Sunan Ampel

penyebar agama Islam di Indonesia
Revisi sejak 31 Desember 2023 05.19 oleh Raden Salman (bicara | kontrib) (Catatan Kronik Tiongkok dari klenteng Sam Poo Kong tidak dapat dijadikan rujukan karena telah dicek dan ternyata tidak ditemukan seorang residen bernama portman...)

Ali Rahmatullah atau yang dikenal dengan Sunan Ampel adalah seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Ia lahir pada tahun 1401 di daerah Champa, Vietnam.

As-Syekh

Ali Rahmatullah
( Sunan Ampel )
Informasi pribadi
Lahir
Ali Rahmatullah

Meninggal1481
AgamaIslam
Pasangan
Anak
Pernikahan dengan Dewi Candrawati :
Pernikahan dengan Dewi Karimah :
  • Dewi Murtasiyah (Istri Sunan Giri)
  • Dewi Murthasimah (Istri Raden Fatah)
  • Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
  • Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
  • Maulana Hamzah (Pangeran Tumapel)
  • Raden Faqih (Sunan Ampel 2)
Orang tua
DenominasiSunni
Dikenal sebagaiWali Songo
Pemimpin Muslim
PendahuluSunan Gresik
PenerusSyekh Siti Jenar

Sunan Ampel adalah Putra dari Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi dengan Dewi Candrawulan. Sunan Ampel juga merupakan keponakan Dyah Dwarawati, istri Bhre Kertabhumi raja Majapahit.

Sunan Ampel yang makamnya terletak di kampung Ampel, kota Surabaya adalah anggota dewan Wali Songo tertua yang memiliki peranan besar dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa dan tempat lain di Nusantara. Dalam historiografi lokal dituturkan bahwa Raden Rahmat datang ke Jawa bersama saudara tuanya yang bernama Ali Musada (Ali Murtadho) dan saudara sepupunya yang bernama Raden Burereh (Abu Hurairah). Menurut Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Sunan Giri Malang dalam Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri (1975), imam Rahmatullah bersama ayahnya datang ke Jawa dengan tujuan dakwah Islamiyah disertai saudaranya yang bernama Ali Murtadho dan kawannya bernama Abu Hurairah putra Raja Champa. Mereka mendarat di Tuban. Setelah tinggal di Tuban beberapa lama sampai ayahandanya wafat, imam Rahmatullah berangkat ke Majapahit menemui bibinya yang dikawin Raja Majapahit yang masih beragama Buddha. Sementara itu, menurut Djajadiningrat dalam Sejarah Banten (1983) dikisahkan bahwa Raden Rahmat ketika dewasa mendengar tentang peperangan di Jawa. Dengan tiga orang pandhita muda (ulama muda) lainnya, Burereh, Seh Salim, dan saudaranya yang tak di sebut namanya, Raden Rahmat berangkat ka Jawa. Setelah keempat orang tadi berangkat ke Jawa, Champa diruntuhkan oleh seorang kafir dari Sanggora.

Kedatangan Sunan Ampel ke Majapahit diperkirakan terjadi awal dasawarsa keempat abad ke-15, yakni saat Arya Damar sudah menjadi Adipati Palembang sebagaimana riwayat yang menyatakan bahwa sebelum ke Jawa, Raden Rahmat telah singgah ke Palembang. Menurut Thomas W. Arnold dalam The Preaching of Islam (1977), Raden Rahmat sewaktu di Palembang menjadi tamu Arya Damar selama dua bulan, dan dia berusaha memperkenalkan Islam kepada raja muda Palembang itu. Arya Damar yang sudah tertarik kepada Islam itu hampir saja diikrarkan menjadi Islam. Namun, karena tidak berani menanggung risiko menghadapi tindakan rakyatnya yang masih terikat pada kepercayaan lama, ia tidak menyatakan keislamannya di hadapan umum. Menurut cerita setempat, setelah memeluk Islam, Arya Damar memakai nama Ario Abdillah. (Sumber: Atlas Walisongo)

Keturunan

Isteri pertama adalah Dyah Candrawati alias Nyai Ageng Manila binti Arya Teja Al-Abbasyi, berputera:

  1. Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/( Sunan Bonang )
  2. Syarifuddin/Raden Qasim/( Sunan Drajat )
  3. Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
  4. Siti Muthmainnah
  5. Siti Hafsah

Isteri kedua adalah Dyah Karimah binti Ki Kembang Kuning, melahirkan beberapa anak yaitu [butuh rujukan]:

  1. Dewi Murtashiyah yang menjadi istri Sunan Giri.[1]
  2. Dewi Asyiqah/ Dewi Murthasimah Istri Raden Patah
  3. Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
  4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
  5. Pangeran Tumapel / Pangeran Lamongan/ Sayyid Maulana Hamzah, ayah dari Sunan Tembayat.
  6. Raden Faqih ( Sunan Ampel 2 )

 

Sejarah

Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dyah Dwarawati. Dyah Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bergelar Bhre Kertabhumi.

Berikut Nasab lengkapnya menurut Kajian manuskrip kuno oleh Dzurriyah Walisongo dan isbat nasab oleh Naqobah Internasional nasab Sunan Gunung Jati yang bersambung ke Syekh Jumadil Kubro (Iraq & Uzbekistan):

  1. Rasulullah SAW.
  2. Fatimah Az-Zahra
  3. Husain bin Ali
  4. Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad al-Baqir
  6. Ja’far ash-Shadiq
  7. Musa Al Kadzim
  8. Ali Ar Ridho
  9. Muhammad Al Jawad At Taqi
  10. Ali An Naqi Al Hadi
  11. Ja'far Az Zaki
  12. Ali Al Asyqori
  13. Abdullah
  14. Ahmad
  15. Mahmud
  16. Muhammad
  17. Ja'far
  18. Ali
  19. Husein Jalaluddin Al Bukhori
  20. Ahmad Al Kabir
  21. Jalaluddin Husein
  22. Mahmud Nasiruddin Mahmudinil Kubro
  23. Jamaluddin Akbar (Jumadil Kubro)
  24. Ibrahim Asmoroqondi (Samarkand & Tuban)
  25. Raden Ali Rahmatullah Sunan Ampel

Sumber Silsilah:

  1. Manuskrip Bangkalan 1624M
  2. Manuskrip Tapal Kuda 1650M
  3. Manuskrip Pamekasan 1700M
  4. Manuskrip Syekh Hasan Muhyi 1787M
  5. Tinjauan Kritis Sejarah Banten 1913M

Ajaran

Moh limo Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:

  1. Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
  2. Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
  3. Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
  4. Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
  5. Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.

Makam

 
Makam Sunan Ampel di Kota Surabaya.

Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak.[butuh rujukan] Namun, ia dimakamkan di Kota Surabaya, Jawa Timur.[2] Lokasi makamnya berada di Masjid Ampel.[butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ Mursidi, A., dan Soetopo, D. (Juli 2021). Andriyanto, ed. Toponimi Kecamatan Kabupaten Banyuwangi Pendekatan Historis (PDF). Klaten: Penerbit Lakeisha. hlm. 112. ISBN 978-623-6322-59-8. 
  2. ^ Sukandar, dkk. (Desember 2016). Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur Volume 1 (Utara Jawa Timur) (PDF). Surabaya: Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. hlm. 2. 

Bacaan lanjutan