Bahasa Sunda Cirebon
Bahasa Sunda Cirebon (BSC) adalah varietas bahasa Sunda yang dituturkan di wilayah bekas Keresidenan Cirebon.[2] Varietas bahasa yang dimaksud adalah sekumpulan dialek atau klaster dialek yang menyebar di wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, sebagian Kabupaten Cirebon, sebagian kecil Kota Cirebon, dan sebagian kecil Kabupaten Indramayu.[3][1] Bahasa Sunda Cirebon diperkirakan mempunyai penutur sekitar 60% dari seluruh penduduk yang menempati wilayah eks-Keresidenan Cirebon.[1] Bila merujuk pada data statistik pada tahun 2020, akumulasi dari jumlah penduduk di wilayah eks-Keresidenan Cirebon adalah 6.567.393, dengan demikian jumlah penutur bahasa Sunda Cirebon sekitar 3.940.436 jiwa.
Bahasa Sunda Cirebon
ᮘᮞ ᮝᮨᮝᮨᮀᮊᮧᮔ᮪ ᮎᮤᮛᮨᮘᮧᮔ᮪ Basa Wewengkon Cirebon Dialek Timur Laut | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Pengucapan | basa sʊnda t͡ʃirəbɔn | ||||||||
Dituturkan di | Indonesia | ||||||||
Wilayah | eks-Keresidenan Cirebon: | ||||||||
Penutur | 3.940.436 (2020)[1] | ||||||||
| |||||||||
Alfabet bahasa Sunda, Aksara Sunda Baku | |||||||||
Kode bahasa | |||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||
LINGUIST List | sun-cir | ||||||||
Glottolog | cire1239 | ||||||||
Linguasfer | 31-MFN-ah | ||||||||
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
| |||||||||
Portal Bahasa | |||||||||
Bahasa Sunda Cirebon hingga kini masih hidup dan digunakan sebagai alat komunikasi lisan dalam kegiatan sehari-hari dan kehidupan sosial budaya sejak masa lampau.[4] Jarak yang cukup jauh antara wilayah penutur bahasa Sunda Cirebon dengan bahasa Sunda Priangan (bahasa Sunda baku) menyebabkan adanya kekhasan dalam bahasa Sunda Cirebon yang berbeda dengan bahasa Sunda baku, perbedaan tersebut terdapat dalam hal struktur bahasa, kosakata, maupun intonasi sehingga memunculkan adanya pola-pola tertentu dalam frasa, klausa, dan susunan kalimat.[5] Karena bahasa Sunda Cirebon memiliki wilayah penuturan yang cukup luas, fungsi dan kedudukannya memiliki makna yang penting.[2] Dari kenyataan yang ditempukan di lapangan, bahasa Sunda Cirebon digunakan sebagai penghubung antara anggota masyarakat dengan anggota aparatur pemerintahan, ataupun antaranggota masyarakat itu sendiri.[6]
Fonologi
Sistem bunyi bahasa Sunda Cirebon tidak berbeda dengan bahasa Sunda baku, sehingga jumlah fonem vokal maupun konsonan pada dua dialek tersebut sama-sama berjumlah 25 dengan fonem konsonan sebanyak 18 dan fonem vokal sebanyak 7.[7] Hal ini dijabarkan sebagai berikut.
Vokal
Vokal dalam bahasa Sunda Cirebon yang berjumlah 7 dapat diamati pada tabel di bawah ini.
