Definisi obat

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, obat termasuk ke dalam salah satu dari 4 sediaan farmasi. Ke empat sediaan farmasi tersebut adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.[1]

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia.[1]

Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.[2] Yang dimaksud dengan bahan yang tidak berkhasiat adalah bahan yang ditambahkan dalam pembuatan obat selain zat aktif yang memberikan efek terapi. Bahan yang tidak berkhasiat ini sering disebut dengan eksipien. Eksipien harus bersifat inert terhadap zat aktif dan tidak memberikan efek terapeutik karena tujuan penggunaan eksipien adalah untuk membantu dalam proses produksi, melindungi, meningkatkan stabilitas, dan meningkatkan ketersediaan hayati obat.[3]

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.[1] Obat tradisional yang beredar di Indonesia yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.[4]

Daftar obat yang disalahgunakan

Dekstrometorfan

 
Struktur kimia dekstrometorfan

Dekstrometorfan (sering disingkat dengan DXM) merupakan obat yang digunakan sebagai penekan (supresan) batuk atau antitusif.[5][6] Dekstrometorfan dijual sebagai obat bebas dibanyak negara sehingga dapat diperoleh oleh masyarakat tanpa menggunakan resep dokter.[7][8] Obat ini dijual dalam beberapa bentuk sediaan seperti sirup, tablet, kapsul lunak, dan lozenge.[9]

Dekstrometorfan merupakan kelompok obat turunan morfin nonnarkotik yang disetujui penggunaanya pertama kali sebagai obat batuk pada tahun 1958 oleh FDA.[10][11] Sebagai antitusif, obat ini bekerja dengan cara melintasi sawar darah otak dan berinteraksi dengan reseptor agonis sigma-1 (Sig1-R) pada pusat batuk di sistem saraf pusat, yang demikian dapat menekan refleks batuk.[12][13]

Dekstrometorfan memiliki banyak mekanisme aksi dan dapat berinteraksi dengan banyak reseptor, diantaranya adalah nonselektif serotonin reuptake inhibitor, reseptor agonis sigma-1 (Sig1-R), transporter noradrenalin (NA), reseptor asetilkolin nikotinik α3β4, dan reseptor N-metill-D-aspartat (NMDA). Reseptor tersebut banyak ditemukan dalam beberapa sistem neurotransmiter yang ditargetkan dalam pengobatan gangguan neurologis dan kejiwaan.[14] Pada penggunaan dosis tinggi, dekstrometorfan dan metabolit utamanya, dekstrorfan, dapat memblokade reseptor NMDA yang memberikan efek serupa seperti pada anestesi disosiatif lainnya seperti ketamina, nitro oksida, dan fensiklidin.[15][16]

Referensi

  1. ^ a b c "UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan [JDIH BPK RI]". peraturan.bpk.go.id. Diakses tanggal 2022-02-26. 
  2. ^ BPOM (2019). "Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik". jdih.pom.go.id. Diakses tanggal 26-02-2022. 
  3. ^ Haywood, Alison; Glass, Beverley D. (2011). "Pharmaceutical excipients – where do we begin?". Australian Prescriber (dalam bahasa Inggris). 34 (4). doi:10.18773/austprescr.2011.060. 
  4. ^ Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2016). "Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 6 tahun 2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia" (PDF). hukor.kemkes.go.id. Diakses tanggal 26-02-2022. 
  5. ^ Taylor, Charles P.; Traynelis, Stephen F.; Siffert, Joao; Pope, Laura E.; Matsumoto, Rae R. (2016-08-01). "Pharmacology of dextromethorphan: Relevance to dextromethorphan/quinidine (Nuedexta®) clinical use". Pharmacology & Therapeutics (dalam bahasa Inggris). 164: 170–182. doi:10.1016/j.pharmthera.2016.04.010. ISSN 0163-7258. 
  6. ^ Spangler, David C.; Loyd, Catherine M.; Skor, Emily E. (2016-12). "Dextromethorphan: a case study on addressing abuse of a safe and effective drug". Substance Abuse Treatment, Prevention, and Policy (dalam bahasa Inggris). 11 (1): 22. doi:10.1186/s13011-016-0067-0. ISSN 1747-597X. PMC 4918034 . PMID 27333886. 
  7. ^ Armstrong, Cody; Kapolowicz, Michelle R (2020-08-14). "Interventional Study of Dextromethorphan Abuse Within the U.S. Military Community in Okinawa, Japan". Military Medicine (dalam bahasa Inggris). 185 (7-8): e926–e929. doi:10.1093/milmed/usaa049. ISSN 0026-4075. 
  8. ^ Abuse, National Institute on Drug (2017-12-17). "Over-the-Counter Medicines DrugFacts". National Institute on Drug Abuse (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-27. 
  9. ^ "Indication-specific dosing for Balminil DM, Benylin DM, Bronchophan (dextromethorphan), frequency-based adverse effects, comprehensive interactions, contraindications, pregnancy & lactation schedules, and cost information". reference.medscape.com. Diakses tanggal 2022-02-27. 
  10. ^ Oh, SaeRam; Agrawal, Suneil; Sabir, Sarah; Taylor, Alan (2022). Dextromethorphan. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 30855804. 
  11. ^ Shin, Eun-Joo; Nah, Seung-Yeol; Kim, Won-Ki; Ko, Kwang Ho; Jhoo, Wang-Kee; Lim, Yong-Kwang; Cha, Joo Young; Chen, Chieh-Fu; Kim, Hyoung-Chun (2005-04). "The dextromethorphan analog dimemorfan attenuates kainate-induced seizures via σ 1 receptor activation: comparison with the effects of dextromethorphan: Dimemorfan prevents kainate-induced seizures". British Journal of Pharmacology (dalam bahasa Inggris). 144 (7): 908–918. doi:10.1038/sj.bjp.0705998. PMC 1576070 . PMID 15723099. 
  12. ^ "Dextromethorphan: MedlinePlus Drug Information". medlineplus.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-27. 
  13. ^ PubChem. "Dextromethorphan". pubchem.ncbi.nlm.nih.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-27. 
  14. ^ Taylor, Charles P.; Traynelis, Stephen F.; Siffert, Joao; Pope, Laura E.; Matsumoto, Rae R. (2016-08-01). "Pharmacology of dextromethorphan: Relevance to dextromethorphan/quinidine (Nuedexta®) clinical use". Pharmacology & Therapeutics (dalam bahasa Inggris). 164: 170–182. doi:10.1016/j.pharmthera.2016.04.010. ISSN 0163-7258. 
  15. ^ Reissig, Chad J.; Carter, Lawrence P.; Johnson, Matthew W.; Mintzer, Miriam Z.; Klinedinst, Margaret A.; Griffiths, Roland R. (2012-09). "High doses of dextromethorphan, an NMDA antagonist, produce effects similar to classic hallucinogens". Psychopharmacology (dalam bahasa Inggris). 223 (1): 1–15. doi:10.1007/s00213-012-2680-6. ISSN 0033-3158. PMC 3652430 . PMID 22526529. 
  16. ^ Chary, Michael; Park, Emily H.; McKenzie, Andrew; Sun, Julia; Manini, Alex F.; Genes, Nicholas (2014-02-12). "Signs & Symptoms of Dextromethorphan Exposure from YouTube". PLOS ONE (dalam bahasa Inggris). 9 (2): e82452. doi:10.1371/journal.pone.0082452. ISSN 1932-6203. PMC 3922701 . PMID 24533044.