Panbronkiolitis difus

Revisi sejak 23 Februari 2022 04.42 oleh Fareleadsm (bicara | kontrib) (Menambahkan gambar)


Panbronkiolitis menyebar atau Diffuse panbronchiolitis (DPB) adalah penyakit radang paru-paru yang penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini adalah bentuk bronkiolitis yang parah dan progresif di mana terjadi peradangan pada bronkiolus (saluran udara kecil yang terdapat di paru-paru). Yang dimaksud penyebaran pada penyakit ini adalah ketika muncul lesi pada kedua paru-paru. Panbronkiolitis mengacu pada peradangan yang ditemukan di semua lapisan bronkiolus (bagian pernapasan yang terlibat dalam pertukaran gas). Penyakit ini juga menyebabkan peradangan parah dan lesi yang serupa seperti pada bronkiolus terminal, sinusitis kronis, dan batuk hebat yang menghasilkan sputum dalam jumlah besar.

Panbronkiolitis menyebar
Gambar tomografi terkomputasi resolusi tinggi pada dada bagian bawah anak laki-laki berumur 16 tahun yang menderita panbronkiolitis menyebar
Informasi umum
SpesialisasiPulmonologi

Penyakit ini diyakini terjadi akibat kurangnya sistem kekebalan terhadap bakteri atau virus penyebab panbronkiolitis menyebar yang umum ditemukan di beberapa gen utamanya pada individu keturunan Asia Timur. Insiden tertinggi terjadi pada orang Jepang, diikuti oleh orang Korea. Panbronkiolitis lebih sering terjadi pada pria berusia sekitar 40 tahun-an. Penyakit ini diakui sebagai penyakit baru yang khas pada awal 1960-an dan secara resmi dinamai panbronkiolitis menyebar (diffuse panbronchiolitis) pada tahun 1969.

Jika tidak diobati, panbronkiolotis akan berkembang menjadi bronkiektasis, yaitu suatu kondisi paru-paru ireversibel yang melibatkan pembesaran bronkiolus, dan pengumpulan lendir di saluran bronkiolus. Pengobatan harian pada penyakit ini menggunakan antibiotik makrolida seperti eritromisin yang dapat meredakan gejala dan meningkatkan waktu kelangsungan hidup. Namun hingga saat ini, panduan pengobatan yang tepat untuk penyakit panbronkiolotis belum diketahui secara pasti. Panbrokiolitis dapat menyebabkan gagal napas dan permasalahan pada jantung.

Klasifikasi

Istilah "bronkiolitis" umumnya mengacu pada peradangan bronkiolus.[1][2] Panbronkiolitis menyebar diklasifikasikan sebagai bentuk "bronkiolitis primer" dengan arti bahwa penyebab yang mendasari bronkiolitis berasal dari atau terbatas pada bronkiolus.[3][4] Selain panbronkiolitis, bentuk tambahan dari bronkiolitis primer antara lain adalah bronkiolitis obliterans, bronkiolitis folikular, bronkiolitis respiratorik, penyakit saluran napas akibat debu, dan beberapa jenis lainnya.[4] Tidak seperti panbronkiolitis, bronkiolitis yang tidak dianggap sebagai bentuk "primer" akan dikaitkan dengan penyakit saluran udara yang lebih besar, seperti bronkitis kronis.[3][4]