Depan | Madya | Belakang | |
---|---|---|---|
Tertutup | i | ɨ | u |
Tengah | ɛ | ə | ɔ |
Terbuka | a |
Fonem vokal
Untuk contoh-contoh tentang posisi fonem vokal, baik itu di awal, tengah, maupun akhir dapat dilihat pada tabel berikut.[8][9]
Fonem | Posisi | ||
---|---|---|---|
Awal | Tengah | Akhir | |
1 | 2 | 3 | 4 |
/i/ | /iang/ 'pergi' | /siring/ 'sisi' | /gili/ 'jalan' |
/é/ | /étém/ 'ketam' | /ngéés/ 'tidur' | /céwené/ 'gadis' |
/e/ | /endog/ 'telur' | /derep/ 'kuli penuai padi' | |
/u/ | /uduh/ 'empuk' | /buyut/ 'ayah kakek' | /kuru/ 'kurus' |
/eu/ | /euweuh/ 'tak ada' | /peujeuh/ 'hati-hati' | /henteu/ 'tidak' |
/o/ | /omong/ 'bicara' | /kolot/ 'tua' | /jero/ 'dalam' |
/a/ | /aya/ 'ada' | /nyaah/ 'sayang' | /rega/ 'harga' |
Konsonan
Konsonan pada bahasa Sunda Cirebon yang berjumlah 18 dijabarkan pada tabel di bawah ini.
Dwi-bibir | Gigi | Langit-langit keras |
Langit-langit lunak |
Celah suara | ||
---|---|---|---|---|---|---|
Sengau | m | n | ɲ | ŋ | ||
Letup/Gesek | nirsuara | p | t | tʃ | k | ʔ |
bersuara | b | d | dʒ | g | h | |
Desis/Geser | s | |||||
Kepak/Hampiran | r l | |||||
Semivokal | w | j |
Fonem konsonan
Pada tabel di bawah ini, dipaparkan posisi fonem-fonem konsonan di awal, tengah, dan akhir.[10]
Fonem | Posisi | ||
---|---|---|---|
Awal | Tengah | Akhir | |
1 | 2 | 3 | 4 |
/p/ | /paré/ 'padi' | /sepit/ 'sunat' | /keuyeup/ 'ketam' |
/b/ | /bebera/ 'sawah baru' | /tabo/ 'sabut' | /calub/ 'subur' |
/m/ | /mawar/ 'mawar' | /kami/ 'saya' | /celem/ 'sayur' |
/t/ | /téoh/ 'bawah' | /catu/ 'catu padi' | /mangkat/ 'berangkat' |
/d/ | /dulur/ 'saudara' | /mudu/ 'harus' | /kosod/ 'kosod' |
/n/ | /napé/ 'membuat tapai' | /nonun/ 'menenun' | /naeun/ 'apa' |
/c/ | /caor/ 'alat tenun' | /boncél/ 'jenis ikan' | |
/j/ | /jambrong/ 'udang besar' | /ujungan/ 'ujungan' | |
/ny/ | /nyanéh/ 'kamu' | /kanyéré/ 'pohon kanyere' | |
/k/ | /kukumbung/ 'penghalang' | /raksa/ 'jaga' | /wuduk/ 'nasi uduk' |
/g/ | /gagé/ 'cepat' | /rega/ 'harga' | /badog/ 'rampok |
/ng/ | /ngora/ 'muda' | /mungkal/ 'batu' | /kasang/ 'kain penutup' |
/s/ | /sepit/ 'sunat' | /rusia/ 'bertengkar' | /rérés/ 'selesai' |
/h/ | /heubeul/ 'lama' | /burahol/ 'nakal' | /rérés/ 'selesai' |
/l/ | /lading/ 'pisau' | /gili/ 'jalan' | /katil/ 'keranda' |
/r/ | /rérés/ 'selesai' | /wirayat/ 'riwayat' | /siar/ 'cari' |
/w/ | /wédang/ 'makanan' | /kuwu/ 'kepala desa' | /cewaw/ 'mulut terbuka' |
/y/ | /yakin/ 'yakin' | /wayah/ 'waktu' | /jurey/ 'banyak ikannya' |
Morfologi
Dalam bidang morfologi, ditemukan banyak persamaan antara bahasa Sunda Cirebon dengan bahasa Sunda baku, meskipun juga ditemukan beberapa perbedaan yang cukup mencolok.[11] Bentukan linguistik yang dapat diamati di antaranya berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat.[12] Hal-hal ini dijelaskan pada bagian di bawah ini.
