Bahasa Cirebon

bahasa di pulau Jawa yang dituturkan oleh etnik Cirebon
Revisi sejak 1 Mei 2020 23.31 oleh 182.1.83.100 (bicara) (Bahasa Jawa dialek Cirebon)

Bahasa Cirebon[4][5][6] dieja oleh masyarakat setempat sebagai basa Cêrbon[a] adalah bahasa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama mulai daerah Pedes hingga Cilamaya Kulon dan Wetan di Kabupaten Karawang, Blanakan, Pamanukan, Pusakanagara, sebagian Ciasem, dan Compreng di Kabupaten Subang, Ligung, Jatitujuh, dan sebagian Sumberjaya, Dawuan, Kasokandel, Kertajati, Palasah, Jatiwangi[7], Sukahaji, Sindang[8] Leuwimunding dan Sindangwangi di Kabupaten Majalengka sampai Kota dan kabupaten Cirebon serta Losari Timur di Kabupaten Brebes di Provinsi Jawa Tengah[9]. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Cirebon dituturkan oleh 3.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11 bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak[1]. Pengembangan bahasa Cirebon dilakukan oleh Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).'Pengembangan bahasa Cirebon dilakukan oleh Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).

Bahasa Jawa Cirebon
BPS: 0084 2
Basa Jawa Cêrbon
Berkas:Reynan-basacerbon.rawulu.jpg
Kata "Basa Jawa Cêrbon" ditulis dengan Rikasara Cirebon
WilayahKabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Brebes
Penutur
3.086.721 (2010)[1]
Posisi bahasa Cirebon dalam harap diisi Sunting klasifikasi ini 

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Status resmi
Diatur olehLembaga Basa lan Sastra Jawa Cirebon
Kode bahasa
ISO 639-1-
ISO 639-2-
ISO 639-3-
Glottologcire1240[3]
BPS (2010)0084 2
Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Cirebon
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Aksara Rikasara Cirebon gaya Gamel pada proposal dewan adat Gamel, dibagian atas tertulis dengan Rikasara Cirebon gaya Gamel yang bunyinya "waringin rungkad" artinya secara harafiah adalah

Wari Ngin Rug Kad

Wari (air) pada masa lalu air itu bening = Kalam = Elmu
Ngin = Angin = Nafas = Kehidupan

Rungkad (Ru' Kad)

Ru' = Jiwa
Kad = Pekerja (Badaniya)

"Ilmu Kehidupan yang mengisi Jiwa dan Raga" yang merupakan salah satu nilai pegangan masyarakat desa Gamel, kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.

Pengaruh

Pada abad ke-15-17 M, bahasa Cirebon telah digunakan dalam tuturan warga pesisir utara Pulau Jawa bagian barat, di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten dan Kota Cirebon, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan utama di Pulau Jawa. Bahasa Cirebon dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya kebudayaan Sunda di Kuningan dan di Majalengka, bahasa Cirebon juga menyerap kosakata dari bahasa-bahasa asal Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa. Contoh kosakata serapannya antara lain: taocang ('kuncir') dari bahasa Tionghoa, bakda ('setelah') dari bahasa Arab, dan sonder ('tanpa')[5] dari bahasa Belanda. Dialek Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti ingsun (saya) dan sira (kamu) dalam bahasa sehari-hari.

Sastra Cirebonan merupakan bagian dari Sastra Pesisiran yang berkembang di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Beberapa ahli[siapa?] percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan telah ada sejak zaman Hindu Awal, dan telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat di Jawa[butuh rujukan]. Sebagai pengaruh budaya Hindu, dapat ditemui dua macam karya Sastra Cirebonan, yang disebut tembang gedhé dan tembang tengahan. Setelah Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh walisanga sekitar abad ke-14-15 M, muncul tembang cilik, yang oleh kebanyakan orang disebut tembang macapat. Setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis, banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui komunikasi (tatap muka).[10]

Pada masa lalu, di kota Cirebon padatnya aktivitas pelabuhan menarik banyaknya urbanisasi kelompok masyarakat dari wilayah sekitarnya termasuk dari Indramayu, Losari dan Brebes yang notabene sebagiannya merupakan wilayah suku Sunda dan suku Jawa selain itu di sekitar pelabuhan Cirebon juga dapat ditemukan kelompok-kelompok masyarakat suku Bugis, suku Madura, pendatang China dan warga keturunan Arab yang pada akhirnya telah menjadikan wilayah ini beragam secara adat maupun bahasa, pada pola kehidupan di sekitar pelabuhan, bahasa Cirebon telah menjadi bahasa ater-ater (bahasa Indonesia: bahasa pengantar) pada pergaulan di berbagai kalangan masyarakatnya, bahkan ketika terjadi penurunan aktivitas pelabuhan Cirebon pada era modern dengan tidak lagi berhentinya kapal Pelni di pelabuhan Cirebon dan pelabuhan hanya dijadikan tempat bongkar batubara dari Kalimantan saja yang notabene menurunkan tingkat interaksi berbagai kelompok masyarakat yang ada, bahasa Cirebon tetap dan telah menjadi bahasa ater-ater yang dominan pada wilayah tersebut.[11]

Perdebatan bahasa Cirebon (dialek bahasa Jawa atau bahasa mandiri)

Perdebatan tentang Bahasa Cirebon sebagai sebuah bahasa yang mandiri yang terlepas baik dari bahasa Sunda maupun bahasa Jawa telah menjadi perdebatan yang cukup panjang, serta melibatkan faktor politik, pemerintahan, budaya serta ilmu kebahasaan.

Bahasa Cirebon sebagai sebuah dialek bahasa Jawa

Penelitian menggunakan angket sebagai indikator pembanding kosakata anggota tubuh dan budaya dasar ("makan", "minum", dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosakata Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 75%, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 76%.[12] Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.[12]

Meski kajian linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon ”hanyalah” dialek (karena penelitian Guiter mengatakan harus berbeda sebanyak 80% dari bahasa terdekatnya), namun sampai saat ini Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 masih tetap mengakui Cirebon sebagai bahasa dan bukan sebagai sebuah dialek. Dengan kata lain, belum ada revisi terhadap Perda tersebut. Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung, Muh. Abdul Khak, hal itu sah-sah saja karena Perda adalah kajian politik[13]. Dalam dunia kebahasaan menurutnya, satu bahasa bisa diakui atas dasar tiga hal. Pertama, bahasa atas dasar pengakuan oleh penuturnya; kedua, atas dasar politik; dan ketiga, atas dasar linguistik.

Bahasa atas dasar politik, contoh lainnya bisa dilihat dari sejarah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang sebenarnya berakar dari Bahasa Melayu, seharusnya dinamakan bahasa Melayu dialek Indonesia. Namun, atas dasar kepentingan politik, akhirnya bahasa Melayu yang berkembang di negara Indonesia –oleh pemerintah Indonesia– dinamakan dan diklaim sebagai bahasa Indonesia. Selain alasan politik, pengakuan Cirebon sebagai bahasa juga bisa ditinjau dari batasan wilayah geografis dalam perda itu. Abdul Khak mengatakan, Cirebon disebut sebagai dialek jika dilihat secara nasional dengan melibatkan bahasa Jawa.

Artinya, ketika Perda dibuat hanya dalam lingkup wilayah Jabar, Cirebon tidak memiliki pembanding kuat yaitu bahasa Jawa. Apalagi, dibandingkan dengan bahasa Melayu Betawi dan Sunda, Cirebon memang berbeda.[13]

Bahasa Cirebon sebagai bahasa mandiri

 
Cacarakan Cirebon yang bersandingan dengan Rikasara Cirebon

Revisi Perda, sebenarnya memungkinkan dengan berbagai argumen linguistik. Namun, kepentingan terbesar yang dipertimbangkan dari sisi politik bisa jadi adalah penutur bahasa Cirebon, yang tidak mau disebut orang Jawa maupun orang Sunda[13][14]. Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon Nurdin M. Noer mengatakan, bahasa Cirebon adalah persilangan bahasa Jawa dan Sunda. Meskipun dalam percakapan orang Cirebon masih bisa memahami sebagian bahasa Jawa, dia mengatakan kosakata bahasa Cirebon terus berkembang tidak hanya ”mengandalkan” kosakata dari bahasa Jawa maupun Sunda.

”Selain itu, bahasa Cirebon sudah punya banyak dialek. Contohnya saja dialek Plered, Jaware, dan Dermayon,” ujarnya.

