Suriname

negara di Amerika Selatan
Revisi sejak 22 September 2020 18.19 oleh Knucklepuff (bicara | kontrib) (Menolak perubahan teks terakhir (oleh Rafie M) dan mengembalikan revisi 17212013 oleh David Wadie Fisher-Freberg)

Republik Suriname (Surinam), dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas jajahan Belanda. Negara ini berbatasan dengan Guyana Prancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik.

Republik Suriname

Republiek Suriname (Belanda)
Sranankondre (Sranan Tongo)
SemboyanJustitiaPietasFides (Latin)
Gerechtigheid – Vroomheid – Vertrouwen (Belanda)
("Keadilan – Ketaatan – Loyalitas")
Lagu kebangsaanGod zij met ons Suriname
("Tuhan bersama Suriname kita")
Lokasi Suriname
Lokasi Suriname
Ibu kota
Paramaribo
5°50′N 55°10′W / 5.833°N 55.167°W / 5.833; -55.167
Bahasa resmiBelanda
Bahasa daerah
yang diakui
Bahasa lainnya
Kelompok etnik
PemerintahanRepublik sistem campuran1
• Presiden
Chan Santokhi
Ronnie Brunswijk
LegislatifDe Nationale Assemblée
Kemerdekaan
15 Desember 1954
• Dari Belanda
25 November 1975
Luas
 - Total
163.821 km2 (92)
 - Perairan (%)
1,1
Populasi
 - Perkiraan 2022
632.638[7] (170)
2,9/km2 (231)
PDB (KKB)2022
 - Total
$10,707 miliar[8]
$17.350[8]
PDB (nominal)2022
 - Total
$3,011 miliar[8]
$4.880[8]
Gini (1998)52,9[9]
tinggi
IPM (2022)0,690[10]
sedang · ke-124
Mata uangDolar Suriname (SR$)
(SRD)
Zona waktuWaktu Suriname (SRT)
(UTC-3)
Lajur kemudikiri
Kode telepon+597
Kode ISO 3166SR
Ranah Internet.sr
  1. Gabungan dari konsep sistem presidensial dan sistem parlementer. Presiden dipilih oleh parlemen dan memegang kursi parlemen, seperti halnya perdana menteri, tetapi presiden kebal dari mosi tidak percaya, tidak seperti perdana menteri.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia Belanda antara tahun 1890-1939. Suriname merupakan salah satu anggota Organisasi Konferensi Islam.

Sejarah

Wilayah Suriname mulai dikenal luas sejak abad ke-15, yaitu ketika bangsa-bangsa imperialis Eropa berlomba menguasai Guyana, suatu dataran luas yang terletak di antara Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, Sungai Cassiquiare dan Sungai Orinoco. Semula dataran ini oleh para ahli kartografi diberi nama Guyana Karibania (Guyana yang berarti dataran luas yang dialiri oleh banyak sungai dan Karibania dari kata Caribs yaitu nama penduduk asli yang pertama kali mendiami dataran tersebut).

Dalam suatu cerita fiktif "El Dorado", Guyana digambarkan sebagai suatu wilayah yang kaya akan kandungan emas. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa cerita fiktif tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong orang-orang Eropa untuk bersaing menguasai Guyana.

Masa penjajahan

Pada tahun 1449 pelaut Spanyol, Alonzo de Ojeda dan Juan de la Cosa berlayar menyusuri pantai timur laut Amerika Selatan, yang saat itu mereka sebut Wild Coast, dan mendarat di wilayah Guyana. Vincent Juan Pinzon kemudian menguasai Guyana atas nama Raja Spanyol. Selama abad ke-16 dan ke-17, Guyana dikuasai silih berganti oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Prancis dan Portugal.