Morfem
Ada morfem bebas dan morfem terikat, morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan digunakan dalam tuturan bahasa sehari-hari. Contoh morfem bebas yaitu, kuring 'saya', indit 'pergi', dan gawé 'kerja'. Sementara itu, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat digunakan dalam tuturan ketika sudah mengalami proses morfologi. Morfem terikat terdiri dari morfem terikat secara morfologis dan morfem terikat secara sintaksis.[13]
Morfem terikat secara morfologis (MIM) merupakan morfem yang akan memiliki arti jika sudah terikat dengan morfem bebas, misalnya di- yang terikat dengan gawé menjadi digawé 'bekerja', dipi- dalam dipigawé 'dikerjakan', -keun dalam gawékeun 'kerjakan', serta pi-/-eun dalam pigawéeun 'sesuatu yang akan dikerjakan'. Lazimnya, MIM ini dalam bahasa Sunda berupa afiks (imbuhan). Morfem terikat secara sintaksis (MIS) adalah morfem yang berpadu dengan morfem lain dalam sebuah kalimat yang terbentuk. Misalnya: di dalam untaian kalimat Di Bandung jeung Jakarta usum rambutan 'Di Bandung dan Jakarta musim rambutan', téh 'itu', keur 'untuk' dalam untaian kalimat Duit téh keur anak jeung pamajikan 'Uang itu untuk anak dan istri'.[14]
Kata
Terdapat empat macam kata, yaitu: kata tunggal atau sederhana, kata kompleks, kata ulang, dan kata majemuk. Kata tunggal adalah kata yang berupa morfem bebas, contohnya, jelema 'orang', bageur 'baik', dan leumpang 'berjalan'. Kata kompleks adalah kata yang berisi satu atau lebih bentuk-bentuk terikat, contohnya: pagawé 'pegawai', sinatria 'bersifat satria', pakéeun 'yang bakal dipakai', ngabaékeun 'mengabaikan', dan lak-lakdasar 'dicaci maki'. Kata ulang adalah kata yang dibentuk dengan reduplikasi, contohnya: dari kata dasar sépak 'sepak' dapat diproduksi turunan-turunannya seperti, sésépak 'menyepak-nyepak', sépak-sépak 'sepak-sepak', dan supak-sépak 'sepak-sepak'.[14]
Kata majemuk adalah sebuah kata dapat terdiri dari morfem awal yang ditambah dengan morfem asal (baik itu ditambahkan dengan imbuhan ataupun tidak). Ada enam macam kata majemuk, seperti yang dijabarkan di bawah ini.[15]
- Kata majemuk yang dibentuk dari kata tunggal + kata tunggal, contohnya, panon poé 'matahari', dan panjang leungeun 'panjang tangan'.[14]
- Kata majemuk yang dibentuk dari kata tunggal + kata kompleks, maupun sebaliknya, contohnya, asak kapoé 'matang terpaksa', paméran batik 'pameran batik'.[14]
- Kata majemuk yang dibentuk dari kata tunggal + kata majemuk, maupun sebaliknya, contohnya, konci beusi 'kunci lemari besi', kuda rénggong Sumedang 'kuda renggong Sumedang'.[14]
- Kata majemuk yang dibentuk dari kata kompleks + kata majemuk, maupun sebaliknya, contohnya, padukuhan urang désa 'pemukiman orang desa', lembur singkur paniisan 'kampung terpencil peristirahatan'.[14]
- Kata majemuk yang dibentuk dari kata kompleks + kata kompleks, contohnya, paméran pertanian 'pameran pertanian', pimitohaeun dulur téré 'calon mertua saudara tiri'.[15]
