Fauzi Bowo

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta
Revisi sejak 11 Februari 2015 11.43 oleh JayaGood (bicara | kontrib)

Dr.-Ing. H. Fauzi Bowo (lahir 10 April 1948) adalah Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman sejak 24 Desember 2013. Ia juga adalah Gubernur Jakarta dari 7 Oktober 2007 hingga 7 Oktober 2012. Ia terpilih pada pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2007 dan berpasangan dengan Prijanto. Pasangan ini mengalahkan pasangan Adang Daradjatun dan Dani Anwar, yang pada waktu itu didukung oleh satu partai saja. Sebelum menjadi gubernur, Fauzi Bowo menjabat wakil gubernur mendampingi Sutiyoso. Fauzi Bowo digantikan oleh Joko Widodo yang terpilih pada pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012

Fauzi Bowo
Duta Besar Indonesia untuk Jerman
Mulai menjabat
24 Desember 2013
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
Sebelum
Pendahulu
Eddy Pratomo
Pengganti
Petahana
Sebelum
Gubernur DKI Jakarta 15
Masa jabatan
7 Oktober 2007 – 7 Oktober 2012
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
WakilPrijanto
Sebelum
Pendahulu
Sutiyoso
Pengganti
Fadjar Panjaitan
(Pelaksana Tugas)[1]
Joko Widodo
Wakil Gubernur DKI Jakarta
Masa jabatan
7 Oktober 2002 – 7 Oktober 2007
PresidenMegawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
GubernurSutiyoso
Sebelum
Pendahulu
Basofi Sudirman (1987-1992)
Pengganti
Prijanto
Sebelum
Sekretaris Daerah
Provinsi DKI Jakarta
Masa jabatan
1998 – 2002
PresidenSoeharto
Bacharuddin Jusuf Habibie
Abdurrahman Wahid
Megawati Soekarnoputri
GubernurSutiyoso
Sebelum
Pendahulu
Tidak diketahui
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir10 April 1948
Jakarta
Partai politikPartai Demokrat
Suami/istriSri Hartati
ProfesiBirokrat, Politikus
Situs webwww.bangfauzi.com
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Riwayat hidup

Pria berdarah Jawa-Betawi putra dari pasangan Djohari Adiputro Bowo asal Yogyakarta dan Nuraini binti Abdul Manaf asal Jakarta ini menamatkan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD St. Bellarminus. Kemudian ia melanjutkan jenjang pendidikan tingkat menengah dan atas di Kolese Kanisius Jakarta. Setelah menamatkan pendidikan SMA, ia mengambil studi Arsitektur bidang Perencanaan Kota dan Wilayah dari Technische Universität Braunschweig Jerman dan tamat 1976 sebagai Diplom-Ingenieur. Program Doktor-Ingenieur dari Technische Universität Kaiserslautern bidang perencanaan diselesaikannya pada tahun 2000.

Fauzi Bowo memulai kariernya dengan mengajar di Fakultas Teknik UI. Ia bekerja sebagai pegawai negeri sejak tahun 1977. Beberapa posisi yang pernah dijabatnya antara lain adalah sebagai Kepala Biro Protokol dan Hubungan Internasional dan Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta.

Sebagai birokrat, Fauzi telah menempuh Sepadya (1987), Sespanas (1989), dan Lemhannas KSA VIII (2000). Ia adalah wakil gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta di masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso.

Fauzi Bowo menikah dengan Hj. Sri Hartati pada tanggal 10 April 1974. Hj. Sri Hartati adalah putri dari Sudjono Humardani, kelahiran Semarang, 29 Agustus 1953. Dari pernikahan ini, pasangan Fauzi Bowo dan Sri Hartati dikaruniai 3 orang anak: Humar Ambiya (20 Juli 1976), Esti Amanda (5 April 1979) dan Dyah Namira (1 Februari 1983).

Pilkada 2007 dan Masa Kegubernuran

Dalam penjaringan calon gubernur oleh Partai Persatuan Pembangunan, Fauzi Bowo mengungguli Agum Gumelar dan Mahfud Djailani dalam perolehan suara. Fauzi memperoleh 14 suara, Agum (5 suara) dan Djailani mendapat dua suara. Dua suara lain menyatakan abstain.

