Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Palu.
Sulawesi Tengah | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU 13/1964 |
Tanggal | 13 April 1964 (hari jadi) |
Ibu kota | Palu |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Mayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju |
• Wakil Gubernur | H. Achmad Yahya, S.E., M.B.A. |
• Sekretaris Daerah | Kolonel (Purn). H. Gumyadi, S.H. |
Luas | |
• Total | 68,089,83 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 2,242,914 (2.004)[1] |
Demografi | |
• Agama | Islam, Protestan, Katolik |
• Bahasa | Bahasa Indonesia, Pamona, Mori, kaili, dll |
Kode Kemendagri | 72 |
Kode BPS | 72 |
Lagu daerah | Tananggu Kaili, Tondok Kadadingku, Rano Poso, Wita Mori |
Situs web | www.sulteng.go.id |
Sejarah
Wilayah provinsi Sulawesi Tengah, sebelum jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan yang terdiri atas 15 kerajaan di bawah kepemimpinan para raja yang selanjutnya dalam sejarah Sulawesi Tengah dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat.
Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan Di Timur dan Delapan Kerajaan Di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain:
- Poso Lage di Poso
- Lore di Wianga
- Tojo di Ampana
- Pulau Una-una di Una-una
- Bungku di Bungku
- Mori di Kolonodale
- Banggai di Luwuk
- Parigi di Parigi
- Moutong di Tinombo
- Tawaeli di Tawaeli
- Banawa di Donggala
- Palu di Palu
- Sigi/Dolo di Biromaru
- Kulawi di Kulawi
- Tolitoli di Tolitoli
Dalam perkembangannya, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian yakni:
- Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi.
- Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.
- Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.
Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Kini berdasarkan pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 10 daerah, yaitu 9 kabupaten dan 1 kota.
Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, diantaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi obyek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.
Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.
Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Daftar gubernur
Gubernur Sulawesi Tengah | |
---|---|
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah | |
Kediaman | Gubernuran Siranindi |
Masa jabatan | 5 tahun; dapat diperpanjang sekali |
Pejabat perdana | Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuning |
Dibentuk | 13 April 1964 |
Wakil | Wakil Gubernur Sulawesi Tengah |
Situs web | Situs web resmi |
Gubernur Sulawesi Tengah adalah posisi tertinggi dalam pemerintahan provinsi Sulawesi Tengah. Dalam menjalankan roda pemerintahan daerah, Gubernur didampingi oleh Wakil Gubernur. Jabatan Gubernur Sulawesi Tengah saat ini dijabat oleh Rusdy Mastura, yang Pemilihan umum Gubernur Sulawesi Tengah 2020 bersama dengan pasangannya, Ma'mun Amir.
Daftar
Provinsi Sulawesi Tengah adalah pecahan dari provinsi induknya yaitu Sulawesi Utara-Tengah pasca berakhirnya pemberontakan Permesta. Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuning adalah Gubernur Sulawesi Tengah yang pertama. Ia resmi menjabat Gubernur Sulawesi Tengah sejak tanggal 13 April 1964 setelah serah terima dari Gubernur Sulawesi Utara-Tengah, F.J Tumbelaka.
Menjabat selama 4 tahun Pada tanggal 22 Januari 1968 ia digantikan oleh Mohammad Yasin berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia, Soeharto. Pada saat itu Gubernur dan Wakil Gubernur di tunjuk langsung oleh Presiden. <onlyinclude> Berikut adalah daftar Gubernur Sulawesi Tengah secara definitif sejak tahun 1964.
Gubernur Sulawesi Tengah | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Anwar Gelar Datuk Madjo Basa Nan Kuning (1909–1993) |
Independen | 13 April 1964 | 13 April 1968 | 4 tahun, 0 hari | I (1964) |
Lowong | |||
2 | Moehammad Jasin (1920–2012) |
ABRI–Angkatan Darat | 13 April 1968 | April 1973 | 4–5 tahun | II (1968) |
||||
3 | Albertus Maruli Tambunan (1925–2019) |
ABRI–Angkatan Darat | April 1973 | 28 September 1978 | 4–5 tahun | III (1964) |
||||
4 | Moenafri (1925–?) |
ABRI–Angkatan Darat | 28 September 1978 | 22 Oktober 1979 | 1 tahun, 24 hari | IV (1978) |
||||
5 | Eddy Djadjang Djajaatmadja (l.1928/29) |
ABRI–Angkatan Darat | 22 Oktober 1979 | 22 Oktober 1980 | 1 tahun, 0 hari | V (1979) |
||||
6 | Ghalib Lasahido (1926–1997) |
Independen | 19 Desember 1981 | Februari 1986 | 4–5 tahun | VI (1981) |
||||
7 | Abdul Azis Lamadjido (1932–2011) |
Independen | Februari 1986 | Februari 1991 | 4–5 tahun | VII (1986) |
Muhammad Sulaiman | |||
Februari 1991 | Februari 1996 | 4–5 tahun | VIII (1991) |
|||||||
8 | Bandjela Paliudju (lahir 1945) |
ABRI–Angkatan Darat | 16 Februari 1996 | 20 Februari 2001 | 5 tahun, 4 hari | IX (1996) |
Kiesman Abdullah | |||
Haryono | ||||||||||
9 | Aminuddin Ponulele (1939–2021) |
Golkar | 20 Februari 2001 | 20 Februari 2006 | 5 tahun, 0 hari | X (2001) |
Rully Azis Lamadjido | |||
10 | Bandjela Paliudju (lahir 1945) |
Golkar | 24 Maret 2006 | 24 Maret 2011 | 5 tahun, 0 hari | XI (1964) |
Achmad Yahya | [3] | ||
11 | Longki Djanggola (lahir 1952) |
Gerindra | 16 Juni 2011 | 16 Juni 2016 | 5 tahun, 0 hari | XII (1964) |
Sudarto 2011–2016 |
|||
16 Juni 2016 | 16 Juni 2021 | 5 tahun, 0 hari | XIII (2015) |
|||||||
Rusli Baco Dg. Palabbi 2019–2021 |
||||||||||
12 | Rusdy Mastura (lahir 1950) |
NasDem (2018–2023) |
16 Juni 2021 | Petahana | 3 tahun, 147 hari | XIV (2020) |
Ma'mun Amir | [4] | ||
Gerindra (sejak 2023) |
Pengganti sementara
Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil gubernur, termasuk ketika posisi gubernur berada dalam masa transisi. Berikut merupakan daftar pengganti sementara untuk jabatan Gubernur Sulawesi Tengah.
