Jacques Chirac
Jacques René Chirac (bahasa Prancis: [ʒak ʁəne ʃiʁak] ( simak); 29 November 1932 – 26 September 2019) adalah politikus dan mantan Presiden Republik Prancis. Ia menjabat pada periode 17 Mei 1995-16 Mei 2007. Ia kembali pada tahun 2002 lewat pemilu presiden dua putaran. Masa jabatan kepresidenannya berakhir pada tahun 2007. Selain sebagai presiden, ia juga menjabat ex officio Ko-Pangeran Andorra dan Grand Master Légion d'honneur. Ia digantikan oleh Nicolas Sarkozy pada tanggal 6 Mei 2007.
Chirac lahir di Paris pada tahun 1932. Setelah belajar di Institut d'Etudes Politiques de Paris dan École Nationale d'Administration, Jacques Chirac memulai kariernya sebagai pegawai negeri yang berjabatan tinggi, dan tak lama kemudian terjun ke dunia politik. Sejak itu ia telah menduduki berbagai jabatan senior, seperti Menteri Pertanian, Perdana Menteri, Wali kota Paris, dan akhirnya Presiden Prancis.
Pada 1956, ia menikah dengan Bernadette Chodron de Courcel, dan memperoleh dua orang anak perempuan, Laurence dan Claude. Claude telah lama menjadi asisten pribadinya dan pembantunya dalam urusan hubungan masyarakat. Chirac adalah seorang Katolik Roma.
Chirac dan istrinya Bernadette secara tak resmi mengangkat anak seorang manusia perahu, Anh Dao Traxel, yang mereka ajak tinggal di rumah mereka pada 1979, ketika Anh Dao berusia 21 tahun.
Pada tanggal 16 Desember 2011, Jacques Chirac dinyatakan bersalah pada kasus penyelewengan kekuasaan dan penggelapan dana saat menjabat Wali Kota Paris tahun 1997-1995. Hakim memvonis Chirac 2 tahun penjara [1][2].
Sebagai pemuda dan karier
Ia dikenal memiliki pribadi yang hangat, pandai bicara, dan senang bergaul. Ia adalah anak tunggal dari keluarga menengah atas. Sejak kecil, ia memang berotak cemerlang dan terbiasa menimba ilmu di sekolah yang bergengsi.
Jacques Chirac belajar di:
- Lycée Louis-le-Grand (Paris) (lulus 1950)
- Institut d'études politiques de Paris (lebih dikenal sebagai Sciences Po) 1951-1954 (Pelayanan Masyarakat dan Politik). (Pada 1954, ia menulis sebuah tesis kecil yang berjudul Perkembangan pelabuhan New Orleans, termasuk satu bagian yang membahas risiko banjir.)
- Harvard sekolah musim panas pada 1953
- Akademi perwira kavaleri lapis baja di Saumur (peringkat pertama)
- École Nationale d'Administration (ENA) pada 1959 (Sekolah Nasional untuk Pelayanan Pemerintahan; peringkat ke-10)
Pada awal kariernya Chirac tertarik akan politik sayap kiri. Ia menjual surat kabar komunis l'Humanité dan menandatangani Seruan Stockholm yang diilhami komunis dalam menentang senjata nuklir pada 1950. Ikatan-ikatan sayap kiri ini ternyata di kemudian hari menjadi penghalang baginya, misalnya dalam kunjungan pertamanya ke Amerika Serikat dan dalam karier militernya. Meskipun ia lulus sebagai peringkat pertama kelasnya pada Akademi perwira kavaleri lapis baja di Saumur, militer ingin menurunkan pangkatnya karena mereka tidak ingin seorang "komunis" menjadi perwira.
Setelah menyelesaikan pendidikan perwiranya, Chirac menjadi relawan untuk dikirim ke Aljazair sementara Perang Kemerdekaan Aljazair berkecamuk. Ia mengalami cedera dalam tugasnya itu. Setidaknya, ia telah menghabiskan 40 tahun dalam kehidupannya untuk berpolitik. Sejak awal kariernya, telah tampak bahwa ia akan menjadi politikus ulung.