Pakar Linguistik Chaedar Al Wasilah pun menilai, dengan melihat kondisi penutur yang demikian kuat, revisi tidak harus dilakukan. justru yang perlu dilakukan adalah melindungi bahasa Cirebon dari kepunahan.[13]

Pendekatan Lauder dalam dialektometri

Selama ini bahasa Cirebon dianggap sebagai dialek dari bahasa Jawa dikarenakan beberapa pihak yang menginginkan Cirebon tetap menjadi bagian dari budaya Jawa hanya berpegang pada penelitian model Guiter saja yang mengharuskan perbedaan antar kedua subjek bahasa sebesar 80%, namun jika menggunakan pendekatan Lauder, pendekatan ini mengkritisi jumlah persentase yang diajukan guiter yaitu sebesar 80% karena menurut Lauder, cukup 70% saja dalam kajian dialektometri bagi sesuatu untuk dikatakan sebagai "bahasa" yang Mandiri.[15]

Lauder, sudah menggunakan metode yang lazim dan umum dilakukan dalam kajian dialektologi terhadap bahasa-bahasa di Indonesia, yaitu metode dialektometri, hanya yang menarik dari pandangannya itu ialah usulannya tentang modifikasi kategori persentase perbedaan unsur kebahasaan untuk menyebutkan suatu isolek sebagai bahasa atau dialek yang diajukan oleh Guiter, Guiter menitik beratkan perbedaan kebahasaan harus sekitar 80%[16][17]. Menurutnya, persentase untuk dianggap beberapa isolek sebagai bahasa yang berbeda, jika perbedannya di atas 80% terlalu tinggi untuk bahasa-bahasa di Indonesia. Karena kategori kajian guiter itu dibangun di atas data bahasa-bahasa Barat (eropa dan sejenisnya), karena itu perlu dimodifikasi. Kenyatan lain, menurutnya, ialah berdasarkan hasil penelitian berbagai bahasa daerah di Indonesia memperlihatkan perbedaan antara bahasa yang satu dengan yang lainnya hanya sekitar 65%–70% saja, di mana perbedaan kosakata antara Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa adalah 75-76% yang dalam pendekatan Lauder dianggap sempurna menjadi sebuah bahasa mandiri dikarenakan menurut Lauder hanya butuh 70%[15] perbedaan saja.

Aksara Cirebon

Bahasa Cirebon dalam perjalanannya menggunakan aksara yang dikenal dengan nama Rikasara, Carakan Cirebon, aksara Arab Pegon serta aksara Jawi[18]. Aksara Carakan Cirebon sendiri merupakan aksara Carakan yang terpengaruh Carakam Jawa, hal ini dapat terlihat dari surat yang ditulis oleh Sultan Sepuh Djoharuddin dalam menyambut kedatangan Raffles di Cirebon. Sementara Rikasara Cirebon[19] merupakan jenis aksara yang digunakan sebelum tahun 1650-an (abad 17) di mana para ahli berpendapat bahwa Rikasara tersebut memiliki keterkaitan dengan aksara Palawa.

Aksara Rikasara Cirebon

Rikasara Cirebon yang oleh para ahli dikatakan memiliki keterkaitan dengan aksara Palawa[19] memiliki tiga cara penulisan dan beberapa gaya tulis (Samengan)

  • Sasandisara (cara menulis rahasia), tujuan cara penulisan ini adalah agar tulisannya tidak bisa diketahui oleh khalayak ramai, contoh cara penulisan ini dapat ditemui pada surat yang dibawa ke Banten untuk membantu pangeran Hasanuddin
  • Angarasara (cara menulis umum), cara penulisan yang biasa dilakukan oleh para Ajengan (kyai atau orang terhormat) dan bersifat umum (tidak rahasia) sehingga bisa dibaca oleh siapa saja, pada Angarasara gaya tulis atau Samengan secara garis besar dibagi menjadi beberapa yaitu, Kawatu, Layus dan Halif
  • Bandasara (cara menulis rahasia dengan membalutnya dengan doa), tujuan penulisan ini sebenarnya sama dengan Sasandisara yaitu untuk hal-hal yang bersifat rahasia, hanya saja karena dibalut dengan doa pembawanya tidak sadar kalau dia sedang membawa surat penting, contohnya adalah surat yang dibawa oleh Anom Talibrata, banyak syarat-syarat yang dibalut dengan pembacaan ayat suci al-qur'an ketika membuat tulisan dengan cara Bandasara, rumitnya Polah Hikmah (aturan-aturan hikmah) yang diterapkan dalam penulisan Bandasara membuat tidak sembaragan orang dipercaya untuk menuliskannya.

Carakan Cirebon

 
Pasal 1 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, ditulis dengan Carakan Cirebon gaya Djoharuddin (Carakan Cirebon gaya Djoharuddin adalah gaya Carakan Cirebon yang digunakan di kesultanan Kasepuhan pada masa Sultan Sepuh Djoharuddin sekitar tahun 1800-an)

Carakan Cirebon mencapai masa keemasannya pada periodisasi sastra sekitar abad ke-16 (tahun 1500-an). Kala itu sastra pesisiran berkembang pesat, seiring berpindahnya kekuasaan politik dari Majapahit ke kesultanan-kesultanan Muslim seperti Cirebon dan Demak pasca banyaknya ningrat-ningrat, sastrawan dan seniman Majapahit yang menyingkir ke Bali. Sastra Pesisiran yang berkembang pada periodisasi keemasan tersebut berusaha membalutkan nilai-nilai keislaman dengan elemen-elemen kuno dari kebudayaan Majapahit[20] Sastra Pesisiran yang turut membawa carakan Cirebon pada masa keemasannya dimulai ketika pengaruh Islam mulai memasuki pulau Jawa termasuk di wilayah Kesultanan Cirebon. ada setidaknya tiga pusat utama perkembangan sastra pesisiran yaitu di Gresik, Demak dan di wilayah kesultanan Cirebon yang meliputi Cirebon hingga Banten pada masa itu.

Berbeda dengan Demak yang pada masa itu menjadi rujukan bagi daerah pedalaman sekitarnya yang mayoritas dihuni oleh suku Jawa(cikal bakal daerah Mataram), perkembangan Carakan dan sastra pesisiran di wilayah kesultanan Cirebon tidak sehomogen dengan apa yang terjadi di Demak, heterogenitas antara pesisir Cirebon yang multi-etnis ditambah dengan pedalaman Cirebon yang juga dihuni oleh suku Sunda yang berbeda bahasa dan pola tulisan membuat Carakan dan sastra Cirebon mengakomodir pola-pola ucap dan kebiasaan-kebiasaan sastra dari wilayah sekitarnya sehingga menyebabkan teks-teks sastra yang berasal dari wilayah kesultanan Cirebon walau ditulis dengan pola aksara carakan yang tidak jauh berbeda (Cirebon menerapkan pola aksara carakan dengan gaya satu tembok sementara Jawa menerapkan pola carakan dengan gaya dua tembok) namun teks-teks tersebut tidak dimengerti oleh pembaca dari wilayah Jawa bagian tengah[20].

Carakan Cirebon menurut TD Sudjana pada awalnya berasal dari Pallawa yang menyebar di Nusantara, para aristokrat yang menggunakan Pallawa sebagai aksara ini kemudian mengembangkan pola-pola aksara di wilayah yang diperintahnya, dan kemudian menjadi aksara daerahnya masing seperti aksara Carakan Jawa, Sunda dan Aksara Carakan Cirebon, oleh karena itu Carakan Cirebon oleh budayawan Cirebon TD Sudjana dikiaskan sebagai sesuatu hal yang memiliki makna budi luhur sebagai penunjang tegaknya akhlak bangsa dan kepribadian bangsa.[20]

Hilangnya aksara Sunda dan Rikasara Cirebon

Pada tanggal 3 November 1705, Belanda mengeluarkan sebuah surat ketetapan agar digunakan aksara carakan Jawa sebagai aksara tulis, ketetapan ini menurut sebagian peneliti dikarenakan berkurangnya penggunaan aksara Sunda pada masyarakat setempat[21]. Pada wilayah kesultanan-kesultanan Cirebon surat ketetapan Belanda resmi berlaku setelah dikeluarkannya surat yang meratifikasi ketetapan Belanda tersebut oleh para penguasa Cirebon pada 9 Februari 1706[21], secara perlahan aksara Sunda dan juga Rikasara Cirebon digantikan oleh carakan Jawa, dalam sebuah naskah dari desa adat Gamel-Sarabahu di Cirebon dijelaskan bahwa hilangnya Rikasara Cirebon secara berangsur-angsur setelah dikeluarkannya surat ratifikasi kesultanan-kesultanan di Cirebon menemui titik puncaknya yang waktunya bertepatan dengan dikaburkannya sejarah Cirebon oleh Belanda yang dalam naskah peristiwa itu disebut