Namun, dalam skoring terhadap enam kandidat calon gubernur yang mengajukan diri ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ia menempati urutan paling terakhir. Dalam skoring itu, ia meraih 80 suara. Sedang, urutan teratas ditempati oleh Sarwono Kusumaatmadja.

Fauzi Bowo dan Gubernur Sutiyoso dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas terjadinya Banjir besar di Jakarta di hampir seluruh wilayah ibukota DKI Jakarta, dan memengaruhi popularitas Fauzi Bowo.

Pada 22 Januari 2007, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyampaikan hasil jajak pendapat terhadap 700 responden pada minggu ketiga Desember 2006 dengan cara tatap muka. Hasil jajak pendapat LSI untuk calon Gubernur DKI adalah Fauzi Bowo, Rano Karno, Agum Gumelar, Sarwono Kusumaatmadja, Adang Daradjatun, dan Bibit Waluyo.

Ia mengikuti Konvensi Partai Golkar 2007. Ia adalah satu-satunya peserta konvensi yang mengembalikan formulir pendaftaran dan satu-satunya peserta yang diusung untuk jabatan gubernur. Ia juga menjadi salah satu calon gubernur yang dicalonkan Partai Bintang Reformasi. Selain menerima dukungan secara khusus dari Din Syamsudin dan Partai Damai Sejahtera.

Pada tanggal 16 Agustus 2007, pasangan Fauzi Bowo - Prijanto unggul dalam pilkada pertama langsung di Jakarta ini dengan 57,87% suara pemilih[2]. Fauzi Bowo menggantikan Sutiyoso sebagai Gubernur Jakarta periode 2007 - 2012 pada tanggal 7 Oktober 2007[3].

Menurut Majalah TRUST Fauzi Bowo mengeluarkan ratusan miliar untuk mencari dukungan partai politik dan bernilai lebih dari Rp 200 miliar untuk tiap partai besar, namun pernyataan ini tidak ditanggapi oleh Fauzi Bowo. Ia juga dianggap sebagai koruptor sejati, karena dana APBD kota jakarta diselewengkannya.[4].

Pilkada 2012

Pada pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012, ia berpasangan dengan Mayjen (Purn) Nachrowi Ramli untuk memperebutkan periode jabatan kedua. Pada putaran pertama, pasangan ini didukung koalisi tujuh partai politik termasuk Partai Demokrat, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Pada putaran kedua, Partai Persatuan Pembangunan dan DPD I Partai Golkar DKI Jakarta merapatkan dukungan kepada mereka.

Hasil penelitian sejumlah lembaga survei memprediksi pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012, pasangan nomor urut 1 memenangi pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012 dengan hanya satu putaran dan unggul cukup jauh dibandingkan pasangan cagub lainnya. Tetapi, hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei yang sebelumnya memprediksikan kemenangan pasangan bernomor urut satu justru menempatkan pasangan Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli (Foke-Nara) di urutan kedua dengan kisaran 33% suara, tertinggal dibandingkan pasangan nomor urut 3, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok).

Berdasarkan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei seperti Lingkaran Survei Indonesia dan Lembaga Survei Indonesia, pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang diusung Partai Demokrat dan beberapa partai pendukung lain hanya bisa menempati urutan kedua dengan suara hanya sekitar 34,18 persen setelah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama yang meraih 43,04 persen suara. Menurut tim sukses pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, kekalahan pasangan cagub Foke-Nara disebabkan oleh karena banyak warga DKI yang sedang berlibur[5].

Referensi

Pranala luar

Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Eddy Pratomo
Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman
24 Desember 2013–sekarang
Petahana
Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
Tidak diketahui
Sekretaris Daerah
Provinsi DKI Jakarta

19982002
Diteruskan oleh:
Ritola Tasmaya
Jabatan politik
Didahului oleh:
Sutiyoso
Gubernur DKI Jakarta
20072012
Diteruskan oleh:
Fadjar Panjaitan
(Pelaksana Tugas)
Joko Widodo
Didahului oleh:
Basofi Sudirman
(1987 - 1992)
Wakil Gubernur DKI Jakarta
20022007
Diteruskan oleh:
Prijanto