Karier awal dalam politik
Artikel ini adalah bagian dari seri Politik dan Ketatanegaraan Prancis |
Diilhami oleh Jenderal Charles de Gaulle untuk terjun ke dunia politik, Chirac melanjutkan kariernya sebagai pegawai negeri pada 1950-an. Ia mengikuti sekolah musim panas di Universitas Harvard sebelum masuk ke École Nationale d'Administration (ENA), sekolah elit dan sangat kompetitif yang mendidik para pegawai negeri terbaik Prancis, pada 1957.
Setelah memperoleh gelar pasca-sarjana dari ENA pada 1959, ia menjadi pegawai negeri dan dengan cepat mencapai kedudukan yang tinggi. Pada April 1962, Chirac sudah ditunjuk sebagai kepala dari staf pribadi Georges Pompidou, yang saat itu menjabat perdana menteri di bawah de Gaulle. Penunjukan ini membuat karier politik Chirac melesat.
Pompidou menganggap Chirac sebagai anak emasnya dan menyebutnya sebagai "buldoser" saya karena kemampuannya dalam menyelesaikan tugas. Julukan "Le Bulldozer" dengan segera populer di kalangan politik Prancis. Chirac masih mempertahankan reputasi ini "Chirac memotong segala tetek-bengek dan langsung ke tujuan... Sungguh menyegarkan, meskipun kita harus mengenakan sabuk pengaman bila bekerja bersamanya," kata seorang diplomat Inggris yang anonim pada 1995.
Atas saran Pompidou, Chirac mencalonkan diri sebagai seorang Gaullis untuk kursi di Dewan Nasional pada 1967. Chirac menang dalam pemilu itu dan mendapatkan jabatan dalma kementerian sosial. (Kaum Gaullis secara historis telah mendukung pemerintahan sentral yang kuat dan kemandirian dalam kebijakan luar negeri.) Meskipun ia lebih merupakan seorang "Pompidolis" daripada seorang "Gaullis", Chirac mempunyai posisi yang baik di lingkaran de Gaulle, karena ia terkait lewat perkawinan dengan pendamping tunggal sang jenderal pada saat Appeal 18 Juni 1940.
Ia memiliki kemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah. Salah satu keberhasilannya adalah bernegosiasi dengan pelajar, mahasiswa, dan buruh yang melakukan mogok makan tahun 1968. Di bawah pimpinan Presiden Valery Giscard d’Estaing (1974-1981), ia menjabat perdana menteri untuk pertama kali (1974). Periode pertama (27 Mei 1974-26 Agustus 1976) terhenti karena ia kalah. Kejatuhannya dari kursi kekuasaan pada tahun 1976 seperti mendapat energi kembali untuk mendirikan partai sayap kanan yang Gaullis bernama Rassemblement pour la République (RPR) pada tahun 1976.
Pada tahun 1977, ia terpilih menjadi Wali kota Paris dan jabatan ini bertahan selama 18 tahun atau baru berakhir tahun 1995. Pada saat inilah ia berkenalan dengan dunia gemerlap politik yang penuh godaan. Jabatan perdana menteri pada pariode kedua (20 Maret 1986-10 Mei 1988) seperti menjadi sebuah masa yang gemilang. Ketika hampir semua partai politik mengalami kesulitan dana, RPR justru bergelimang uang.
Dari periode ini pula kemudian muncul tuduhan yang terus menghantuinya. Ia dituduh memperkaya partai dan memperkaya diri dengan cara ilegal. Tuduhan ini berulang kali dibantahnya. Tetapi, ia juga terus menolak penyidikan hukum atas kasusnya. Sebagai presiden, ia memang memiliki kekebalan hukum. Namun, skandal korupsi membuat kredibilitasnya rusak.
Perdana Menteri, 1974-1976
Ketika Giscard terpilih sebagai presiden, ia diangkat menjadi Perdana Menteri pada 27 Mei 1974.
