),[16] dan Taipei[56] dapat mencapai rasio pengembalian lebih dari 100%. Hal ini mengabaikan modal awal pembangunan sistem yang besar, yang biasanya disubsidi dengan pinjaman lunak[18] dan biasanya tidak terhitung dalam perhitungan keuntungan.
Galeri
-
Metro tertua di India, Kolkata Metro
-
Seoul Metropolitan Subway adalah metro tersibuk kedua di dunia
-
Toronto Rocket dari Toronto Subway memiliki rangkaian dengan pintu antar kereta yang lebar
-
Pintu keluar Stasiun Square-Victoria-OACI Montreal Metro
-
Peron Stasiun Meiji-jingumae di Tokyo Metro
-
Tünel di Istanbul (1875) adalah jalur rel bawah tanah kedua tertua di dunia, setelah London Underground (1863)
-
Di dalam terowongan Turin Metro di Italy.
-
Kereta São Paulo Metro pada Jalur Hijau
-
Paris Metro hampir semuanya di bawah tanah
-
Uni Soviet merancang stasiunnya dengan berbagai ornamen dekoratif (Saint Petersburg Metro, Rusia)
-
Rome Metro Jalur B1
-
Metro de Santiago (Chile) menggabungkan kereta ban karet dengan jalur melayang
-
Kereta Jalur Hijau Miami Metrorail dengan jalur melayang di Stasiun Pusat Pemerintah, Miami
-
-
Tehran Subway tiba di Stasiun Vali-e-asr
-
Buenos Aires Underground adalah kereta bawah tanah tertua di belahan bumi selatan dan Amerika Latin
-
Stasiun Farragut West di Washington Metro
-
Stasiun Mar Girgis Station Kairo Metro Jalur 1 tahun 2002. Cairo Metro adalah angkutan cepat pertama di Afrika, dan satu-satunya sampai Algiers Metro diresmikan 2011.
-
Vienna U-Bahn type U1
-
Pyongyang Metro, Korea Utara
Lihat pula
Referensi
- Notes
- ^ "Urbanrail.net > metro - subway - light rail". www.urbanrail.net. Diakses tanggal 2021-07-26.
- ^ "Rapid transit". Merriam-Webster. Diakses tanggal 2008-02-27.; "Metro". International Association of Public Transport. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-10. Diakses tanggal 2008-02-27.
- ^ a b "Glossary of Transit Terminology". American Public Transportation Association. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-05. Diakses tanggal 2008-02-27.
- ^ Wright, Lloyd; Fjellstrom, Karl (2003). "Sustainable Transport: A Sourcebook for Policy-makers in Developing Cities - Mass Rapid Transit" (PDF). The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP).
- ^ "Shanghai now the world's longest metro". 4 May 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-19. Diakses tanggal 4 May 2010.
- ^ Fjellstrom&Wright, 2002: p.2
- ^ Executive ed.: Joseph P. Pickert... (2000). The American Heritage Dictionary of the English Language, Fourth Edition. Houghton Mifflin Company. ISBN 0-618-08230-1.
- ^ "Definition of "Underground"". Chambers Reference Online. Diakses tanggal 2006-11-28.
- ^ a b White, 2002: 63
- ^ a b c Ovenden, 2007: 93
- ^ Ovenden, 2007: 16
- ^ a b c Ovenden, 2007: 7
- ^ "Subway". Encyclopædia Britannica online. Diakses tanggal 2006-12-02.
- ^ a b Pulling, Niel (2008-05-22). "Light Rail – the Solution to Inner-City Chaos?". Railway Technology. Diakses tanggal 2008-08-18.
- ^ Cervero, 1998: 13
- ^ a b c MTR Corporation (2008-08-05). "Announcement of Unaudited Results for the Six Months Ended 30 June 2008" (PDF). Diakses tanggal 2008-08-21.
- ^ "Taipei Rapid Transit Corporation '08 Annual Report" (PDF). Taipei Rapid Transit Corporation. hlm. 96. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-12-25. Diakses tanggal 2010-07-06.
- ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-25. Diakses tanggal 2011-03-31.
- ^ a b Kjenstad, 1994: 46
- ^ Ovenden, 2007: 84
- ^ Ovenden, 2007: 95
- ^ Ovenden, 2007: 36–39
- ^ Ovenden, 2007: 32–35
- ^ Ovenden, 2007: 28–31
- ^ White, 2002: 65–66
- ^ Ström, 1998: 58
- ^ Ovenden, 2007: 107
- ^ a b Ovenden, 2007: 9
- ^ Oslo Sporveier (2005). "R2010" (PDF) (dalam bahasa Norwegian). hlm. 4. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-09-09. Diakses tanggal 2008-08-20.
- ^ Needle et al., 1997: 10–13
- ^ El Mundo. "El auto de procesamiento por el 11-M" (dalam bahasa Norwegian). Diakses tanggal 2008-09-08.
- ^ Office of Hazardous Materials Safety. "A Comparison of Risk: Accidental Deaths - United States - 1999-2003". U.S. Department of Transportation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-07. Diakses tanggal 2007-09-10.
