Plato

filsuf Yunani Kuno
Revisi sejak 15 Oktober 2020 11.48 oleh 612009wa (bicara | kontrib) (Menambahkan informasi pada bagian intro mengenai pengaruh Plato terhadap peradaban barat.)

Plato (bahasa Yunani: Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, secara spesifik dari Athena. Dilihat dari perspektif sejarah filsafat, Plato digolongkan sebagai filsuf Yunani Kuno. Ia adalah penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat.[2]

Plato
Lahirc. 428–427 SM[1]
Athena
Meninggalc. 348–347 SM (berusia ca 80)
Athena
KebangsaanYunani
EraFilsafat kuno
KawasanFilsafat Barat
AliranPlatonisme
Minat utama
Retorika, seni, literatur, epistemologi, keadilan, kebajikan, politik, pendidikan, keluarga, militarisme
Gagasan penting
Teori Bentuk atau Teori Ide, Idealisme Platonik, Realisme Platonik, hyperuranion, metaxy, khôra

Plato diyakini sebagai seorang filsuf yang berperan besar dalam perkembangan filsafat Yunani Kuno dan filsafat barat secara umum. Sumbangsih yang besar juga diberikan oleh guru Plato, yakni Sokrates , dan murid Plato, yakni Aristoteles[2]. Selain sebagai filsuf, Plato juga dikenal sebagai salah satu peletak dasar agama-agama barat dan spiritualitas[3]. Pemikiran Plato dikembangkan menjadi Neoplatonisme oleh para pemikir seperti Plotinus dan Porphyry. Neoplantonisme memberi pengaruh besar bagi perkembangan Kristianitas, terutama memengaruhi pemikiran para Bapa Gereja seperti Agustinus. Filsuf Alfred North Whitehead bahkan mengapreasiasi Plato dengan mengatakan, "Karakterisasi umum yang paling aman dari tradisi filosofis Eropa adalah bahwa tradisi ini terdiri dari serangkaian catatan kaki untuk Plato"[4].

Pemikiran Plato banyak dipengaruhi oleh Sokrates.[5] Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal".[butuh rujukan] Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.[butuh rujukan] Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.[2] Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).[2]

Ciri-ciri karya Plato

 
Plato dan Socrates dalam lukisan abad pertengahan.
  • Bersifat Sokratik

Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.[2]

  • Berbentuk dialog

Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog.[2] Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu.[2] Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.[2]

Pandangan Plato tentang ide, dunia ide dan dunia indrawi

Idea-idea

Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai ide.[6] Pandangan Plato terhadap ide-ide dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi.[6] Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern.[6] Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.[butuh rujukan] Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia.[6] Idea adalah dunia yang melampaui manusia maka ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada dunia ide.[6] Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah.[2] Ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.[2] Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.[2] Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap.[2] Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide tersebut.[2] Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”.[2] Ide ini melampaui segala ide yang ada.[2]

Dunia indrawi

Dunia indrawi adalah dunia nyata yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh pancaindra kita.[2] Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal.[6] Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini.[6] Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.[6]

Dunia ide

Dunia ide adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita.[2] Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah.[2] Hanya ada satu ide “yang bagus”, “yang indah”.[5] Di dunia ide semuanya sangat sempurna.[5] Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual.[5] Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".[5]

Pandangan Uphy tentang karya seni dan keindahan

Pandangan Cippe Plato tentang karya seni

Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide.[7] Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik).[7] Plato memandang negatif karya seni.[7] Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos.[7] Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada.[7] Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli.[7] Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide.[7] Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.[7]

Pandangan Plato tentang Keindahan

Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus.[butuh rujukan] Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide.[butuh rujukan] Ia berpendapat bahwa Kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni.[butuh rujukan] Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.[7]

Dialog-dialog Plato

 
Papirus Oxyrhynchus, potongan tulisan dari karya Plato yang berjudul Republic.

Dialog awal[butuh rujukan]:

Dialog awal/pertengahan[butuh rujukan]:

Dialog pertengahan[butuh rujukan]:

Dialog pertengahan-akhir[butuh rujukan]:

Dialog akhir[butuh rujukan]:

Yang diragukan otentisitasnya[butuh rujukan]:

Lihat pula

Referensi

  1. ^ St-Andrews.ac.uk, St. Andrews University
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Tjahjadi,Simon Petrus L., Petualangan IntelektualYogyakarta: Kanisius.2004. ISBN 979-21-0460-7
  3. ^ Foucault, Michel (2005). The Hermeneutics of the Subject. Palgrave Macmillan. hlm. 17. 
  4. ^ Whitehead, Alfred North (1978). Process and Reality. New York: The Free Press. hlm. 39. 
  5. ^ a b c d e Bertens,K. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta:Kanisius. 1976. ISBN 979-413-351-5
  6. ^ a b c d e f g h Bertens, K.Sejarah Filsafat Yunani.Yogyakarta:Kanisius.1999.
  7. ^ a b c d e f g h i Sutrisno, Mudji dan Verhaak, Christ. 1993. Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisius.

Bacaan lanjutan

Pranala luar