"... Kalpariksa jatining cirebon, Lebon pepeteng ... 8461//22//09"

[22]

Kosakata

Sebagian besar kosakata asli dari bahasa Cirebon memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik, memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon dengan di Indramayu itu meskipun oleh sebagian orang dikatakan sebagai bagian dari bahasa Jawa namun mempunyai perbedaan dengan “bahasa Jawa baku”, yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo. Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran bahasa Sunda yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Cirebon (pada era tahun 1970-an masih disebut sebagai bahasa Jawa dialek Cirebon).[23]

Bahasa Cirebon Kuno

Bahasa Cirebon Kuno[24] dipergunakan pada naskah naskah kuno yang ada di Cirebon dan sekitarnya, bahasa ini masih bisa dijumpai pada teks teks di periode awal terbaginya kesultanan Cirebon menjadi dua kesultanan atau sekitar pada tahun 1600-an, menurut Elang (bahasa Indonesia: pangeran) Yusuf Dendabrata salah satu kosakata yang berasal dari bahasa Cirebon Kuno adalah pelem (bahasa Indonesia: mangga). Pada budaya Cirebon sejak zaman dahulu, mangga merupakan manifestasi dari konsep gelem (hasrat/kemauan) dan mangga Cengkir adalah proyeksi dari konsep gelem kencenge pikir (bahasa Indonesia: mau kritis berpikir) di mana buah mangga Cengkir digantungkan pada lunjuk tempat penyiraman pada prosesi Siram Tawandari di ritual pernikahan adat Cirebon.

Berikut adalah kutipan bahasa Cirebon Kuno yang ditulis pada pustaka Negara Kertabumi[25]

mejahhi / pratibandḍa / hurip lobha / magawé kadustan mwang pāpakarma // haywa ta sirā nginum panamadya / athawékang magawé marganing patinta / suçīlā ta sira // haywa ta sira dumadi wira mati / mwang lumūda çatrewanung wus pinaribhawa / umangnacpati / yadyapin ya çatrusang salah warak samaken mwang inupaçra yan dénnira // haywa ta sira tuhagamana ring dharmmanya yéku agaméslam lawan kuran ikang wéda ning janapada sakala bhuwana / dwājilulloh dé nira kudu mapageh dé nyānggé gwa ninya // nityasa ta sira mangastung kara ring hyang tunggal

bunuh, bertentangan, hidup tamak, berbuat dusta serta berbuat nista. Janganlah engkau minum minuman yang memabukkan, atau yang menciptakan jalan kematianmu, sopan santunlah engkau, janganlah engkau menjadi wiramati. Dan menyerang lagi perkataan yang telah menghina, menyalahkan diri sendiri ke dalam kematian, meskipun musuh yang salah maafkanlah dan berilah pertolongan padanya. Janganlah ia terus-menerus melakukan perbuatannya itu. Agama Islam dan Qur’an itu pengetahuan untuk seluruh umat manusia di seluruh dunia, dua kalimat Syahadat harus kau genggam erat dan pakailah (laksanakanlah) ia senantiasalah engkau berdoa kepada Tuhan yang Esa.

Perbandingan bahasa Cirebon Bagongan (bahasa rakyat)

Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Cirebon dengan bahasa lainnya yang dianggap serumpun, yaitu bahasa Jawa Banten[26], Bahasa Jawa dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) dalam level Bagongan atau Bahasa Rakyat.

Banten Utara Cirebonan & Dermayon[2] Banyumasan Tegal, Brebes Pemalang Solo/Jogja Sunda Priangan Indonesia
Ateng Adi / kacung Adi Adi Adi Adi Dede Adik Laki-laki
Nong Nok Senok Genduk Dede Adik Perempuan
kita kita/reang/isun/nyong (Subang/Cilamaya) inyong/nyong inyong/nyong nyong aku urang aku/saya
sire sira/ko (Subang) rika/ko koen koe kowe maneh kamu
pisan pisan pisan nemen/temen/pisan nemen/temen/teo tenan pisan sangat
keprimen kepriben/priwe/primen/priben/prime/prime/priwen kepriwe kepriben/priben/pribe keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe piye/kepriye kumaha bagaimana
ore ora/beli ora ora/belih ora ora henteu tidak
manjing manjing mlebu manjing/mlebu manjing/mlebu mlebu asup masuk
arep arep/pan arep pan pan/pen/ape/pak arep arek akan
sake sing kang sing kadi/kading såkå ti dari
kelambi Kelambi Kelambi Kelambi Kelambi Kelambi Acuk Pakaian
Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Barat
Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Meuli Beli
Durung Durung Urung Durung Durung Durung Acan Belum
Kependak Ketemu Ketemu Ketemu Ketemu Kepetuk/Ketemu Kapendak Bertemu
Bise Bisa Teyeng Bisa Bisa Bisa Bisa Bisa
Lan Lan Lan Lan Lan Lan Jeung Dan
Teke Teka Teka Teka Teka Teka Datang Datang
Kare Karo Karo Karo Karo Karo Sareng Dengan
Entek Entok Entong Entek Entek Entek Séép Habis (* kasepan = kehabisan barang karena terlambat datang)

Perbandingan bahasa Cirebon Bebasan (bahasa halus)

Berikut ini adalah perbandingan antara bebasan (Bahasa Halus) Cirebon, bebasan Pemalangan, dengan bebasan Banten[26]

Banten Utara Cirebonan & Dermayon[5] Pemalangan/Tegalan Sunda Priangan Indonesia
Kasih Jeneng/wasta/nami/asmi Jeneng/nami/asmi Nami Nama
Boten Mboten Mboten Henteu Tidak
Teteh Rara/Yayu Mbak/mbakyu Teteh Kakak perempuan (mbak)
Koh/iku/puniku Kuh/puniku Puniku/niku Eta Itu
Kepetuk Kepanggih Kepanggih Kapendak Ketemu
Iki Niki Niki Ieu Ini
nggih Inggih Inggih/nggih Muhun Ya
Ugi Ugi Ugi Oge Juga
Kelipun Punapa Punåpå Naha Kenapa
Hampura Hampura Ngapunten Hapunten Maaf
Sege Sekul Sekul Sangu Nasi
Linggar Kesah Tindak/kesah Angkat Pergi
Darbe Gadah Gadah Gaduh Punya
Seniki Seniki Sakniki Dinten ieu Sekarang
Matur nuhun Matur kesuwun/kesuwun Matur nuwun Hatur nuhun Terima kasih
Ayun ning pundi Bade teng pundi Bade teng pundi Bade kamana Mau ke mana?
Pasar Peken Peken Pasar Pasar
Salah Sawon Salah Salah Salah
Kule Kula Kulå Kuring Saya
Uning Uning/Sumerep Ngertos/Sumerep Ngartos Tahu
Bangkit Saged Saged Tiasa Bisa
Napik Sampun/mpun Sampun Ulah Jangan
Nire Sampeyan / Panjenengan Panjenengan Anjeun Anda
Cepe Cape Cape Saur Kata
Gelem Bade Bade Bade Mau
Sare Kulem Sare/Tilem Kulem Tidur
Mantuk Wangsul Wangsul/Mantuk Wangsul Pulang
Saus Mawon Mawon Wae/Bae Saja
Wau Wau Wau Tadi Tadi
Maler Maksih Taksih/Tesih Masih Masih

Kamus bahasa Indonesia - Cirebon

Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan, Bahasa Cirebon Bebasan, Indramayu Ngoko dan Indramayu Krama (Masyarakat Indramayu menyebut Bahasa Bagongan dengan sebutan Bagongan atau Ngoko dan Bebasan dengan sebutan Krama atau Besiken[27]) serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia

Cirebon Bagongan Cirebon Bebasan dialek Indramayu Bagongan / Ngoko[28] dialek Indramayu Krama / Besiken[28] Bahasa Indonesia Penjelasan
Abad ? Abad Lestantum Abad
Abang Abrit Abang Abrit Merah
Abot ? Abot Awrat Berat
Adi Adi Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan)
Nang / Enang Ayi Nang Rayi Adik (Laki-Laki)
Adoh Tebih Adoh Tebih Jauh
Adol Sadean Adol Sadean Dagang
Adu Aben Adu Aben Adu
Adus Siram Adus Siram Mandi
Adhem ? Adhem Asrep Sejuk
Agama Agami Agama Agami Agama
Aja Sampun Jangan (Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!"
Akeh Katah Akeh Katah Banyak
Kakang Raka Kakang Raka Kakak Laki-Laki
Aki Ki Kaki ? Kakek
Aku Akên Aku (Mengaku) ngaken (mengaku)
Alas / Luwung Wana Alas Wana Hutan
Alih ? Pindah (Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan)
Amarga Amargi Akibat (amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa Bebasan Cirebon yang benar)
Aig / Age Aglis Cepet / Gage Enggal Segera
Amba Wiwir Amba Wiyar Luas
Ambir Supadon Biar
Amit /Permisi ? Amit Nuwun Sewu Permisi
Ana Wonten Ana Wonten Ada
Angel Sesah Angel Sesah Susah
Angon Angen Angon Angen Gembala Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau)
Angot ? Kumat Kimat Kambuh
Antarane Antawise Antarane Antawise Antaranya
Apa Punapa Apa Punapa Apa
Apik Sae Apik Sae Baik
Aran Jeneng/wasta/

nami/asmi

Aran Jeneng/wasta/

nami/asmi

Nama
Arep Ajeng Arep Ajeng Akan
Arep mendhi Bade pundi Arep mendhi / Garep Mendhi Bade pundi Mau ke mana?
Asli ? Asli Sesupe Asli
Asu ? Asu Segawon Anjing
Ati Manah Ati Manah Hati
Aturan Pakem Aturan
Awan Siyang Awan Rina / Siang Siang
Awak Selira / Badan Awak Salira / Badan Badan
Ayam Sawung Ayam Sawung Ayam
Bae Mawon Bae Mawon Saja
Bagen Sanggine Bagen Kêrsanipun Biarkan
Bagus Sae Bagus Sae Bagus
Baka Menawi Baka Menawa Kalau
Balik Wangsul Balik Wangsul Pulang
Banyu Toya Banyu Toya Air
Bapak Rama Bapak Rama Bapak
Batur Rencang Batur Rencang Kawan
Banyu Toya Banyu Toya Air
Bari Kaliyan Bareng Sesarengan Bersama
Bawi ? Celeng Andhapan Babi
Bebek ? Bebek Kambangan Bebek
Belah Palih Belah Palih Sepalih (sebelah)
Beli / Ora Boten Tidak
Bênêr Lêrês Bênêr Lêrês Benar
Bendrongan ? Main Musik (Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan"
Bêngên Rumiyen Bêngên Rumiyin / Sengen Dahulu
Bêngi Dalu Bêngi Dalu Malam
Beras Uwos Beras Uwos Beras
Bobad ? Bobad Bohong
Bocah / Anak Lare Anak Lare Anak
Bokat ? Takut / Barangkali "aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)

"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana" (saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di sana)