Tanda dan gejala

Gejala panbronkiolitik menyebar antara lain yaitu sinusitis kronis, mengi, krekels (suara pernapasan yang dibuat karena adanya penghalang yang menghalangi jalan napas seperti dahak dan sekresi di paru-paru), dispnea (sesak napas), dan batuk parah yang menghasilkan sputum dalam jumlah banyak. Individu yang menderita dapat mengalami demam dan kemungkinan pada dahak akan terdapat nanah. Tanda-tanda khas perkembangan panbronkiolitis yaitu terjadinya pelebaran (pembesaran) saluran bronkiolus dan hipoksemia (rendahnya kadar oksigen dalam darah). Jika panbronkiolitis tidak diobati, maka besar kemungkinan akan berakhir pada bronkiektasis. Hal ini ditandai dengan pelebaran dan penebalan dinding bronkiolus, kerusakan akibat inflamasi pada bronkiolus terminal dan pernapasan, dan penumpukan lendir di paru-paru.[5] Panbronkiolitik telah dikaitkan dengan kegagalan pernapasan progresif, hiperkapnia (peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah), hipertensi pulmonal (tekanan darah tinggi pada vena dan arteri pulmonalis) dan cor pulmonale (pelebaran ventrikel kanan jantung atau gagal jantung sebelah kanan).[6]

Penyebab

 
Gen untuk HLA manusia yang terletak pada kromosom 6.

Panbronkiolitik merupakan penyakit idiopatik, yang berarti penyebab fisiologis, lingkungan, atau patogen penyakit yang tepat tidak diketahui. Namun, beberapa faktor diduga terlibat dengan patogenesisnya (cara kerja penyakit).[5]

Kompleks histokompatibilitas utama atau major histocompatibility complex (MHC) adalah wilayah genom besar yang ditemukan di sebagian besar vertebrata yang terkait dengan sistem kekebalan. Terletak pada kromosom 6 pada manusia. Salah satu subset dari MHC pada manusia adalah antigen leukosit manusia atau human leukocyte antigen (HLA) yang mengontrol sistem antigen-presenting sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh adaptif terhadap patogen seperti bakteri dan virus. Ketika sel manusia terinfeksi oleh patogen, beberapa dari HLA dapat menampilkan bagian dari protein patogen pada permukaannya. Hal ini yang disebut dengan "tampilan antigen atau antigen presentasion". Sel yang terinfeksi kemudian menjadi target untuk jenis sel T sitotoksik, yang membunuh sel yang terinfeksi sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh.[8]

Predisposisi genetik untuk kerentanan terhadap panbronkiolitis telah dilokalisasi pada ke dua haplotipe HLA (perbedaan urutan nukleotida atau gen antara kromosom berpasangan, yang lebih mungkin terjadi di antara etnis atau sifat umum) yang umum pada orang-orang keturunan Asia Timur. HLA-B54 dikaitkan dengan panbronkiolitis di Jepang sedangkan HLA-A11 dikaitkan dengan panbronkiolitis di Korea.[9] Beberapa gen dalam wilayah tersebut dari kelas I HLA diyakini sebagai penyebab panbronkiolitis karena meningkatkan kerentanan terhadap penyakit tersebut. 7][10] Latar belakang genetik umum dan kesamaan dalam profil HLA individu Jepang dan Korea yang mengidap penyakit ini kemudian dipertimbangkan dalam penelusuran gen yang terkait dengan panbronkiolis menyebar.[10] Disebutkan bahwa mutasi dari gen yang rentan dicurigai terletak di antara HLA-B[11]dan HLA-A.[12] dan telah terjadi pada kromosom nenek moyang yang membawa HLA-B54 dan HLA-A11. Lebih lanjut lagi, terdapat kemungkinan bahwa sejumlah peristiwa rekombinasi genetik di sekitar lokus penyakit (lokasi pada kromosom) dapat terjadi mengakibatkan penyakit yang terkait dengan HLA-B54 di Jepang dan HLA-A11 di Korea. Setelah penelitian lebih lanjut, disimpulkan bahwa gen yang rentan dengan panbrokiolitis ini terletak di dekat lokus HLA-B pada kromosom 6p21.3. Di area ini, pencarian penyebab penyakit genetik terus berlanjut.[9][10]

