Rumpun bahasa Batak
Rumpun bahasa Batak adalah sekelompok bahasa berkerabat yang dituturkan di bagian utara Sumatra, Indonesia. Rumpun ini merupakan bagian dari subkelompok Sumatra Barat Laut–Kepulauan Penghalang bersama bahasa Mentawai dan Nias di dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia.
Rumpun bahasa Batak | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Wilayah | Sumatra, Indonesia | ||||||||
Penutur | |||||||||
| |||||||||
Kode bahasa | |||||||||
ISO 639-2 | btk | ||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||
ISO 639-5 | btk | ||||||||
LINGUIST List | bata | ||||||||
Glottolog | toba1265 [1] | ||||||||
IETF | btk | ||||||||
| |||||||||
Portal Bahasa | |||||||||
Pembagian
K. Alexander Adelaar (1981) mengelompokkan rumpun-rumpun bahasa Batak sebagai berikut:[4]
- Rumpun Batak
- {Utara - Selatan}
- Batak [Bagian Utara]
- Batak [Bagian Selatan]
- Simalungun
- Toba Samosir
- Angkola - Mandailing
- {Utara - Selatan}
Petrus Voorhoeve (1955) sebelumnya menggolongkan Simalungun sebagai cabang ketiga Bahasa Batak yang memiliki ciri dari kelompok Utara maupun Selatan.[5] Akan tetapi, Adelaar berpendapat bahwa ciri-ciri Utara yang ada di Simalungun merupakan pinjaman. Secara fonologi, Simalungun lebih dekat dengan bahasa-bahasa Batak Selatan; kedekatan ini juga didukung dengan beberapa bukti leksikal.[6] Kajian leksikostatistik menunjukkan bahwa kosakata dasar bahasa Karo 80% kognat dengan Alas, 24% dengan Pakpak, dan 19% dengan Simalungun. Sedangkan perbedaan bahasa Karo dengan Alas berkisar 20%, bahasa Karo dengan Pakpak sekitar 76%, dan bahasa Karo dengan Simalungun sekitar 81%. Penutur bahasa Karo dan Toba tidak dapat saling memahami karena hanya ada sedikit persamaan/beberapa persen kemiripan saja.[7]
Klasifikasi Adelaar di atas telah diadopsi oleh Glottolog (per edisi 4.3).[a]
Rekonstruksi
Proto-Batak | |
---|---|
Reka ulang dari | rumpun bahasa Batak |
Leluhur reka ulang | |
Adelaar (1981) telah merekonstruksi fonologi bahasa Proto-Batak, leluhur dari seluruh bahasa-bahasa Batak, berdasarkan data dari kelompok Utara maupun Selatan.[8]
Labial | Alveolar | Palatal | Velar | Glotal | ||
---|---|---|---|---|---|---|
Hambat | taksuara | *p | *t | *c | *k | |
bersuara | *b | *d | *j | *ɡ | ||
Desis | *s | *h | ||||
Sengau | *m | *n | *ŋ | |||
Semivokal | *w | *y | ||||
Lateral | *l | |||||
Getar | *r |
Depan | Tengah | Belakang | |
---|---|---|---|
Tertutup | *i | *u | |
Sedang | *ə | ||
Terbuka | *a |
Selain vokal di atas, terdapat pula tiga diftong di posisi akhir, yaitu *-uy, *-ey, dan *-ow.[9]
Beberapa bunyi Proto-Batak mengalami perubahan pada bahasa-bahasa turunannya, sebagaimana diringkaskan di bawah ini:
- Proto-Batak *k menjadi h di posisi awal dan tengah pada bahasa-bahasa Batak Selatan.[10]
- Proto-Batak *kalak > Toba, Simalungun halak; Karo kalak 'orang'
- Proto-Batak *dukut > Toba, Simalungun duhut; Karo dukut 'rumput'
- Proto-Batak *h hilang di Toba, Angkola and Mandailing.[10]
- Proto-Batak *pərəh > Toba poro, Simalungun poroh, Karo pereh /pərəh/ 'perah'
- Konsonan hambat *b, *d, dan *g hanya dipertahankan di bahasa Simalungun. Di bahasa Toba, Angkola dan Mandailing, konsonan ini berubah menjadi taksuara (/p/, /t/, /k/) sementara di bahasa-bahasa Batak Utara, konsonan ini berubah menjadi bunyi sengau yang diucapkan pada tempat artikulasi yang sama/homorganik (/m/, /n/, /ŋ/).[11]
- Proto-Batak *abab > Simalungun abab, Toba abap, Karo abam 'abu'
- Proto-Batak *dələg > Simalungun dolog, Toba dolok, Karo deleng /dələŋ/ 'gunung'.
- Vokal *ə bergeser ke /o/ di bahasa-bahasa Selatan. Bunyi ini dipertahankan di Utara, walaupun bergeser ke /o/ di kosakata monosilabis dan sebelum -h dalam bahasa Dairi.[12]
- Proto-Batak *ənəm > Karo enem (/ənəm/), Toba onom 'enam'
- Proto-Batak *tanəh > Karo taneh (/tanəh/), Dairi tanoh, Toba tano 'tanah'
- Diftong Proto-Batak hanya bertahan di Simalungun, dan bergeser menjadi monoftong pada bahasa-bahasa Batak yang lain.[13]
- Proto-Batak *apuy > Simalungun apuy; api 'api' dalam ragam lainnya.
- Proto-Batak *matey > Simalungun matei; mate 'mati' dalam ragam lainnya.
- Proto-Batak *pulow > Simalungun pulou; pulo 'pulau' dalam ragam lainnya.
Rujukan
Keterangan
- ^ Glottolog menggunakan istilah "Batakic" untuk rumpun Batak secara keseluruhan dan "Tobaic" untuk Toba-Angkola-Mandailing.
Catatan kaki
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Rumpun bahasa Batak". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ Adelaar 1981, hlm. 17–18.
- ^ Voorhoeve, Petrus (1955). Critical survey of studies on the languages of Sumatra. Den Haag: Nijhoff. hlm. 9.
- ^ Adelaar 1981, hlm. 14–15.
- ^ Woollams, Geoff (2005). "Karo Batak". Dalam K. Alexander Adelaar; Nikolaus Himmelmann. The Austronesian Languages of Asia and Madagascar. London dan New York: Routledge. hlm. 535. ISBN 9780700712861.
- ^ Adelaar 1981.
- ^ a b c Adelaar 1981, hlm. 18.
- ^ a b Adelaar 1981, hlm. 14.
- ^ Adelaar 1981, hlm. 13–14.
- ^ Adelaar 1981, hlm. 11–12.
- ^ Adelaar 1981, hlm. 12.
Daftar pustaka
- Adelaar, K. Alexander (1981). "Reconstruction of Proto-Batak Phonology". Dalam Robert A. Blust. Historical Linguistics in Indonesia: Part I. NUSA: Linguistic Studies in Indonesian and Languages in Indonesia. 10. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. hlm. 1–20.