Pejabat | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Gubernur definitif | Ref. | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Eddy Sabara (Penjabat) |
ABRI–Angkatan Darat | November 1980 | Februari 1981 | 0–1 tahun | — | Transisi | |||
Gumyadi (Penjabat) |
Nonpartisipan | 20 Februari 2006 | 24 Maret 2006 | 32 hari | |||||
Rais Lamangkona (Pelaksana Harian) |
Nonpartisipan | 24 Maret 2011 | 31 Maret 2011 | 7 hari | [5] | ||||
Tanribali Lamo (Penjabat) |
Nonpartisipan | 31 Maret 2011 | 16 Juni 2011 | 77 hari | |||||
Novalina (Pejabat Sementara) |
Nonpartisipan | 24 September 2024 | 23 November 2024 | 60 hari | XIV (2020) |
Rusdy Mastura | [6] |
Garis Waktu
Lihat pula
Referensi
- ^ "Profil Kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah"
- ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-12.
- ^ "Sambutan Menteri Dalam Negeri pada acara pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah periode 2006-2011". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Pusat Penelitian Departemen Dalam Negeri. 27 Maret 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-05. Diakses tanggal 26 Desember 2015.
- ^ "Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Dilantik". www.tagar.id. 16 Juni 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-18. Diakses tanggal 21 Juni 2021.
- ^ Darlis (25 Maret 2011). "Pemerintah Didesak Tunjuk Caretaker Gubernur Sulteng". Tempo.co. Diakses tanggal 2 Juni 2021.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Amoreka, Jolinda (24-09-2024). Regina Goldie, ed. "Novalina Resmi Dilantik Sebagai Pjs Gubernur Sulawesi Tengah". palu.tribunnews.com. Diakses tanggal 25-09-2024.
Perwakilan di Jakarta
Anggota DPR dari Provinsi Sulawesi Tengah
- H Yusuf Rizal Tjokroaminoto (Partai Persatuan Pembangunan)
- Ir H Rendy Lamadjido (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
- Retna Rosmanita Situmorang MBA (Partai Damai Sejahtera)
- M. Sofhian Mile, SH., MH. (Partai Golongan Karya)
- Muhidin M Said SE MBA (Partai Golongan Karya)
- Nurhadi M Musawir SH MM MBA (Partai Amanat Nasional)
Anggota DPD dari Provinsi Sulawesi Tengah
- Nurmawati Dewi Bantilan, SE
- Drs. Roger Tobigo
- M. Ichsan Loulembah
- Drs. H. Faisal Mahmud
Demografi
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:
- Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu
- Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala
- Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
- Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso
- Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
- Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
- Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Touna
- Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
- Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
- Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
- Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
Disamping 12 kelompok etnis, ada beberapa suku terasing hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.
Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga banyak mendiami wilayah Sulawesi Tengah adalah Bugis, Makasar dan Toraja serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam, lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah.
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur dan tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Budaya
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.
Karena banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.
Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba-semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
Kesenian
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrume seperti suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat - waino - musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II.
Agama
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36% penduduk memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu dan Budha. Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan diteruskan oleh Said ldrus Salim Aldjufri - seorang guru pada sekolah Alkhairaat.
Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh missioner Belanda A.C Cruyt dan Adrian.
lklim
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22' Celsius.
Flora dan Fauna
Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, dimana Flora dan Faunanya berbeda jauh dengan Flora dan Fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan Flora dan Fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau timor. Garis maya yg membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan Flora dan Faunanya disebut Wallacea, karena teori ini di kemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin. Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang berkantung, serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Senjata Tradisional
Parang (Guma)
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Tengah/Demografi.htm Profil Demografi Sulawesi Tengah
- (Indonesia) Tengah/Ekonomi.htm Profil Ekonomi Sulawesi Tengah
- (Indonesia) Tengah/Wisata.htm Profil Wisata Sulawesi Tengah
- (Indonesia) Tengah/ Ekonomi Regional Sulawesi Tengah
- (Indonesia) Tengah/ Statistik Regional Sulawesi Tengah
- Biro Informasi dan Komunikasi Provinsi Sulawesi Tengah