Bonggan ? Awas! Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang
Brêsi Rêsik Bersih Rêsik Bersih
Bubar Bibar Bubar Bibar Bubar
Bulit ? Curang
Buri Wingking Buri / Guri Wingking Belakang Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang)
Buru-Buru Kêsusu Buru-Buru Bujêng-bujêng Tergesa-gesa
Buwang Bucal Buwang Bucal Buang / Melemparkan
Cangkêm Lêsan Cangkêm / Tutuk Lêsan Mulut
Caos Seba ? ? Menghadap / Menemui
Carita ? Crita Crios Cerita
Cêg ? Cêkêl Ngasta Pegang Cêgcêgan (Pegangan)
Cilik Alit Cilik Alit Kecil
Coba Cobi Coba Cobi Coba
Cungur / Irung ? Irung Grana Hidung
Cukur Paras Cukur Paras Cukur
Dadi Dados Dadi Dados Jadi
Dagang Sadean Dagang Sadean Dagang
Dake Gadah Punya (Dapat)
Dalan Dêrmagi Dalan Marga Jalan
Dandan ? Dandan Dandos Berhias
Dawuk ? Dewasa
Dêlêng Ningali Dêlêng Ningali / Mirsani Melihat
Dhadha Jaja Dhadha Jaja Dada
Damar Pandhêm Damar Pandam Lampu
Dêmên Tresna Dêmên Tresna Cinta
Dêmplon ? Seksi
Dêngkul / Tur ? Dêngkul Jengku Lutut
Dewek Piyambêk Sendiri
Di Di Di Dipun Di (Imbuhan) Cirebon Bebasan: "Dibarokahi", dialek Indramayu Krama: "Dipun Barokahi"
Dina Dintên Dina Dintên Hari (Sedinten-dinten = Sehari-hari)
Dolan ? Dolan ? Main
Dom Jarum Dom Jarum Jarum
Doyan Purun / Kersa Doyan Purun / Kersa Suka / Mau
Duit Yatra Duit Yatra Uang
Dulung Ndahari Dulang Ndahari Suap (Makan)
Durung Dêrêng Durung Dêrêng Belum
Duwe Gadah Duwe Gadah Punya
Duwur Inggil Duwur Inggil Tinggi
êling êmut êling êmut Ingat
êmbah êyang êmbah êyang Kakek-Nenek
Embuh Wikan Embuh Kirangan / Wikan Tidak Tahu
? ? Embun-embunan Pasundulan Embun-embun
Emong Boten Emong Mboten Tidak Mau
Enak Eca Enak Eca Enak
êndas Sirah Kepala
êndhêp êndhap êndhêp / Cindek êndhap Pendek
êndi Pundi êndi Pundi Mana
êndog Tigan êndog Tigan Telur
êngko Ajeng Nanti
ênom ênêm ênom ênêm / timur Muda
êntêk Têlas êntok Têlas Habis
Enteni ? Enteni Entosi Menunggu
Erti Ertos Arti (Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya bagus!)
Esuk Enjing Esuk Enjing Pagi
Etung Etang Etung Etang Hitung
Gajah Liman Gajah Liman Gajah
Gampang Gampil Gampang Gampil Mudah
Ganti Gantos Ganti Gantos Ganti
Gawa Bakta Gawa Bakta Bawa mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan)
Gawe Damel Gawe Damel Kerja
Gedang Pisang Pisang
Gede Ageng Besar
Gêlêm Purun Gêlêm Purun Mau
Gelang Binggel Gelang Binggel Gelang
Gelung Ukel Gelung Ukel Gulung
Gemuyu Gemujeng Gemuyu Gemujeng Tertawa
Gen Ugi Juga
Genap Jangkep Genap Jangkep Lengkap
Geni Brama Geni Brama Api
Gering / Kuru /Pêyang ? Gering Kera Kurus
Getek ? Geli
Getih Rah Getih Rah Darah
Gigir Pêngkêran Gigir Pêngkêran Punggung
Godhong Ron Godhong Ron Daun
Golek ? Golek Pados Wayang Kayu (Golek)
Gugah Wungu Gugah Wungu Bangun
Gula Gêndis Gula Gêndis Gula
Gulu Jangga Gulu Jangga Leher
Gawean Damelan ? Guneman Pekerjaan
Guyon Gujêng Guyon Gujêng Bercanda Gegujengan (Bercandaan)
Idêp Ibing Idep Ibing Bulu Mata
Idu Kecoh Idu Kecoh Ludah
Iga ? Iga Unusan Iga
Ijo Ijêm Ijo Ijêm Hijau
Ilang Ical Ilang Ical Hilang
Ilat Lidah Ilat Lidah Lidah
Imbuh ? Imbuh Tanduk Tambahan
Inep ? Inep Sipeng Bermalam
Ingu Ingah Ingu Ingah Pelihara
Irêng Cêmêng Irêng Cêmêng Hitam
Isor Andhap Isor Andhap Bawah
Isin Lingsem Isin Lingsem Malu
Isun Ingsun / Kula Reang / Kita Kula Saya
Iwak Ulam Iwak Ulam Ikan
Iya Inggih Iya Inggih Ya
Jaga Raksa Jaga Reksa Jaga Njaga, Ngraksa (Menjaga)
Jago Sawung Jago Sawung Ayam Jago
Jagong Linggih Dodok Linggih Duduk
Jala Jambêt Jala Jambêt Jala
Jalir ? ? ? Pelacur
Jaluk Pundhut Jupuk / Jokot Pendhet Ambil
Jamu Jampi Jamu Jampi Jamu
Jaran ? Jaran Titihan Kuda
Jare Cape Jare Criyos Kata (Ucap) Cirebonan: "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?)
Jenggot ? Jenggot Gumbala Jenggot
Jêriji ? Driji Racikan Jari
Jero Lebet Jero Lebet Dalam
Jingkat ? Kaget Kejot Terkejut
Joget ? Joged Beksa Goyang
Kabar / Warta Wartos Kabar / Warta Wartos Berita
Kabeh Sedantên Kabeh Sêdaya Semua
Kabênêran Kalêrêsan Kabêran Kêlêrêsan Kebetulan
Kaca Kaca Paningalan Kaca
Kae Punika Kaen Punika Itu (Dekat dengan si Pembicara)
Kali / Lêpên Benawi Kali / Lêpên Benawi Sungai
Kalung ? Kalung Sangsangan Kalung
Kandha ? Kandha Sanjang Bercerita
Kanggo Kangge Kanggo Kangge Untuk
Karang Kawis Karang Kawis Karang
Karena Kêrantên Karena
Kari Kantun Kari Kantun Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir Kantun-kantun (akhirnya)
Karo Kaliyan Karo Kaliyan Bersama Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?)
Karo Sareng Karo Dengan (Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!")
Katon Kêtingal Katon Kêtingal Dapat dilihat
Katok / Cangcut Lancing Katok Lancing Celana dalam
Kaweruh Kaweruh Seserepan Pengetahuan
Kaya / ala-ala Kados Kaya Kados Seperti (Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu)
Kayu Kajeng Kayu Kajeng Kayu
Kebanjur ? Kebanjur Kelajeng Tersiram
Kêbo ? Kêbo Maesa Kerbau
Kêdêr Ewed Kêdêr Ewed Bingung
Kelanjutan Kelanjêngan Kelanjutan
Kelapa Kerambil Kelapa Kerambil Kelapa
Keliru Klentu Keliru
Kembang Sekar Kembang Sekar Bunga
Kêmit ? Jaga (Tugas Jaga) Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa)
Kêmul Singep Kêmul Singep Selimut
Kên / Kahin / Jarit / Tapih Sinjang Jarit Sinjang Kain
Kene Riki Kene Riki Sini
Kêponakan Kêpênakan Kêponakan Kêpênakan Keponakan
Kêpriben Kêpripun Kêpriben Kêpripun Bagaimana
Kêramas Jamas Kramas Jamas Keramas
Kêrasan / Bêtah ? Krasan Kraos Betah
Kêringet Riwe Kêringet Riwe Keringat
Kêris ? Keris Duwung Keris
Kêrtas Dalancang Kertas Dlancang Kertas Cirebonan: "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu)
Kêtara Ketara Ketawis Jelas
Kêtemu Kêpanggih Kêtemu Kêpanggih Bertemu
Kêtuwon ? Percuma / tidak dilayani dengan baik
Kêyok ? Kalah Kawon Kalah Kekalahan (Cirebon: Kasoran)
Kie Puniki / Kih Enya / Kien Puniki / Niki Ini
Kijing Sekaran Kijing Sekaran Gilang Makam
Kira Kinten Kira Kinten Kira (Perkiraan) Kinten-Kinten (Kira-Kira)
Kirim Kintun Kirim Kintun Kirim
Klambi Rasukan Klambi Rasukan Pakaian
Kongkon Kengken Kongkon Kengken Suruh
Kuburan Pasarean Kuburan Pasarean Kuburan
Kudu / Mesthi Kedah Kudu Kedah Harus
Kuku ? Kuku Kenaka Kuku
Kulon Kulen / Kulwan Kulon Kulen Barat
Kumat Kumat Kimat Kumat
Kumpul Kêmpal Kumpul
Kuno Kina Kuno Kuno
Kuning Jener Kuning Jenar Kuning
Kuping Talinga Kuping Talingan Telinga
Kurang Kirang Kurang Kirang Kurang
Kuwasa Kuwasa Kuwaos Kuasa
Kuwatir Kuwaos Khawatir
Kuwayang ? Terbayang
Kuwe Kuh / Puniku Kuwen Kuh / Puniku Itu (Jauh dari si pembicara)
Lahiran ? Bayen ? Melahirkan
Lain Dudu / Sanes Dudu Sanes Bukan
Laka Botên wêntên Langka Botên wêntên Tidak Ada
Laki Jali Suami
Lama Dangu Lawas Lami / Dangu Lama
Lamun Bilih Seandainya
Lamun Umpami Umpama
Lanang Jali Lanang - Laki-laki
Larang Hawis Larang Awis Mahal
Lenga Lisa Minyak
Lenga Latung Lisa latung Minyak tanah
Lêwih Langkung Lebih
Lima Gangsal Lima Gangsal Lima
Lunga Kesah Pergi
Lupa Lêpat Klalen Kesupen Lupa
Luru Ngilari Cari
Luru Nggulati Cari
Mabok Mêndhêm êndhêm Mêndhêm Mabuk
Maca Maos Baca
Manfaat / Faedah Guna Manfaat / Faedah Gina Manfaat
Mangan Dahar Makan
Mangkat Tindak Berangkat
Maning Malih Lagi
Manjing Mlebet Masuk
Mata Soca Mata
Mati Pejah Mati
Mayid Laywan Jisim Layon Jenazah
Melu Milet Ikut
Mencleng ? Lompat
Mêngana Mrika Kesana
Mênê Mriki Kesini
Mêngkonon Mêngkotên Begitu
Mêtu Medal Keluar
Mlaku Mlampah Berjalan
Mlayu Mlajeng Lari
Mungkin ? Mungkin
Nang / Ning Teng Di (Tempat)
Nang Arep Teng Ajeng Di Depan
Nang Isor Teng Andap Di Bawah
Nang kana Teng Riku Di situ
Nang Mendhi Teng Pundi Dimana
Nini ? Nini ? Nenek
Ngaji Ngaos Mengaji
Nginum Ngombe Minum
Nguyu Nyeni Kencing
Olih Angsal Mendapat
Omong Gunêm Catur Ngendika Bicara
Pada Sami Sama
Pada bae Sami mawon Sama saja
Pancal ? Tendang
Papat Sêkawan Empat
Parêk Cakêt Dekat
Pasar Pêkên Pasar
Pate Padem Padam
Pati Patos Pati Patos Terlalu Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka)
Payung Pajeng Payung Pajeng Payung
Pêrabot Pêranti Abah Pirantos Perabotan
Pêrcaya Pêrcantên Percaya
Lawang Kontên Lawang Kontên Pintu Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas
Pira Pintên Berapa
Piring ? Ajang Ambeng Piring
Polah ? oleh / laku akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah)
Punten Hampura Maaf
Purun ? Mau Panjenengan purun?(kamu mau?)
Putih Pethak Putih
Rabi / Kurên Istri Bojo Sema Istri Sekurên = Sejodoh
Rada Rabi Agak Rada Manis (agak manis)
Rewel ? Cerewet
Ro / Rua Kalih Dua
Rungu Pireng Rungu Midhanget Dengar Ngrungu, Mireng (Mendengar)
Sabên Unggal Setiap
Salah Sawon Salah
Sambut Sambêt Pinjam
Sapa Sintên Siapa (Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?")
Sawah Sabin Sawah
Sedang Siweg Sedang (Melakukan) (Siweg Punapa? "Sedang Apa")
Sega Sêkul Nasi
Sejen Liya Lain (Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya")
Sekien Sêniki Sekarang
Sekiki Benjing Sukiki Benjing Besok
Senajan / Ari Menawi Ari Menawa Walau
Seneng Bungah Berag Bingah Senang
Setitik Sakedik Sedikit
Siji Sêtunggal Satu
Sira Panjenengan Anda
Sira Panjênêngan Kowe / Sira Sampeyan / Panjenengan Kamu
Srog Mangga Enya Mangga Silakan Ambil Cirebonan: "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
Suwe Suwe Lami Lama
Ya Mangga Ayo / Elos Mangga Silakan Cirebon: "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
Taken Dangu Takon Taken Tanya Andangu (Bertanya)
Tamu Sema Tamu
Tanduk Singat Tanduk Singat Tanduk
Teka Dugi Teka Dugi Tiba
Telu Tiba ? ? Tiga
Terus Teras Teruskan
Tua Sepuh Tua
Tuku Tumbas Beli
Tur Tunten Bacut Lajeng Selanjutnya
Turu Kilem / Tilem / Kulem Tidur
Umah Griya Rumah
Untap ? Durhaka
Upai Sukani Upai Sukani Beri Ngupai, Nyukani (Memberi)
Urip Gesang Hidup
Uwis Sampun Sudah
Wadon Istri Perempuan
Waktu Sela Waktu Waktos Waktu
Wanci Wayah Saat
Wareg Tuwuk Kenyang
Wong Tiyang Orang
Wulan Sasi Bulan
? Kajaba Kecuali
? Lan Dan
? Jentik Kelingking
? Leb Tutup "Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu")
? Maksad Maksud (Maksadipun = Maksudnya)
? Wiraos Bicara
Belajar Sinau / Ginau Belajar Sinau Belajar
? Kah Itu (dekat dari si pembicara)
? Waras Sehat
? Bethek Adang Bethak Menanak Nasi
? Serat Jungkat Serat Serabut / Serat
? ? Kengulu Kajang Bantal