Karena banyak gen milik HLA tetap tidak teridentifikasi, kloning posisional (metode yang digunakan untuk mengidentifikasi gen tertentu, ketika hanya lokasinya pada kromosom yang diketahui) telah digunakan untuk menetapkan bahwa gen yang mirip musin terkait dengan panbronkiolitis menyebar. Selain itu, penyakit yang disebabkan oleh gen HLA yang teridentifikasi di wilayah rentan panbronkiolitis telah diselidiki. Salah satunya, bare lymphocyte syndrome I (BLS I), menunjukkan sejumlah kesamaan dengan panbronkiolitis menyebar pada pasien yang menderita penyakit ini, termasuk sinusitis kronis, peradangan bronkiolus dan nodul, dan adanya H. influenza. Sama seperti panbronkiolitis menyebar, bare lymphocyte syndrome juga merespon dengan baik terapi eritromisin dengan menunjukkan pengurangan gejala. Kesamaan antara kedua penyakit ini antara lain adalah menunjukkan keberhasilan dengan cara pengobatan yang sama dan fakta bahwa gen yang bertanggung jawab untuk bare lymphocyte syndrome (BLS I) terletak di dalam area penyebab panbronkiolitis dari HLA akan mempersempit pembentukan gen yang bertanggung jawab menyebabkan panbrokiolitis.[9]Faktor lingkungan seperti menghirup asap beracun dan merokok tidak diyakini berperan dalam menyebakan panbronkiolitis. Faktor lingkungan dan nongenetik lainnya seperti bakteri atau virus yang tidak teridentifikasi tidak dikesampingkan.[4][6][7]

Fibrosis kistik (CF) adalah penyakit paru-paru multi-sistem progresif yang telah dipertimbangkan dalam mencari penyebab genetik panbronkiolitik menyebar. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Fibrosisi kistik dan panbronkiolitik menyebar terlihat serupa karena pada keduanya akan terjadi radang paru-paru yang parah, produksi lendir yang lebih banyak, dan infeksi. Namun, terdapat perbedaan yaitu panbronkiolitis menyebar didominasi oleh masyarakat Asia Timur sedangkan fibrosisi kistik didominasi oleh masyarakat Kaukasia atau keturunan Eropa. Mutasi pada gen penyebab fibrosis kistik ini bukan merupakan faktor yang menyebabkan panbronkiolitis tetapi polimorfisme (variasi) unik pada gen ini diketahui terjadi pada banyak orang Asia yang belum tentu dipengaruhi oleh kedua penyakit tersebut. Saat ini, sedang diselidiki apakah gen ini mengalami mutasi yang dapat berkontribusi terhadap penyakit panbronkiolitis.[4][9]

 
Struktur molekul Eritromisin A, antibiotik yang digunakan untuk mengobati panbronkiolitis menyebar

Patofisiologi

 
Gambar tomografi terkomputasi resolusi tinggi dari dada bagian bawah pada anak laki-laki berusia 16 tahun yang awalnya didiagnosis dengan panbronkiolitis menyebar (kiri) dan 8 minggu kemudian (kanan) setelah 6 minggu pengobatan dengan eritromisin. Bronkiektasis bilateral dan nodul sentrilobular yang menonjol dengan pola "tree-in-bud" menunjukkan perbaikan yang nyata.

Diagnosis

Diagnosis banding

Pengobatan

Prognosis

Panbronkiolitis yang tidak diobati menyebabkan bronkiektasis, gagal napas, dan kematian. Sebuah laporan jurnal dari tahun 1983 menunjukkan bahwa panbronkiolitis menyebar yang tidak diobati memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun sebesar 62,1%, sedangkan tingkat kelangsungan hidup 10 tahun adalah 33,2%.[6] Dengan pengobatan menggunakan eritromisin, individu yang mengidap panbronkiolitis, sekarang memiliki harapan hidup yang lebih lama karena manajemen gejala yang lebih baik, penghambatan perkembangan, dan pencegahan infeksi terkait seperti P. aeruginosa.[20] Tingkat kelangsungan hidup 10 tahun untuk panbronkiolitis menyebar yang diobati adalah sekitar 90%.[4] Dalam kasus panbronkiolitis di mana pengobatan yang dilakukan sekitar dua tahun telah menghasilkan peningkatan yang signifikan, pengobatan tetap akan dilanjutkan untuk sementara waktu. Namun, penderita yang diizinkan untuk menghentikan pengobatan akan dipantau secara ketat. Karena panbrokiolitis telah terbukti dapat kambuh, terapi eritromisin harus segera dilanjutkan setelah gejala penyakit mulai muncul kembali. Terlepas dari peningkatan prognosis ketika masa perawatan, diketahui hingga saat ini panbronkiolitis belum memiliki obat.[4][9]