- Kata majemuk yang dibentuk dari kata majemuk + kata majemuk, contohnya, kulub endog hayam kampung 'telur rebus ayam kampung', sangu goréng béas Cianjur 'sangu goreng beras Cianjur'.[16]
Proses morfologis
Dalam bahasa Sunda, termasuk dalam hal ini bahasa Sunda Cirebon, terdapat empat macam proses morfologis, yaitu afiksasi, pengulangan, pemajemukan, dan nasalisasi.[16]
Afiksasi
Afiksasi ialah pembentukan kata dengan pengimbuhan, yang berarti penambahan afiks pada kata dasar, jika afiks ditambahkan pada awal kata, maka afiks tersebut disebut sebagai prefiks dan prosesnya dinamakan prefiksasi, jika pada tengah kata, maka afiks menjadi infiks yang dan prosesnya disebut infiksasi, dan jika pada akhir kata, maka afiks menjadi sufiks dan prosesnya disebut sufiksasi.[17]
Prefiksasi
Di bawah ini adalah tabel yang memperinci jenis-jenis prefiks beserta prefiksasinya.[18]
Prefiks | Prefiksasi | Prefiks | PrefiksasiPrefiksasi |
---|---|---|---|
pa- | paijek 'terinjak'
pagawé 'pegawai' |
ma- | magawé 'bekerja' |
pak- | pakséngok 'bersengok' | mang- | mangtaun-taun 'bertahun-tahun' |
pang- | panganggit 'pengarang' | ti- | tilantar 'terlantar' |
para- | parakuwu 'para kepala desa' | ting- | tinggarauh 'bersorak-sorai' |
pari- | paribasa 'peribahasa' | di- | dipépér 'dipotong' |
pating- | patingsaruit 'bersuit-suitan' | ka- | kahiji 'kesatu' |
pra- | prajurit 'prajurit' | nga- | ngamuhit 'memuja' |
pri- | pribumi 'pribumi' | sa- | sadongdang 'sedondang' |
per- | pertelu 'pertiga' | sang- | sanghulu 'arah kepala sewaktu terlentang' |
pi- | pisaur 'kata' | si- | sibeungeut 'cuci muka' |
bala- | balakecrakan 'makan-makan' | silih- | silihéjék 'saling ejek' |
bal(r)ang | barangsiar 'mencari' |
Keseluruhan prefiks yang dijabarkan pada tabel di atas produktif digunakan dalam bahasa Sunda Cirebon, dengan pengecualian untuk prefiks ma- dan si- yang tidak produktif.[19]
Ada prefiks yang diciptakan dengan menggabungkan prefiks-prefiks yang telah ada pada awal kata.[19]
Prefiks-prefiks | Prefiksasi |
---|---|
pi- + ka- | pikalucueun 'menyebabkan lucu' |
di- + pi- | dipiindung 'dianggap seperti ibu' |
di- + per- | dipertelu 'dipertiga' |
di- + pi- + ka+ | dipikahayang 'dikehendaki' |
sa- + ka- | sakainget 'seingatnya' |
sa- + pa-(N) | sapamendak 'setemunya' |
Sufiksasi
Di bawah ini dijabarkan contoh-contoh sufiks beserta proses sufiksasinya.[20]
Sufiks | Sufiksasi |
---|---|
-keun | nuhunkeun 'minta' |
-na | cukupna 'cukupnya' |
-an | kumpulan 'kumpulan' |
-eun | paéheun 'kematian' |
-a | ngaputa 'menjahit' |
-ing | bakating 'karena' |
-ning | kayaning 'seperti' |
-i | ngaleuleuwihi 'melebihi' |
Terdapat sufiks yang dibentuk dengan menggabungkan lebih dari satu sufiks yang telah ada untuk direkatkan di akhir kata.[21]
Sufiks-sufiks | Sufiksasi |
---|---|
-keun + -eun | bagikeuneun 'yang akan dibagikan' |
-keun + -an + -na | (di)pentaskeunana 'dipentaskannya' |
-an + -an | horénganan 'menyatakan keheranan' |
-an + -an + -an | anak-anakanana 'anak-anaknya' |