Dialek Bahasa Cirebon

Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon dialek Dermayon atau yang dikenal sebagai Bahasa Indramayuan, Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh, Bahasa Cirebon dialek Plered dan dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)[butuh rujukan]. Sedangkan menurut Dini Zahrotud Diniyah, bahasa Cirebon yang dituturkan di Kota Cirebon memiliki beberapa dialek, diantaranya Bahasa Cirebon dialek Arjawinangun, Bahasa Cirebon dialek Dermayon, Bahasa Cirebon dialek Campuran, dan Bahasa Cirebon dialek Kuningan [29]. Sebesar 59% masyarakat Kota Cirebon menggunakan Bahasa Cirebon dialek Arjawinangun, sebanyak 16% menggunakan Bahasa Cirebon dialek Campuran, sebanyak 6% menggunakan Bahasa Cirebon dialek Dermayon dan dialek Kuningan. Dari 47 penutur bahasa Cirebon, 32 diantaranya adalah pengguna dialek Arjawinangun. Selebihnya sebanyak 15 orang adalah penutur dialek Dermayon, Campuran dan Kuningan.

Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh)

Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa Sunda.[30]

Bahasa Cirebon dialek Arjawinagun

Dialek Arjawinangun merupakan dialek yang dituturkan oleh masyarakat Cirebon di daerah sekitar Desa Arjawinangun, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Dialek ini cenderung masih asli dan tidak terpengaruh bahasa lain meskipun tidak bisa dikategorikan sebagai bahasa Cirebon yang baku. Dialek ini juga merupakan dialek yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kota Cirebon[29].

Bahasa Cirebon dialek Plered, Panguragan dan Cirebon Lor (Cirebon Barat dan Utara)

Dialek Plered dan Lor merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat dan utara Kabupaten Cirebon, serta Krangkeng, Indramayu. Dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat dan Utara (Kapetakan,Suranenggala) dan Krangkeng, Indramayu ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo", Ora menjadi "Oro", Gawa (membawa) menjadi "Gawo", Sapa menjadi "Sapo", dan Jendela menjadi "Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat dan Utara Kabupaten Cirebon ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan "Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai "Tiang Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon"[30]

Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon)

Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka

Widudung Hamdan:
Uwoh srikayo di paih tawas...
Sambel trasi enak di pangan..
Kayo kayo atine kulo keloas.
Inget rabi langko ning iringan..


maso iyo, digawo-gawo menggawe

Sipo:
Angon wedus ning jagat dermayu
Pengen adus mung sayang langko banyu

Widudung Hamdan:
ano sego dimot ning kardus..
Tuku srabi oline combo..
Ang sipo bli usoh adus..
Daripado rabi bli ngengumbo..

Wahyu Pawaka:
Isuk-isuk tuku srabi...
Tukue bari ngejer layangan...
Usuk-isuk ngobrol rabi...
Gawe kesirian wong bujangan...

Widudung Hamdan:
Miyang meng grage tuku penganan..
Olih berkat iwak cemplunge ano sing ngicipi..
Mulane gen gage kawinan..
Engko mangkat menggawe ano sing ngambunge pipi...


adaaaaauuw...

Wahyu Pawaka:
Uler gendon ngereketi pelem...
Olih berkat olih apem...
Nonton wayang langka tarube...
Bocah wadon durung ana kang gelem...
Bokat ana kang gelem...
Hayuh miyang ning pak lebe...


hehee...

Widudung Hamdan:
Gawe adon-adon kanggo gawe apem..
Tukuh sarung plekat larang regane..
Duduh saking wadon bli gelem..
Saking durung niat bae lanange..


glegek ndipit...
akaka...

Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)

Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri.[31]

Perbandingan Dialek Bahasa Cirebon

Bahasa Cirebon Baku Dialek Arjawinangun Dialek Indramayu Dialek Plered Dialek Gegesik Dialek Pekaleran* Indonesia
Ana (Bagongan) Ana Ana Ano Ana Ana Ada
Apa (Bagongan) Apa Apa Apo Apa Apa Apa
Bapak (Bagongan) Bapa/Mama Bapak Mama Bapa / Mama Bapak Bapak
Bli (Bagongan) Bli Bli Bli / Oro Bli/ora Tidak Tidak
Dulang (Bagongan) Dulang Dulang Dulang Muluk Suap Suap (Makan)
Elok (Bagongan) Lok Sokat Lok Sok Ilok Pernah
Isun (Bagongan) Isun/Kita Reang Isun/Kito Isun / Kita Nyong / Kita Saya
Kula (Bebasan) Kula Kula Kulo Kula Kula Saya
Lagi apa? (Bagongan) Lagi apa? Lagi apa? Lagi apo? Lagi Apa Lagi Apa Sedang apa?
Laka (Bagongan) Laka/Langka Laka Langko Laka Laka / langka Tidak ada
Mamang (Bagongan) Mamang Mamang Mang Mang Mamang Paman
Salah (Bagongan) Salah Salah Salo Salah Salah Salah
Sewang (Bagongan) Sewong Sewong Sewong - Sewang / Ewang Seorang (Masing-masing)
Sokiki (Bagongan) Kiki/Sokiki - Kiki/Sokiki Mengke - Besok
  • Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau Jawa Setengah.[butuh rujukan]

Tata Bahasa Cirebon (Wyakarana Basa Cirebon)[2]

Kata Ganti (Purusa)

Kata Ganti Orang Pertama (Utama Purusa)

  • Sun (artinya Saya, jika ditambahkan awalan "re/ra" menjadi "resun" maka artinya "saya adalah orang yang terhormat")
  • Isun (artinya Saya, jika kata isun bertemu dengan kata kerja maka "isun" berubah menjadi "tak' atau "tek")
  • Ngwang (artinya Saya, jika ditambahkan kata "sang" menjadi "sangwang" maka maknanya menjadi lebih terhormat dari kata "ngwang")
  • Pwanghulun (artinya Saya adalah seorang Hamba)
  • Nghulun (artinya Saya adalah seorang Hamba, jika ditambahkan kata "Pinaka" menjadi "Pinaka nghulun" maka artinya "diperhamba" dan jika ditambahkan kata "sang" menjadi "sanghulun" maka maknanya menjadi terhormat daripada "nghulun")
  • Pinun (artinya Saya adalah milik Tuan)
  • Manehta (artinya Saya adalah hamba tuanku, khusus digunakan untuk perempuan)
  • Bujangga Mpu (artinya Saya adalah orang yang terpelajar dan alim, biasa digunakan oleh kaum agamawan)

Kata Ganti Orang Kedua (Madyatama Purusa)

  • Ko (artinya Anda)
  • Twa / Ta (artinya Anda)
  • Kamu (artinya Anda, bisa digunakan untuk menyatakan lebih dari satu orang)
  • Kita (artinya Anda atau Tuan. Kata ini lebih terhormat dibandingkan "Ko","Twa/Ta","Kamu")
  • Ngcarira (artinya Anda (secara umum), kata ini lebih terhormat dibandingkan "Ko","Twa/Ta","Kamu")
  • Sira (artinya Anda, namun penggunaan kata ini ditujukan pada Sultan untuk Bawahan atau Pejabat untuk Bawahan yang makna tingkatannya lebih rendah)
  • Kanyu (artinya Anda, kata ini setara dengan "Ko")
  • Rahadyan Sanghulun (artinya anda adalah tuanku, dipergunakan oleh Pekerja kepada Majikannya)