Kabinet Pertama Chirac 28 Mei 1974 - 27 Agustus 1976
- Jacques Chirac - Perdana Menteri
- Jean Sauvagnargues - Menteri Luar Negeri
- Jacques Soufflet - Menteri Pertahanan
- Michel Poniatowski - Menteri Perencanaan
- Jean-Pierre Fourcade - Menteri Ekonomi dan Keuangan
- Michel d'Ornano - Menteri Industri dan Riset
- Michel Durafour - Menteri Perburuhan
- Jean Lecanuet - Menteri Kehakiman
- René Haby - Menteri Pendidikan
- Christian Bonnet - Menteri Pertanian
- Robert Galley - Menteri Perlengkapan
- Simone Veil - Menteri Kesehatan
- Pierre Abelin - Menteri Koperasi
- Vincent Ansquer - Menteri Perdagangan dan Industri Kerajinan
- Jean-Jacques Servan-Schreiber - Menteri Pembaruan
- André Jarrot - Menteri Kualitas Kehidupan
Perubahan
- 9 Juni 1974 - Jean-Jacques Servan-Schreiber meninggalkan kabinet dan tidak digantikan sebagai Menteri Pembaruan.
- 1 Februari 1975 - Yvon Bourges digantikan Soufflet sebagai Menteri Pertahanan.
- 12 Januari 1976 - Jean de Lipkowski digantikan Abelin sebagai Menteri Koperasi. Raymond Barre masuk ke departemen itu sebagai Menteri Perdagangan Luar Negeri. André Fosset digantikan Jarrot sebagai Menteri Kualitas Kehidupan.
- Jacques Chirac - Perdana Menteri
- Jean-Bernard Raimond - Menteri Luar Negeri
- André Giraud - Menteri Pertahanan
- Charles Pasqua - Menteri Dalam Negeri
- Édouard Balladur - Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Privatisasi
- Alain Madelin - Menteri Industri, Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi
- Philippe Séguin - Menteri Tenaga kerja dan Masalah Sosial
- Albin Chalandon - Menteri Kehakiman
- René Monory - Menteri Pendidikan Nasional
- François Léotard - Menteri Kebudayaan dan Komunikasi
- François Guillaume - Menteri Pertanian
- Bernard Pons - Menteri Departemen dan Wilayah Seberang Lautan
- Pierre Méhaignerie - Menteri Perumahan, Perlengkapan, Perencanaan Daerah, dan Transportasi
- André Rossinot - Menteri Hubungan dengan Parlemen
- Michel Aurillac - Menteri Koperasi
Periode Kohabitasi
Terbentuknya koalisi pemerintahan partai berhaluan sayap kanan yang terdiri dari figur-figur kalangan Partai Republiken Independen, UDR, dan partai-partai kecil lainnya. Sedang, sayap kanan terdiri dari PS (Mitterrand dan kawan-kawan) dan Partai Komunis (PCF). UDR terbelah menjadi dua, yaitu antara yang meneruskan paham Gaullis dan yang non-Democratie Francaise yang lebih berhaluan liberal. Dukungan dari PS dan PCF pada Pemilu Presiden April-Mei 1981 menempatkan Francois Mitterrand sebagai presiden. Pierre Mauroy yang ditunjuk menjadi perdana menteri membentuk kabinet sayap kiri.
Dukungan semakin menguat diperoleh dari Gerakan Radikal Kiri (MRG) dalam pemilu legislatif pemerintahan sayap kiri memperkenalkan jaminan sosial, perbaikan kondisi kerja, serta sejumlah perusahaan dan industri besar, berbagai institusi keuangan vital, dinasionalisasi. Maret 1986, aliansi sayap kiri menderita kekalahan dengan sayap kanan dalam pemili legislatif untuk membentuk Majelis Nasional yang semula 491 kursi menjadi 577 kursi.
Hal tersebut memaksa Presiden Francois Mitterrand mencari perdana menteri dari sayap kanan. Terjadilan situasi kohabitasi, di mana presiden yang berdiri di pucuk pimpinan adalah dari golongan kiri (sosialis) sementara kabinetnya dan para menteri dari golongan kanan. Situasi kohabitasi pernah terjadi pada periode 1986-1988, 1993-1995, dan 1995-1997. Melalui situasi kohabitasi, Jacques Chirac memulai pemerintahannya semenjak 17 Mei 1995. Pada tahun itu, ia memerintah bersama Perdana Menteri Lionel Jospin.