-an + -eun | kaputaneun 'yang akan dijahit' |
-an + -i | nyakséni 'menyaksikan' |
-eun + -an + -na | bacaeunana 'yang akan dibacanya' |
Semua sufiks yang telah dijabarkan di atas produktif digunakan di seluruh wilayah penuturan bahasa Sunda Cirebon, walaupun begitu, ada beberapa sufiks yang hanya digunakan di wilayah Indramayu (wilayah penuturan bahasa Sunda Parean-Lelea), seperti sufiks -é pada asalé 'asalnya', -né pada artiné 'artinya', dan -a pada ngaputa 'menjahit'. Sufiks -eun dalam bahasa Sunda Cirebon diperlakukan seperti sufiks -keun dalam bahasa Sunda Priangan, seperti pada ngarosuleun 'merasulkan'.[22]
Simulfiksasi
Simulfiksasi adalah gabungan penambahan sufiks dan prefiks, yang berarti penambahan afiks pada awal kata dan akhir kata secara bersamaan.[23]
Prefiks | Sufiks | Simulfiksasi | Prefiks | Sufiks | Simulfiksasi |
---|---|---|---|---|---|
pi- | -eun | pibenereun 'yang akan benar' | di- + si- | -an | disibeungeutan 'dicuci muka' |
pi- | -na | pisaurna 'katanya' | ka- | -an | kabuyutan 'bebuyutan' |
pi- | -an | pileuleuyan 'selamat tinggal' | ka- | -an + an + -na | kahirupanana 'kehidupannya' |
pi- + ka- | -eun | pikalucueun 'menyebabkan lucu' | nga- | -keun | ngaderepkeun 'memotong padi' |
pa- | -an | paimahan 'perumahan' | nga- | -an | ngalétakan 'menjilati' |
pa- | -na | pagawéna 'pegawainya' | nga- | -eun | ngadéngéeun 'dia mendengar' |
pang- | -na | pangpinterna 'terpintar' | sa- | -na | sakuasana 'sekuasanya' |
pang-(N) | -keun | pangnuhunkeun 'dimintakan' | sa- | -an | saturunan 'seturunan' |
pang-(N) | -an + -keun | pangnulisankeun 'menyuruh ditulisi' | sa- | -eun | sahuapeun 'hanya sesuap' |
di- | -an | diteundeunan 'disimpani' | sa- | -keun | salombangkeun 'selubangkan' |
di- | -keun | disérénkeun 'diserahkan' | sang- | -keun | sanghareupkeun 'hadapkan' |
di- + pang-(N) | -keun | dipangmacakeun 'dibacakan' | si- | -an | sibeungeutan 'dicucikan mukanya' |
di- + sa- | -keun | disabeungkeutkeun 'diseikatkan' | silih- | -an | silihtulungan 'saling tolong' |
di- + sang- | -keun | disanghareupkeun 'dihadapkan' | silih- | -keun | silihgoréngkeun 'saling ejek' |
Beberapa prefiks seperti ba- dan pa- memiliki variasi be- dan pe- yang terutama digunakan di wilayah penuturan bahasa Sunda Indramayu (Parean-Lelea).[24]
Infiksasi
Infiks adalah afiks yang diletakkan di tengah-tengah kata. Berikut ini adalah contoh-contoh infiks beserta infiksasinya.[25]
Infiks | Infiksasi |
---|---|
-in- | pinangéran 'yang dianggap pangeran' |
-um- | rumaos 'merasa' |
-ar- | rareuneuh 'pada hamil' |
-al- | laleumpang 'berjalan jamak' |
Jika sebuah kata diawali dengan fonem vokal, maka beberapa infiks di atas akan berubah menjadi prefiks, seperti contohnya araruih (kata dasar: uih 'pulang') 'pulang' (jamak), alakur (kata dasar: akur 'akur') 'akur' (jamak), umendog (kata dasar: endog 'telur') 'menyerupai telur'.[25]
Ada beberapa infiks yang dapat digabungkan secara bersama-sama, sehingga membentuk infiks baru, seperti pada contoh berikut.[25]
