Museum Mandala Wangsit Siliwangi

museum di Indonesia
Revisi sejak 31 Desember 2023 07.22 oleh Badak Jawa (bicara | kontrib) (Mengembalikan suntingan oleh Reffyr (bicara) ke revisi terakhir oleh Lemoguz)

Museum Wangsit Mandala Siliwangi adalah museum militer yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Siliwangi merupakan nama komando daerah militer TNI-AD di Jawa Barat dan Banten yang namanya diambil dari raja dari Kerajaan Sunda yang beribu kota di Pakuan Pajajaran yang kekuasaannya konon tak terbatas, juga arif dan bijaksana serta wibawa dalam menjalankan roda pemerintahan.

Museum Wangsit Mandala Siliwangi

Sedangkan arti Mandala Wangsit merupakan sebuah tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau nasihat dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalu benda-benda yang ditinggalkannya. Museum ini diresmikan oleh panglima divisi Siliwangi Kolonel Ibrahim Adjie pada tanggal 23 Mei 1966.

Museum yang berlokasi di Jalan Lembong, kecamatan Sumur, Bandung dibangun sejak masa penjajahan Belanda. Jalan diambil dari nama Letkol Lembong, salah satu prajurit Siliwangi yang menjadi korban dalam Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil(APRA). Sebelumnya jalan itu bernama Oude Hospitaalweg yang artinya rumah sakit tua.[1]

Sejarah

Bangunan museum yang memiliki gaya arsitektur romantisisme akhir ini dibangun pada era kolonial Belanda antara tahun 1910-1915 sebagai tempat tinggal para perwira Belanda. Setelah Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, bangunan ini dijadikan markas untuk sembunyi dari pihak Jepang. Setelah kemerdekaan, bangunan ini diambil alih oleh pasukan Siliwangi dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi (Akademi Militer Bandung) pada tahun 1949-1950. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 4.176 m2 dengan luas bangunan 1.674 m2. Pada tanggal 23 Mei 1966 bangunan ini beralih fungsi menjadi Museum yang diresmikan oleh panglima divisi Siliwangi ke-8 yaitu Kolonel Ibrahim Adjie. Lalu tahun 1979 gedung ini direhabilitasi kembali menjadi gedung bertingkat dua, kemudian diresmikan penggunaannya pada tanggal 10 November 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-15, Mayjen Yoga Sugama dan dengan penandatangannan prasasti oleh Presiden Soeharto.[1]

Koleksi

Koleksi museum terdiri dari peralatan perang yang digunakan oleh pasukan Kodam Siliwangi, dari senjata tradisional Sunda yang digunakan sebelum era modern seperti tombak, panah, keris, kujang, dan bom molotov. Senjata modern yang ditampilkan di museum ini adalah panser rel buatan Indonesia, meriam, dan kendaraan lapis baja.

Di dalam museum ini juga terdapat koleksi peralatan perang pada zaman perang kemerdekaan Indonesia yang terdiri dari senjata-senjata yang digunakan pada masa Pendudukan Jepang. Terdapat beberapa alat dan kendaraan yang digunakan pada saat masa tersebut, yaitu:

  • Bedug Simawa Rame
  • Senjata laras panjang dan pistol
  • Tank dan ambulans militer

Disamping itu juga terdapat galeri lukisan yang menggambarkan romusha atau kerja paksa yang terjadi pada zaman pendudukan Jepang. Terdapat juga koleksi fotografi mengenai peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 24 Maret 1946 di Bandung dan peristiwa peracunan pada tanggal 17 Februari 1949. Terdapat koleksi bedok (busana) yang digunakan oleh Ki Hadjar Dewantara, Menteri Pendidikan pertama di Indonesia berupa bedok yang terdiri dua jubah berwarna putih dan hitam. Terdapat pula satu aula untuk keperluan umum di museum tersebut.

Pranala luar


  1. ^ a b Saepullah, Aep (2021). Mengenal Aneka Museum Nusantara. Jakarta: PT. Perca. hlm. 51–53. ISBN 978-979-043-591-9.