Kata Ganti Orang Ketiga (Pratama Purusa)

  • Ya (artinya Dia)
  • Sira (artinya Dia, jika ditambahkan kata "hana" menjadi "hana sira" yang artinya "ada seseorang")
  • Rasiki (artinya Dia)

Kata Ganti Milik (Empunya)

Kata Ganti Milik Orang Pertama

  • Ku atau Ngku (artinya milik -ku)
  • Mami (artinya milik -kami)
  • i ngwang (artinya milik -ngwang)
  • i nghulun (artinya milik -nghulun)
  • i sanghulun (artinya milik -sanghulun)
  • Pinaka hulun (artinya milik -pinaka hulun)
  • Bujangga Mpu (artinya milik -bujangga mpu)

Kata Ganti Milik Orang Kedua

  • Mu (artinya milik -kamu)
  • Nta / Ta (artinya milik -kita)
  • Nyu (artinya milik -kanyu)
  • Rahadian Sanghulun (artinya milik -rahadian sanghulun)

Kata Ganti Milik Orang Ketiga

  • Nya (artinya milik -ya)
  • Nira / ira (artinya milik -sira)
  • Rasika (artinya milik -rasiki)

Kongres Bahasa Cirebon

(artikel ini merupakan bagian dari artikel Kongres Bahasa Cirebon)

Kongres Bahasa Cirebon pertama kali dicetuskan secara resmi oleh sekitar 70-an orang yang terdiri dari para budayawan, pakar dan pengajar bahasa, seniman dan kaum intelektual yang menghadiri seminar sehari "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" yang diselenggarakan di kota Cirebon atas kerjasama Pikiran rakyat, Mitra Dialog dan Forum Dialog Budaya Cirebon (FDBC), Wali kota Cirebon yang pada saat itu dijabat oleh bapak Subardi segera menyatakan dukungan penuh terhadap rencana penyelenggaraan Kongres Bahasa Cirebon.

Dalam seminar sehari tersebut di antaranya dihadiri oleh ;

  • Dr. H. Dadang Dally, M.Si (Kadisdik Jawa Barat)
  • Drs. H. Zakaria Mahmud (Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati - UNSWAGATI)
  • Drs. H. Wahyo, M.Pd (Kadisdik kota Cirebon)
  • Drs. H. Zaenal Abidin, M.Si (Kadisdik kabupaten Cirebon)
  • Ahmad Sybubanuddin Alwi (Budayawan)
  • Saptaguna (Budayawan)
  • H. Nurdin M. Noer (Kepala Balitbang Mitra Dialog)
  • Drs. Made casta, M.Pd (Budayawan dan Karikaturis)
  • Drs. Wasikin Marzuki atau Ki Jatira (Pemimpin Mitra Dialog)

Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI) Drs. Zakaria Mahmud merupakan orang pertama yang mula-mula mengemukakan usulan diadakannya Kongres Bahasa Cirebon.

"Perlu ada Kongres Bahasa Cirebon. Kongres Bahasa Cirebon merupakan momentum bagi tumbuhnya kesadaran bersama dalam pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon. Melalui Kongres Bahasa Cirebon, bahasa Cirebon juga bisa menjadi alternatif kebahasaan. Bahkan ke depan, bahasa Cirebon bisa ikut memengaruhi bahasa nasional,"

Wali kota Cirebon bapak Subardi yang mendukung ide ini kemudian menyatakan,

Kongres Bahasa Cirebon menjadi penanda bahwa masyarakat Cirebon dari berbagai latar belakang, sepakat dengan satu hal, yakni penegasan bahwa bahasa Cirebon sebagai salah satu identitas khas dari keberadaan budaya (kultur) Cirebon. Cirebon ini memiliki kekhasan budaya. Cirebon bukan Sunda, juga bukan Jawa, tetapi Cirebon dengan kekhasannya. Mengangkat khazanah bahasa, berarti mengangkat pula kultur Cirebon yang spesifik. Siapa lagi yang akan mengapresiasi khazanah lokal itu kalau bukan masyarakat Cirebon itu sendiri,"

Disela-sela dukungan yang ada, Drs. Made Casta M.Pd juga angkat bicara mengenai fenomena kebahasaan ini, di mana telah terjadi pembunuhan bahasa (linguacide) oleh bahasa Indonesia yang merupakan bahasa lingua-franca yang ditetapkan secara politis terhadap bahasa-bahasa daerah, termasuk bahasa Cirebon yang jika tidak dilestarikan akan segera menemui kepunahannya.

Karena kekeliruan politik bahasa itu (red: bahasa Indonesia) menjadikan bahasa lokal, termasuk Cirebon bisa mengalami kepunahan, tingkat apresiasi masyarakat akan terus mengalami degradasi, karena itu dibutuhkan kajian dari aspek sosial-budaya untuk pelestarian dan pengembangan.

Harus dicari benang merah pengembangan bahasa lokal dari aspek hubungan dialektikanya dengan masyarakat. Pendekatannya mencerminkan dialektika antara bahasa dengan kompentensi sosiokultural. Sekarang ini, kurikulum dan pembelajaran bahasa Cirebon masih menekankan pada kompetensi linguistik. Sistem tata bahasa Jawa yang diseleraskan dengan pengistilahan dalam bahasa Indonesia begitu kuat didesakan kepada para siswa. Padahal itu terlepas dari konteks sosial-budayanya. Harusnya dibangun kurikulum dan pembelajaran bahasa Cirebon yang berpusat pada lingkup sosial budaya siswa atau student centred. Tanpa itu,

semua akan sia-sia,"

Pada acara "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" tersebut disepakati bahwa Kongres Bahasa Cirebon pertama akan diadakan pada tahun 2006.[32]

Kongres Bahasa Cirebon pertama

Kongres Bahasa Cirebon pertama (KBC I) dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan seminar sehari "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" yang diselenggarakan di kota Cirebon.

Kongres Bahasa Cirebon pertama bertujuan untuk memperkuat posisi bahasa Cirebon dan mendukung upaya-upaya pelestariannya.

Kongres Bahasa Cirebon kedua

Kongres Bahasa Cirebon kedua (KBC II) diadakan selama tiga hari yang sejak tanggal 26 - 28 Juni 2013 di Hotel Prima kota Cirebon dengan tema Dedangdan basa, mengkuhaken budaya (memperbaiki bahasa, memperkokoh budaya)

Salah satu target yang ingin dicapai dengan kongres bahasa Cerbon saat ini yakni, segera mewujudkan wacana dibukanya program studi bahasa Cerbon di perguruan tinggi swasta maupun negeri, setidaknya yang ada di wilayah Cirebon. Berdasarkan survey, penutur bahasa Cerbon cukup banyak mencapai 4 juta. (Supali Kasim - Ketua Panitia Kongres Bahasa Cirebon kedua sekaligus Budayawan Indramayu)

[33]

Pra-Kongres Bahasa Cirebon kedua

Sebelum diadakanya Kongres Bahasa Cirebon kedua, pada tanggal 3 - 4 Desember 2012 diadakan terlebih dahulu pra-Kongres Bahasa Cirebon yang berbentuk saresehan (acara silaturahmi), dalam teks sambutan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan bahwa ia sangat menghargai dan mengapresiasi masyarakat yang masih peduli untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan bahasa Cirebon dalam kehidupannya di era globalisasi ini.[34]

Sementara, Prof. Dr. H. Wahyudin Zarkasih yang merupakan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dalam makalah bahasa Cirebon miliknya yang berjudul Melu Ngurip-urip lan Ngembangaken Basa Cerbon menyatakan, kebijaksanaan pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal mengembangkan dan memelihara bahasa Cirebon itu merupakan landasan untuk menyusun program dan kegiatan yang intinya perencanaan strategis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan tugas pokok, fungsi, rincian tugas Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian sebagai UPTD Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Tim perumus pra-Kongres Bahasa Cirebon di antaranya merekomendasikan untuk melaksanakan Kongres Bahasa Cirebon kedua (KBC II) pada tahun 2013 agar lebih bermanfaat bagi perkembangan bahasa Cirebon.[35]

"Dari hasil kegiatan ini diharapkan akan lebih tergali lagi potensi bahasa Cirebon dan akan bermanfaat bagi perkembangan bahasa Cirebon itu sendiri," (Wiyana Sundari - Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

Peserta kongres Bahasa Cirebon kedua

Peserta Kongres Bahasa Cirebon kedua diikuti sekitar 150 orang yang berasal dari unsur seperti guru, dosen, ustad, seniman, budayawan, jurnalis, legislatif, eksekutif dan penggiat bahasa Cirebon.