Gabungan infiks | Infiksasi |
---|---|
-ar- + -ar- | araruih 'pulang' (jamak) |
-al- + -al- | alaludur 'sakit' (jamak) |
-ar- + -um- | arumendog 'seperti telur, menyerupai telur' |
Infiks juga bisa direkatkan secara bersama-sama dengan prefiks dan sufiks, contohnya ada di bawah ini.[25]
digarawé | 'bekerja' (jamak) | |
lalumpatan | 'lari' (jamak) | |
digarsékeun | 'dikerjakan' (jamak) |
Kosakata
Berikut adalah kosakata dari ragam percakapan Bahasa Sunda Cirebon.[26][27]
Sunda Banten (Sunda Barat) | Sunda Priangan (Sunda Selatan) | Sunda Kuningan (dialek Timur-Laut(*) | Sunda Majalengka (dialek Kec. Sukahaji) | Sunda Parean (dialek Kec. Kandanghaur - Indramayu) | Sunda Binong (dialek Kec. Binong - Subang) | Indonesia | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Nyana | Anjeun | Nyaneh | Dewek / Sorangan | Inya / Kita | Sira / Maneh / Ko | Kamu | Pada Bahasa Sunda Parean, Kata "Kita" memiliki makna yang lebih halus dibandingkan dengan kata "Inya" |
Aing | Aing / Abdi | Aing / Kami | Uing | Aing / Kami / Kola | Urang / Kuring / Kami / Nyong / Enyong | Saya | Pada Bahasa Sunda Kuningan kata Kami memiliki makna yang lebih halus dibanding dengan "Aing" begitu juga dengan Sunda Parean, namun di Sunda Parean ada yang lebih halus lagi dari kata "Kami" yakni kata "Kola". |
(*) Sunda Kuningan atau dialek Timur-Laut termasuk ragam bahasa sunda yang digunakan di Kabupaten Cirebon wilayah Timur dan Kabupaten Brebes bagian barat dan selatan, lihat ragam Sunda dialek Timur-Laut di Brebes
Ragam percakapan
Bahasa Sunda Cirebon memiliki ragam percakapan yang tidak jauh dengan Bahasa Sunda pada umumnya, namun kedekatan wilayah secara Geografis dengan Penurut Bahasa Cirebonan membuat Bahasa Sunda Cirebon ini secara langsung menggunakan kosakata Bahasa Cirebon kedalam Kosakata Bahasa Sundanya.
Bahasa Sunda Kuningan
Bahasa Sunda Kuningan atau yang secara ilmu kebahasaan lebih dikenal dengan Bahasa Sunda dialek Timur-Laut, merupakan ragam percakapan atau dialek Bahasa Sunda yang digunakan di wilayah Kabupaten Cirebon sebelah timur, di wilayah Kabupaten Kuningan dan wilayah Kabupaten Brebes sebelah barat dan selatan, tidak seperti Pada Bahasa Sunda Parean yang tidak mengenal pepel "eu" dan menggantinya dengan pepel "e" (contoh: heunteu di Bahasa Sunda Baku "dialek Selatan" yang berarti "tidak" dalam bahasa Indonesia, pada Bahasa Sunda Parean ditulis dan dibaca "hente"). Bahasa Sunda dialek Timur Laut ini masih mempertahankan bentuk pepel "eu", sehingga tidak begitu banyak perbedaan dengan Bahasa Sunda baku atau Bahasa Sunda dialek Selatan. berikut adalah contoh ragam percakapan Bahasa Sunda dialek Timur Laut yang digunakan di wilayah Kabupaten Cirebon sebelah Timur, tepatnya di wilayah Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, tepat dengan perbatasan dengan Kabupaten Brebes dan tidak jauh dari tapal batas dengan wilayah Kuningan:
Percakapan antara Masyarakat asli "Pituin" dengan Masyarakat Pendatang.