Pada tahun 1530 Belanda mendirikan pusat perdagangan pertama di dataran tersebut. Pada tahun 1593 raja Spanyol mengambil alih dan menguasai Guyana hingga tahun 1595, yaitu ketika para bangsawan Inggris datang dan mulai mengusai daerah-daerah pantai. Sementara itu, Belanda mulai mengembangkan perdagangannya secara bertahap di daerah pedalaman. Daerah Guyana sepenuhnya jatuh ke tangan Inggris sejak tahun 1630 hingga tahun 1639.

Pada tahun yang sama Belanda berhasil menguasai kembali sebagian besar Guyana sedangkan Prancis menguasai daerah-daerah di samping sungai Suriname. Akibat dari persaingan tersebut, wilayah Guyana saat ini terbagi menjadi lima bagian yaitu Guyana Espanola (bagian dari Venezuela sekarang); Inglesa (Guyana sekarang); Holandesa (Suriname); Francesa (Cayenne) dan Portuguesa (bagian dari wilayah Brasil). Suriname terletak di bagian tengah dari wilayah Guyana yang telah terbagi-bagi tersebut, terbentang antara dua derajat hingga enam derajat Lintang Utara, dan antara 54 derajat hingga 58 derajat Bujur Barat dengan luas wilayah kurang lebih 163.265 kilometer persegi. Batas bagian timur wilayah Suriname adalah Sungai Marowijne yang memisahkan Suriname dengan Cayenne; di bagian selatan terdapat deretan pegunungan Acarai dan Toemoe hoemak yang memisahkan Suriname dengan wilayah Brasil. Di bagian barat berbatasan dengan wilayah Guyana yang ditandai oleh aliran Sungai Corantijne, sementara di bagian utara dibatasi oleh garis pantai Samudera Atlantik.

Pada tahun 1651 Suriname diserang oleh Inggris dan sejak saat itu, menjadi wilayah kekuasaan Inggris hingga penandatanganan perjanjian perdamaian Breda tahun 1667. Berdasarkan perjanjian itu, Suriname menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Namun Inggris kembali memasuki Suriname pada tahun 1781 hingga 1783 dan Suriname kemudian dijadikan daerah protektorat Inggris dari tahun 1799 hingga 1802. Melalui perjanjian Amiens, 27 Maret 1802, Suriname, Barbice, Demerara dan Essquibo berada di bawah kekuasaan Belanda, tetapi setahun kemudian Inggris kembali merebut wilayah-wilayah itu dan sejak tahun 1804 Suriname menjadi koloni Inggris dengan sebutan the British Interregnum.

Selama Suriname berada di bawah kekuasaan Inggris, situasi ekonomi Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama adalah pelarangan perdagangan budak, sementara kebun-kebun masih sangat memerlukan tenaga buruh untuk dikelola. Selanjutnya melalui perjanjian London pada tanggal 13 Agustus 1814 dan diratifikasi dalam perjanjian Wina, Suriname dikembalikan lagi kepada pihak Belanda. Pemerintahan Suriname dipimpin langsung oleh seorang gubernur dengan didampingi oleh sebuah dewan kepolisian yang bertugas sebagai penasihat gubernur.

Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863, kehidupan ekonomi semakin tidak menentu. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris untuk mendatangkan imigran asing ke Suriname. Perjanjian ini diimplementasikan secara resmi pada tahun 1873 sampai 1917, di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari India didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya adalah para imigran dari Jawa pada tahun 1890 - 1939. Seiring dengan ditempatkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa bidang lainnya. Telekomunikasi, pembuatan jalan raya dan pembukaan jalur hubungan laut langsung antara Suriname dan Belanda merupakan contoh.

Pecahnya Perang Dunia Pertama tidak memengaruhi situasi ekonomi-politik Suriname. Pada tanggal 15 Desember 1954, pemerintah Belanda bersama beberapa wakil dari Suriname menandatangani sebuah memorandum yang isinya rencana pengakhiran penjajahan. Dalam sebuah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1961, para wakil Suriname yang dipimpin oleh Perdana Menteri Johan Adolf Pengel menuntut dibentuknya sebuah pemerintahan sendiri. Tuntutan itu semakin menjadi setelah didirikannya beberapa partai politik yang dibentuk pada dasawarsa itu, semakin gencar menyampaikan tuntutan agar Suriname diberikan kebebasan penuh secepatnya.