Epidemiologi

Sejarah

Pada awal 1960-an, penyakit paru-paru kronis yang relatif baru diamati dan dideskripsikan oleh dokter di Jepang. Pada tahun 1969, [31] istilah "diffuse panbronchiolitis atau panbronkiolitis menyebar” diperkenalkan untuk membedakannya dari bronkitis kronis, emfisema, alveolitis, dan penyakit paru obstruktif lainnya dengan peradangan. Antara 1978 dan 1980, hasil survei nasional yang diprakarsai oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang mengungkapkan lebih dari 1.000 kemungkinan terjadinya kasus panbronkiolitis, dengan 82 individu telah dikonfirmasi secara histologis. Pada 1980-an, panbronkiolitis diakui secara internasional sebagai penyakit paru-paru yang berbeda.[4][6]

Sebelum tahun 1980-an, prognosis dari panbronkiolitis hasilnya buruk, terutama pada kasus dengan superinfeksi (munculnya infeksi virus atau bakteri baru, selain yang sedang terjadi) oleh P. aeruginosa.[13] Angka kematian yang disebabkan oleh panbronkiolotis semakin tinggi sebelum adanya generalisasi pengobatan menggunakan antibiotik dan terapi oksigen secara rutin sebagai upaya dalam mengelola gejala yang ditimbulkan. Sekitar tahun 1985, ketika pengobatan jangka panjang dengan antibiotik eritromisin menjadi standar untuk mengelola panbronkiolitik, prognosisnya meningkat secara signifikan. [20] Pada tahun 1990, asosiasi panbronkiolitis menyebar dengan HLA  mulai ditegaskan.[9]

Prana luar

Klasifikasi
Sumber luar

Templat:Respiratory pathology

  1. ^ "Definition of BRONCHIOLITIS". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-23. 
  2. ^ Erickson, Evelyn N.; Bhakta, Rupal T.; Mendez, Magda D. (2022). Pediatric Bronchiolitis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 30137791. 
  3. ^ a b "Bronchiolitis (respiratory bronchiolitis, acute bronchiolitis, constrictive or obliterative bronchiolitis, follicular bronchiolitis, diffuse panbronchiolitis, diffuse aspiration bronchiolitis, mineral dust airway disease)". Pulmonology Advisor (dalam bahasa Inggris). 2019-01-23. Diakses tanggal 2022-02-23. 
  4. ^ a b c Ryu, Jay H.; Myers, Jeffrey L.; Swensen, Stephen J. (2003-12). "Bronchiolar Disorders" (PDF). American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine (dalam bahasa Inggris). 168 (11): 1277–1292. doi:10.1164/rccm.200301-053SO. ISSN 1073-449X. 
  5. ^ a b Poletti, V.; Casoni, G.; Chilosi, M.; Zompatori, M. (2006-10-01). "Diffuse panbronchiolitis" (PDF). European Respiratory Journal (dalam bahasa Inggris). 28 (4): 862–871. doi:10.1183/09031936.06.00131805. ISSN 0903-1936. 
  6. ^ Anthony, M-P; Singham, S; Soans, B; Tyler, G (2009-10). "Diffuse panbronchiolitis: not just an Asian disease: Australian case series and review of the literature" (PDF). Biomedical Imaging and Intervention Journal (dalam bahasa Inggris). 5 (4). doi:10.2349/biij.5.4.e19. ISSN 1823-5530. PMC 3097723 . PMID 21610988.