Ini adalah artikel yang memenuhi kriteria penghapusan cepat artikel tentang orang, hewan individu, organisasi (grup musik, klub, perusahaan, dll.), konten web, atau peristiwa yang terselenggara yang tidak mengindikasikan kepentingan subjeknya. Lihat KPC A7.%5B%5BWP%3ACSD%23A7%7CA7%5D%5D%3A+Artikel+yang+tidak+dapat+memberikan+klaim+kepentingan+subjekA7
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
Catatan untuk pembuat halaman: Anda belum membuat atau menyunting article halaman pembicaraan. Jika Anda mengajukan keberatan atas penghapusan, mengeklik tombol di atas akan membawa Anda untuk meninggalkan pesan untuk menjelaskan mengapa Anda tidak setuju artikel ini dihapus. Jika Anda sudah ke halaman pembicaraannya, tetapi pesan ini masih muncul, coba hapus singgahan (cache).
Hasril Chaniago lahir di Nagari Koto Tangah Simalanggang pada 20 Januari 1962. Setelah tamat dari STM Negeri Bukittinggi sebagai juara umum pada tahun 1982, ia mendapatkan tiket mahasiswa undangan untuk kuliah di FKT IKIP Padang. Namun, kesempatan itu tidak diambilnya karena kecewa dengan kebijakan Menteri Pendidikan Daoed Joesoef yang waktu itu melarang tamatan STM melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri kecuali untuk pendidikan keguruan, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk menjadi insinyur dan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Berbekal pengalaman sebagai pengasuh majalah sekolah Gesit, ia memilih terjun langsung ke dunia jurnalistik dan tulis-menulis.[5]
Selama bekerja di Harian Singgalang, ia sempat mengikuti beberapa pendidikan jurnalistik di berbagai tempat, seperti di Universitas Andalas, Padang (1983), Medan (1986), dan Arlington, Virginia, sembari menjadi visiting editor di surat kabar Tallahassee Democrat, Florida, Amerika Serikat pada tahun 1998. Sambil menjadi wartawan dan penulis, ia pernah menjadi Konsultan Pengembangan Media Haluan Media Group dan Ketua Dewan Redaksi Harian Haluan (2010–2012). Selain itu, ia pernah menjadi Redaktur Eksekutif Harian Singgalang (1986–1998), kontributor dan redaktur tamu Majalah Ekonomi Prospek Jakarta, Pemimpin Redaksi Mimbar Minang (1999–2005), koresponden majalah Milenia Muslim (Malaysia) untuk Indonesia (2007–2008), dan Board of Editorial Majalah Indonesian Leaders Jakarta (2015–2016).[5]
Aktivitas lain
Selain bekerja sebagai wartawan dan penulis sejak tahun 1982, ia aktif dalam kepengurusan PWI Sumatera Barat sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi (1997–2001), Ketua Dewan Kehormatan Daerah (2001–2006), dan Penasihat (sejak 2006 sampai sekarang). Ia adalah pemegang sertifikat kompetensi Wartawan Utama Dewan Pers dan Tim Penguji Kompetensi Wartawan PWI Pusat. Sebagai wartawan, ia telah melakukan perjalanan jurnalistik ke lebih dari 30 negara di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat, di antaranya pernah meliput Perang Bosnia-Herzegovina (1992) dan Konflik Moro di Mindanao, Filipina Selatan (1996).[5]
Ia aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan demokrasi. Pada tahun 2003–2004 menjadi anggota Panitia Pengawas Pemilu Sumatera Barat, dan Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat (2005). Ia juga aktif di kepengurusan berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan seperti Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), dan Persyarikatan Muhammadiyah (terakhir sebagai Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat).[5]
Keluarga
Menikah dengan Ir. Hj. Etti Mis'ar, ia dikaruniai empat orang putra, Muhammad Adam, Muhammad Rizqi, Muhammad Ramadhan, dan Muhammad Arief Rahman dan seorang putri, Atiqah F. Hasril (meninggal 1998). Setelah istrinya meninggal, ia menikah lagi dengan Dra. Nelfida, adik kandung istrinya yang pertama. Hasril Chaniago tinggal di Padang namun banyak melakukan perjalanan dalam dan luar negeri.[5]
Karya
Pada awal kariernya, Hasril pernah menulis sejumlah cerpen dan novel yang dimuat sebagai cerita bersambung dalam Harian Haluan dan Harian Singgalang. Belakangan, ia lebih dikenal sebagai penulis buku sejarah dan biografi. Di antara karyanya adalah:
Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995 (1995, bersama Mestika Zed dan Edy Utama)
Catatan Seorang Pamong: Hasan Basri Durin (1997)
Biografi Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Dt. Rangkayo Basa: Gubernur di Tengah Pergolakan (1998)
Perlawanan Seorang Pejuang: Biografi Kolonel Ahmad Husein (2001, bersama Mestika Zed)