Tuntutan ini ditanggapi secara serius dengan diadakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun 1970. Konferensi ini diadakan untuk membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname selanjutnya menjadi negara merdeka sejak tanggal 25 November 1975. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tetap sangat tergantung pada bantuan pembangunan Belanda.

Upaya-upaya penggulingan kekuasaan

Pada tanggal 25 Februari 1980, lima tahun setelah kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer yang dilakukan oleh para Sersan yang dipimpin Sersan Mayor Desiree Delano Bouterse dan Sersan Roy Dennis Horb. Peristiwa kudeta ini telah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname.

Setelah Rezim Militer Berkuasa, timbullah gerakan-gerakan kontra-revolusi yang bertujuan untuk mengembalikan demokrasi di Suriname dengan kudeta. Namun beberapa usaha kudeta itu gagal untuk menggulingkan rezim militer Bouterse. Kudeta tersebut di antaranya: kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981, dan terakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang dibantu oleh kelompok sayap kanan, kaum Buruh, dan politisi Hindustani dan Jawa, tetapi kudeta ini pun gagal.

Sebagai reaksi terhadap pemberontakan tersebut, pada tanggal 8 Desember 1982 pihak militer melakukan penembakan terhadap 15 tokoh oposisi demonstran. Peristiwa ini telah menjadi penyebab bagi dihentikannya bantuan pembangunan Belanda kepada Suriname, yang berdampak pada semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname. Namun hal ini tidak membuat upaya menggulingkan rezim militer berhenti, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname. Mereka tampil sebagai penentang utama kekuasaan militer. Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu adalah kelompok Mandela (Bushnegro) di bawah pimpinan mantan anggota militer Ronnie Brunswijk dan kelompok Tukayana Amazones (Amerindian) di bawah pimpinan Alex Jubitana dan Thomas Sabajo.

Sekitar 35.000 penduduk Bushnegro dan 6.500 Amerindian telah menjadi pelaku utama pemberontakan terhadap penguasa militer. Puncak dari konflik bersenjata tersebut terjadi pada tahun 1986, yaitu ketika Pihak Militer terpaksa harus berhadapan dengan pemberontak Bushnegro yang telah bersatu dan menamakan dirinya Jungle Commando, dan satu peleton Tentara yang gagal menangkap Ronnie Brunswijk kemudian melakukan pembantaian terhadap 35 orang Bushnegro di Desa Moiwana (Moiwana Massacre). Sementara itu, dalam tahun yang sama kelompok Amerindian juga meningkatkan aksi pemberontakannya. Kemelut ini telah mengakibatkan sekitar 7000 orang Bushnegro melarikan diri ke Cayenne (Guyana Prancis) dan meminta suaka politik kepada pemerintah setempat.

Kembali ke demokrasi

Pemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan pemilihan umum pada bulan November 1987, yang telah mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada golongan sipil. Namun, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berjalan lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang dikenal dengan sebutan Kudeta Telepon. Akibatnya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer kemudian membentuk Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan pemilihan umum yang demokratis.

Pada bulan Mei 1991, Pemerintah Sementara telah berhasil menyelesaikan tugasnya, yaitu dengan diselenggarakannya pemilihan umum, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan militer, karena kemenangan berada di tangan golongan sipil. Pada bulan September tahun yang sama, telah terbentuk pemerintah yang baru, dan Drs. R.R. Venetiaan terpilih sebagai presiden dan dengan demikian, maka berakhirlah kekuasaan militer.

Langkah terpenting yang segera diupayakan oleh Pemerintah Venetiaan adalah melanjutkan usaha-usaha ke arah perdamaian yang telah dirintis oleh pemerintah sipil sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan tugas berat bagi pemerintah yang baru terbentuk tersebut, terutama karena kondisi ekonomi dan keuangan Suriname yang sangat memprihatinkan, sebagai akibat dari kemelut politik yang berkepanjangan. Dalam melaksanakan upaya perdamaian tersebut, Presiden R.R. Venetiaan telah membentuk suatu Komisi Khusus yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait lainnya.