- ^ "Office of Rail Regulation". UK. Health & Safety Executive. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-27. Diakses tanggal 2007-09-10.
- ^ a b White, 2002: 64
- ^ Sato, Yoshihiko; Matsumoto, Akira and Knothe, Klaus (2002). "Review on rail corrugation studies". Wear. 253 (1–2): 130. doi:10.1016/S0043-1648(02)00092-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-25. Diakses tanggal 2008-08-21.
- ^ Société de transport de Montréal. The Montreal Métro, a source of pride (PDF). hlm. 6. ISBN 2-921969-08-4. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2011-03-31.
- ^ Railway Technology. "Toulouse Metro, France". Diakses tanggal 2008-08-20.
- ^ "Docklands Light Railway - About DLR". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-27. Diakses tanggal 2006-12-04.
- ^ "Bangkok Mass Transit System Company Limited - BTS SkyTrain". Diakses tanggal 2006-12-04.
- ^ Vuchic, Vukan and Casello, Jeffrey (2002). "An Evaluation of Maglev Technology and Its Comparison With High Speed Rail" (PDF). Transportation Quarterly. 56 (2): 33–49. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-19. Diakses tanggal 2011-03-31.
- ^ White, 2002: 64–65
- ^ Uslan et al., 1990: 71
- ^ Cervero, 1998: 8
- ^ Cervero, 1998: 226
- ^ Boorse, Jack W. (1999). "Dual-Mode Traction Power Distribution for Light Rail Transit: A Design Option". Transportation Research Record. 1677: 67–72. doi:10.3141/1677-09.
- ^ Ming-Tsun Ke, Tsung-Che Cheng and Wen-Por Wang (2002). "Numerical simulation for optimizing the design of subway environmental control system". Building and Environment. 37 (11): 1139–1152. doi:10.1016/S0360-1323(01)00105-6.
- ^ "Metro Arts and Architecture". Metro Bits. Diakses tanggal 2006-12-04.
- ^ Storstockholms Lokaltrafik. "Konståkning i världens längsta konstutställning" (dalam bahasa Swedish). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-13. Diakses tanggal 2008-08-20.
- ^ "10 Ways to Enhance Your Community: Unleash the Power of Public Transportation" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2006-10-17. Diakses tanggal 2006-12-04.
- ^ White, 2002: 63–64
- ^ Cervero, 1998: 21
- ^ "World Metro Database". Metro Bits. Diakses tanggal 2013-11-17.
- ^ a b Banister and Berechman, 2000: 258
- ^ Cervero, 1998: 26
- ^ European Conference of Ministers of Transport, 2003: 187
- ^ "Taipei Rapid-Transit Corporation '08 Annual Report" (PDF). Taipei Rapid-Transit Corporation. hlm. 96. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-12-25. Diakses tanggal 2010-07-06.
- Bibliografi
- Banister, David and Berechman, Joseph (2000). Transport Investment and Economic Development. Routledge. ISBN 0419255907.
- Cervero, Robert (1998). The Transit Metropolis. Island Press. ISBN 1559635916.
- European Conference of Ministers of Transport (2003). Safe & Sustainable Transport. Paris: OECD Publishing. ISBN 92-821-1303-5.
- Flyvbjerg, B. "Cost Overruns and Demand Shortfalls in Urban Rail and Other Infrastructure," Transportation Planning and Technology, vol. 30, no. 1, February 2007, pp. 9-30. Diarsipkan 2011-07-19 di Wayback Machine.
- Fjellstrom, K.; Wright, L. (2002). "Mass Transit Options" (PDF). Sustainable Transport: A Sourcebook for Policy-Makers in Developing Cities. Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-12-05. Diakses tanggal 2009-07-09.
- Kjenstad, Rune (1994). På skinner i Bymarka (dalam bahasa Norwegian). Oslo: Baneforlaget. ISBN 82-91448-01-9.
- Ovenden, Mark (2007). Transit Maps of the World. London: Penguin. ISBN 0-14-311265-5 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan). - Needle, Jerome A.; Transportation Security Board and Cobb, Renée M. (1997). Improving Transit Security. Transportation Security Board. ISBN 0309060133.
- Ström, Marianne (1998). Metro Art. ACR Edition. ISBN 286770068X.
- White, Peter (2002). Public Transport: Its Planning, Management, and Operation. Taylor & Francis. ISBN 0-415-25772-7.
- Uslan, Mark; American Foundation for the Blind, Peck, Alec; Wiener, William and Stern, Arlene (1990). Access to Mass Transit for Blind and Visually Impaired Travelers. American Foundation for the Blind. ISBN 0891281665.
- Executive ed.: Joseph P. Pickert... (2000). The American Heritage Dictionary of the English Language, Fourth Edition. Houghton Mifflin Company. ISBN 0-618-08230-1.
Pranala luar
- (Inggris) Informasi mengenai angkutan cepat di UrbanRail.net
- (Inggris) Kumpulan peta jaringan kereta bawah tanah