Selain dari wilayah kota dan kabupaten Cirebon serta kabupaten Indramayu, para peserta juga datang dari wilayah utara kabupaten Majalengka yang dikenal dengan nama pakaleran, wilayah kabupaten Subang dan kabupaten Karawang.

Narasumber yang hadir pada Kongres Bahasa Cirebon kedua di antaranya ;

  • Ajip Rosidi (Budayawan)
  • Hj. Anna Sophanah (Bupati Indramayu)
  • Drs. H. Ano Sutrisno, M.Si (Wali kota Cirebon)
  • Drs. H. Dedi Supardi, M.M (Bupati Cirebon)
  • Prof. Dr. H. Wahyudin Zarkasyi, CPA (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat)

Rekomendasi Kongres Bahasa Cirebon kedua

Kongres Bahasa Cirebon kedua yang diselenggarakan pada tanggal 26 - 28 Juni 2013 menghasilkan keputusan dua belas butir rekomendasi yang dirumuskan oleh tim perumus yang beranggotakan Made Casta (ketua), Raffan Hasyim (sekretaris), Adin Imadudin (anggota), Nurdin M. Noer (anggota)dan Supali Kasim (anggota sekaligus budayawan indramayu)terkait upaya-upaya pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon, butir-butir rekomendasi tersebut ditulis dengan bahasa Cirebon, berikut rekomendasinya[36].[37]

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu nglakukaken pamengkuhan status basa Cerbon ngliwati penetepan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Wali kota lan Keputusan Bupati/Wali kota perkawis pelanggengan basa, sastra lan carakan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu melakukan penguatan terhadap status bahasa Cirebon melalui penetapan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Wali kota dan Keputusan Bupati/Wali kota berkenaan upaya pelestarian bahasa, sastra dan aksara carakan Cirebon)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu madahi plaksanan penelitiyan-penelityan perkawis basa, sastra lan carakan Cerbon kanggé mantepaken keajegan basa Cerbon kanggé ngangsalaken legitimasi ilmiyah minangka wujud prancanan sumber data pelanggengan lan ngembangaken basa Cerbon.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu mewadahi pelaksanaan penelitian-penelitian berkenaan bahasa, sastra dan aksara carakan Cirebon untuk menguatkan posisi bahasa Cirebon guna mendapatkan legitimasi ilmiah sebagai wujud perencanaan sumber data pelestarian sekaligus menyembangkan bahasa Cirebon)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu netepaken basa Cerbon, minangka basa padinan/bagongan lan bebasan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu menetapkan bahasa Cirebon sebagai bahasa sehari-hari/bagongan dan bebasan)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu swagata (menjamin) kalaksanané piwulangan basa Cerbon, teng kubengan kaluwarga, masyarakat lan sekolah awit undagan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA kelayan nganggé kecaketan budaya, boten nganggé kecaketan wewengkon pulitik (geopolitik) ingkang bakal nrubusaken rasa ingkang boten adil.

(pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu secara bersama-sama menjamin pelaksanaan pengajaran bahasa Cirebon di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah mulai dari tingkatan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA secara bersinergi guna menumbuhkan kedekatan budata, tidak untuk menumbuhkan kedekatan wilayah politik (geopolitik) yang akan memunculkan rasa tidak adil)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu swagata (menjamin) kasediyaané buku teks lan buku penunjang piwulangan basa Cerbon ingkang selaras sareng kebutuhan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu secara bersama-sama menjadim tersedianya buku bacaan dan buku penunjang pengajaran bahasa Cirebon yang selaras dengan kebutuhan)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu netepaken lan megaraken sarta nrubusaken bebasaan Cerbon, pamberdayan waktos-waktos bebasaan basa Cerbon lan nyukani pengajénan dumateng pelanggeng, pegiyat minangka piyambek utawi lembaga lan seniman ingkang nggadahi prestasi.

(Pemenrintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu menetapkan dan menghidupkan kembali serta memunculkan bahasa cirebon tingkat bebasan, mengadakan waktu-waktu wajib berbahasa Cirebon dan memberikan apresiasi terhadap para pelestari, penggiat perorangan atau lembaga dan seniman yang memiliki prestasi)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu nyambungaken pamengkuhan Lembaga Basa lan Sastra Cerbon (LBSC) saking aspek organisasi kelembagaan lan program-program dedamelan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu melanjutkan penguatan Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC) dari aspek-aspek organisasi kelembagaan hingga program-program kerja)

Unggal pengguron inggil (perguruan tinggi) lan lembaga penelitiyan/kajiyan ngembangaken peran Tri Dharmanipun kanggé mundhakaken aji basa Cerbon sacara kaélmuwan ngliwati pinten-pinten dedamelan ingkang selaras.

(Setiap perguruan tinggi dan lembaga penelitian/kajian mengembangkan peran Tri Darma-nya untuk memuliakan nilai luhur bahasa Cirebon secara keilmuan melalui berbagai program kerja yang selaras)

Media massa ambika rubrik lan madetaken rubrikasi, program utawi dedamelan pelanggengan lan pangembangan basa Cerbon.

(Media massa menyediakan rubik dan memperkaya rubrikasi, program atau usaha pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon)

Masyarakat penganggé basa Cerbon kedah mundhakaken rasa anderbéni lan tanggungjawab dumateng pelanggengan lan pangembangan basa Cerbon, teng kubengan kluwarga lan tundunan sosial budaya masyarakat.

(Masyarakat pengguna bahasa Cirebon harus meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon di lingkungan keluarga dan dilingkungan pergaulan sosial budaya masyarakat)

Pesantrén-pesantrén kedah ngunggulaken penganggéyan basa Cerbon teng selebeté komunikasi lan basa ater-ater piwulangan.

(Pesantren-pesantren harus menguatamakan penggunaan bahasa Cirebon di dalam berkomunikasi dan sebagai bahasa pengantar dalam pengajaran)

Keraton-keraton Cirebon ngutamakaken pengayoman, bedaran lan pangembangan naskah-naskah, kempalan-kempalan sosial minangka wujud pelanggengan pangembangan basa Cerbon.

(keraton-keraton Cirebon harus mengutamakan upaya perlindungan, penelitian dan pengembangan naskah-naskah, tempat berkumpul masyarakat sebagai wujud pelestarian pengembangan bahasa Cirebon)

Pengembangan dan Pelestarian

Pengembangan dan pelestarian bahasa Cirebon menurut Imam Miftahul Jannah (aktifis bahasa Cirebon) dikatakan masih minim, sebagai contohnya adalah hanya diberikannya waktu satu jam bagi muatan lokal bahasa Cirebon sementara pelajaran bahasa Inggris diberikan waktu lebih banyak ketimbang bahasa Cirebon yang merupakan bahasa ibu.[38]

Pelestarian Era Digital dan Media Sosial

Bahasa Cirebon pada setiap masanya memiliki model pelestarian yang beragam, termasuk pada era digital dan media sosial. Salah satu yang cukup menonjol adalah apa yang dilakukan oleh situs kamuscirebon.com. Selain fungsi utamanya sebagai kamus (investasi kosakata) di dalamnya juga menambahkan blog sebagai penjang informasi terkait dengan bahasa cirebon. Menariknya kamus cirebon online ini menancapkan satu tujuan utama adalah untuk membantu siapapun yang ingin bersentuhan langsung dengan Bahasa Cirebon, baik untuk kebutuhan akademis ataupun hanya sebagai tambahan kosa-kata dalam komunikasi sehari-hari[39].

Selain bentuk kamus digital, pelestarian bahasa Cirebon juga dilakukan secara digital dengan pembuatan aplikasi permainan berwawasan tebakan kosakata-kosakata dalam bahasa Cirebon, aplikasi tersebut dinamakan Badekan basa Cerbon dan dibuat oleh Muhammad Anis Al Hilmi dan tim[40][41]

Catatan kaki

  1. ^ Kata Cêrbon sendiri hanya sebatas fonologi. Secara ortografis, dalam Rikasara dan Carakan tetap ditulis "Cirebon".

Referensi

Catatan

  1. ^ Berdasarkan penjelasan dalam Wyakarana Tata Bahasa Cirebon dinyatakan bahwa bahasa Cirebon berasal dari bahasa Sanskerta dengan tidak mengabaikan kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Arab, Cina, Portugis, Jawa dan Belanda