Dalam Pemilu bulan Mei 1996 koalisi penguasa New Front (NF) dan Presiden Venetiaan mengalami kekalahan dan pemerintahannya digantikan oleh calon dari oposisi Drs. Jules Wijdenbosch Nationale Demokratische Partij (NDP) dan Radakishun Vooruitstrevende Hervorming Partij (VHP), yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Kemudian pada pemilu yang diselenggarakan pada tanggal 25 Mei 2000, kekuasaan berhasil diraih kembali oleh kombinasi pengusa New Front yang terdiri dari parpol Nationale Partij Suriname (NPS), VHP, Pertjajah Luhur dan Surinaamse Partij van de Arbeid (SPA). Kemenangan New Front ini mengantarkan kembali R.R. Venetiaan (NPS) ke tampuk kursi kepresidenan dan memimpin Suriname untuk masa 5 tahun (tahun 2000-2005). Sebagai Wakil Presiden telah terpilih Jules Rattankoemar Ajodhia dari partai VHP.

Geografi

Topografi

Daratannya dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

Daerah pesisir/pantai

Daerah pesisir / pantai muda, terbentuk dari tanah liat yang pekat, antara pasir pantai dan gugusan karang yang terletak di bawah permukaan laut. Sedangkan pantai tua sebagian besar wilayahnya terletak di atas permukaan laut. Kedua daerah ini, sejak diperkenalkannya sistem “polder“ dan pompanisasi, berkembang menjadi daerah pertanian subur dan wilayah permukiman penduduk. Namun 2 tahun belakangan ini, lahan-lahan pertanian tersebut banyak yang telantar akibat krisis keuangan untuk pengelolaan sistem irigasi yang bergantung kepada pompa.

Daerah sabana

Daerah Sabana merupakan daerah yang tertutup pasir dan sangat gersang. Di daerah ini hanya tumbuh jenis rumput-rumput tertentu.

Daerah dataran tinggi

Daerah dataran tinggi, terletak di sebelah selatan, sepanjang perbatasan dengan wilayah Brasil. Sebagian besar daerah ini tertutup oleh hutan tropis yang menghasilkan kayu berkualitas tinggi (kayu keras).

Lebih dari 80 % tanah Suriname masih berupa hutan belukar yang di dalamnya hidup berbagai jenis/species tumbuhan dan satwa. Suriname terkenal kaya akan jenis floranya. Di lain jenis tumbuhan yang terkenal adalah jenis kayu keras seperti Bruinhard, Purplehard dan Zwartekabes. Kayu-kayu tersebut diekspor dan merupakan sumber devisa negara yang sangat penting. Di samping itu, Suriname juga terkenal dengan berbagai jenis satwa, baik yang sudah diternakkan maupun yang masih merupakan binatang liar.

Politik

Pembagian administratif

 
Peta distrik di suriname
Suriname dibagi menjadi 10 distrik:

Suriname dibagi lagi menjadi 62 resor (ressorten).

Lambang Negara

 
Lambang Suriname

Lambang negara Suriname digambarkan dalam bentuk dua orang Amer-Indian yang memegang busur panah dan mengapit sebuah perisai berbentuk oval, berdiri di atas pita dengan tulisan Justitia Pietas, Fides.

Tergambar dalam perisai tersebut, di sisi kiri sebuah kapal layar dan di sisi sebelah kanan sebuah pohon sejenis palma. Kedua gambar tersebut dipisahkan oleh garis vertikal mengikat sebuah segi empat belah ketupat tepat di tengah perisai, dan di dalam segi empat belah ketupat tersebut tergambar bintang segi lima.

Ekonomi

Demografi

Populasi

Populasi Suriname terdiri dari beberapa kelompok minoritas. Kelompok terbesarnya adalah Hindustani.