Pemilu 2002
Pemilu Presiden putaran pertama (21 April 2002) yang diperkirakan berbagai kalangan memunculkan nama Presiden Jacques Chirac dan Perdana Menteri Lionel Jospin meleset dari kenyataan. Jacques Chirac memperoleh suara 19,88%, Lionel Jospin (16,18%), dan pemimpin Front Nasional Jean Marie Le Pen (16,86%). Prancis terkejut. Kelompok kiri atau simpatisan kiri tak punya kandidat pada babak kedua. Mereka diperhadapkan pada pilihan yang sulit.
Lionel Jospin kalah karena terbelahnya suara yang mendukung kiri oleh banyaknya kandidat kiri dalam pemilu yang terdiri tidak kurang 16 kandidat. Arlette Laguiler dari Partai Perjuangan Buruh yang ekstrem kiri mendapatkan 5,72% suara. Gaya kampanye Jospin yang membosankan dianggap juga punya peran.
Sikap dan program kerja Le Pen dan Front Nasional (FN) cukup menakutkan bagi para pemilih. Le Pen menyatakan dengan jelas bahwa ia anti-imigran. Ia mengatakan untuk segera menyuruh keluar imigran gelap, membatasi hak mencari suaka, dan mendahulukan orang Prancis di semua bidang. Le Pen juga menyatakan ingin keluar dari Uni Eropa (UE), memberlakukan kembali mata uang franc yang tergeser oleh euro, dan berniat mengembalikan apa yang disebutnya sebagai prestige Prancis di mata dunia dengan menolak dominasi Amerika Serikat dan PBB.
Le Pen mampu memperoleh suara lebih banyak karena memanfaatkan kata kunci L’insecurite. Ketidaknyamanan yang dirasakan rakyat karena meningkatnya kriminalitas mencapai 8% pada masa Perdana Menteri Lionel Jospin serta isu terorisme internasional adalah hal yang dipakainya. Selain, ia menganjurkan toleransi nol terhadap kriminalitas dan terorisme juga menginginkan diberlakukannya kembali hukuman mati dan pembangunan lebih banyak penjara untuk menampung 200.000 lebih banyak narapidana.
Dengan memanfaatkan faktor rasa tidak aman itu, Le Pen berhasil menimbulkan rasa nasionalisme sempit pada sebagian pemilih. Tetapi, mungkin saja, seseorang memilih Le Pen untuk memberi peringatan pada Jacques Chirac agar ia menjalankan pemerintahan yang baik ketika terpilih kembali. Isu korupsi juga dimanfaatkan Le Pen dalam kampanye, bahkan dinyatakan bahwa pemerintahannya akan menjalankan pemerintahan yang bersih.
Persatuan pun digalang. Tokoh-tokoh kelompok kiri mendorong pada pengikutnya untuk bergabung dengan golongan kanan-tengah untuk memberikan suara bagi Jacques Chirac agar Le Pen tak bisa menang. Ribuan bahkan ratusan ribu atau sampai satu juta orang turun ke jalan di berbagai kota di seluruh negeri. Kaum Sosialis, Komunis, dan Hijau bersama dengan kelompok-kelompok lain turun ke jalan untuk menyatakan dukungan pada Presiden Jacques Chirac terutama untuk mencegah kemenangan Le Pen.
Mahasiswa-mahasiswa kiri, bahkan anak-anak muda yang baru pertama kalinya memilih dan tidak punya afiliasi yang jelas juga ikut turun. Di Paris, unjuk rasa damai yang diikuti ratusan ribu orang katanya lebih besar dibanding Revolusi Prancis. Ancaman ekstrem kanan membangunkan rasa solidaritas para warga negara. Media menyebutkan unjuk rasa luar biasa pada 1 Mei 2002 merupakan saat agung harapan bersama dari semua kelas sosial, semua asal, dan semua generasi.
Catatan kaki
Lihat pula
Pranala luar
- (Inggris) Artikel BBC tentang percobaan pembunuhan
- Public opinion polls on Jacques Chirac
- Biography at the Official Website of the Office of the French President
- (Prancis) TF1
- (Prancis) l'Express
- (Prancis) Mairie de Paris
- (Prancis) Biography and his election (2002)
- (Prancis) Some Jacques Chirac's quotations
- Jacques Chirac threatened to launch nuclear attack on Iran, Der Spiegel, 19 Januari 2006.
- Jacques Chirac - A life in pictures photo essay
- Anne Applebaum, Farewell, Jacques Chirac, The Washington Post, 8 Mei 2007