Berdasarkan Sensus Tahun 1990, sekitar 143.640 orang (34,2%) adalah keturunan Hindustani, 132.300 orang (31,5%) adalah Kreol, 95.740 orang (22,8%) adalah orang Jawa, 35.700 orang (8,5%) merupakan keturunan Bushnegro, dan 7.560 orang (1,8%) adalah Amerindian. Sisanya 5.040 orang (1,2%) merupakan keturunan Tionghoa, Eropa (Portugis, Belanda, Inggris), Yahudi Sefardim, Brasil, dan Libanon.

Berdasarkan data statistik dari Biro Pusat Administrasi Kependudukan Suriname, jumlah penduduk Suriname pada sensus tahun 2003 tercatat 481.146 warga negara Suriname dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,3 %. Selain itu terdapat pula warga asing, di antaranya: orang Brasil (45.000), orang Guyana (40.000), dan lain-lain (orang Karibia, orang Venezuela, orang Kolombia dan lain-lain mencapai 10.000 jiwa).

Populasi Suriname berdasarkan sensus tahun 2004 adalah sebagai berikut:

Agama

Pada sensus ketujuh, tahun 2007, rasio antar-agama adalah sebagai berikut:

Bahasa

Bahasa Belanda merupakan bahasa resmi di Suriname. Orang Suriname juga berbicara bahasa mereka: Sranang Tongo, bahasa Hindustani, bahasa Jawa Suriname, dan lainnya. Dan juga bahasa asal bahasa Karibia dan bahasa Arawakan, orang India Suriname juga bicara bahasa mereka sendiri. Selain itu, bahasa Inggris juga digunakan luas, terutama dalam fasilitas dan toko yang berorientasi pariwisata.

Budaya

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Suriname: An Asian Immigrant and the Organic Creation of the Caribbean's Most Unique Fusion Culture, diarsipkan dari versi asli tanggal 20 February 2017, diakses tanggal 19 July 2017 
  2. ^ "Censusstatistieken 2012" (PDF). Algemeen Bureau voor de Statistiek in Suriname (General Statistics Bureau of Suriname). hlm. 76. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 June 2014. 
  3. ^ "The World Factbook – Central Intelligence Agency". cia.gov. 29 September 2021. 
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Census
  5. ^ "Census statistieken 2012". Statistics-suriname.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 November 2014. Diakses tanggal 13 July 2014. 
  6. ^ "Definitieve Resultaten (Vol I) Etniciteit". Presentatie Evaluatie Rapport CENSUS 8: 42. 
  7. ^ "Explore all countries–Suriname". World Fact Book. Diakses tanggal 24 Oktober 2022. 
  8. ^ a b c d "Suriname". International Monetary Fund. 10 October 2022. Diakses tanggal 30 October 2022. 
  9. ^ "Gini Index". World Bank. Diakses tanggal 2 Maret 2011. 
  10. ^ Human Development Report 2023-24. United Nations. 13 March 2024. 

Bacaan lebih lanjut

  • Negara dan Bangsa Jilid 9: Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Jakarta: Widyadara. 1988. ISBN 979-8087-08-9.  (Indonesia)
  • Box, Ben, Footprint Focus Guide: Guyana, Guyane & Suriname, (Footprint Travel Guides, 2011)
  • Counter, S. Allen and David L. Evans, I Sought My Brother: An Afro-American Reunion, Cambridge: MIT Press, 1981
  • Dew, Edward M., The Trouble in Suriname, 1975–93, (Greenwood Press, 1994)
  • Gimlette, John, Wild Coast: Travels on South America's Untamed Edge (Profile Books, 2011)
  • McCarthy Sr., Terrence J., A Journey into Another World: Sojourn in Suriname, (Wheatmark Inc., 2010)
  • Westoll, Adam, Surinam, (Old Street Publishing, 2009)

Pranala luar

Situs web pemerintah, presiden, dan Majelis Nasional