- Si Ucok: "Heh kau barudak,, nempo sendal kami teu??"
- Barudak: "Sendal nu kumadeh bang??"
- Si Ucok: "Éta sendal nu karék meuli tadi isuk-isuk"
- Barudak: "Wah teu nyaho bang"
- Teu lila datang Pa Haji nu kakarek kaluar ti Mesjid, sarua di tanya ku si ucok...
- Si Ucok: "Pa Haji, sendal kami leungit pa haji"
- Pa Haji: "Patuker (tertukar) meureun bang"
- Si Ucok: "Bah..! Siapa pula éta pa tuker?? Wah kudu di bantai ku kami..!"
- Pa Haji: "Doh si abang, Patuker teh Pahili"
- Si Ucok: "Bah..! Duaan jeung si Pa Hili??? Wah duanana ku kami kudu di bantai..!"
- Pa Haji: "Jeh di bére nyaho teh teu ngarti-ngarti nyaneh mah, *bari ngaleos sewot*
- artinya dalam Bahasa Indonesia
- Si Ucok: "Heh kau anak-anak, lihat sendal saya tidak?"
- Barudak: "Sendal yang bagaimana Bang?"
- Si Ucok: "Itu Sendal yang baru dibeli tadi Pagi"
- Barudak: "Wah gak tahu Bang"
- Tidak lama kemudian datang Pak Haji yang baru saja keluar dari Mesjid, sama juga dia ditanya oleh si ucok...
- Si Ucok: "Pak Haji, sendal saya hilang Pak Haji!"
- Pa Haji: "Patuker (Tertukar) mungkin Bang!"
- Si Ucok: "Bah..! Siapa pula itu Pak tuker?? Wah harus diberi pelajaran sama saya..!" (Ucok tidak mengerti Patuker, dan dikira nama orang "Pak Tuker")
- Pa Haji: "Duh si abang, Patuker itu Pahili (tertukar)"
- Si Ucok: "Bah..! berduaan dengan si Pak Hili??? Wah dua-duanya oleh saya harus diberi pelajaran..!"
- Pa Haji: "Jeh dikasih tahu kamu mah tidak ngerti-ngerti, *sambil sewot*
Penjelasan
walaupun Bahasa Sunda dialek Timur-Laut ini hampir serupa dengan Bahasa Sunda Baku atau Sunda dialek Selatan, namun ada beberapa kosakata yang berbeda, yakni penggunaan kata "Kami" untuk menyebut "Saya" yang berbeda dengan Bahasa Sunda Baku yang menggunakan kata "Abdi" dan juga ada beberapa kata seperti "Kumadeh?" yang berarti "Bagaimana?" yang berbeda dengan Bahasa Sunda Baku yang menggunakan kata "Kumaha"
Perbedaan Bahasa Sunda Kuningan dengan Bahasa Sunda Baku (dialek selatan)
Pada dasarnya ragam Bahasa Sunda dialek Timur-laut ini memiliki kosakata yang hampirserupa hanya pada beberapa kata tertentu memiliki perbedaan yang menjadi ciri Bahasa Sunda dialek Timur-laut ini. diantaranya.
- Saya, pada Bahasa Sunda Baku digunakan istilah "Abdi" sementara pada Bahasa Sunda dialek Timur-Laut menggunakan kata "Kami", penggunaan kata "kami" ini serupa dengan yang dipakai pada Bahas Sunda Parean di wilayah Indramayu
- Kamu, pada Bahasa Sunda Baku digunakan istilah "Anjeuna atau Maneh" sementara pada Bahasa Sunda dialek Timur-Laut menggunakan kata "Nyaneh"
- Siapa, Bagaimana dan Kenapa? pada Bahasa Sunda Baku digunakan istilah "Saha, Kumaha dan Naha?" sementara pada Bahasa Sunda dialek Timur-Laut ini menggunakan kata "Sadeh, Kumadeh dan Nadeh?" sebagai cirinya.
Sunda Parean-Lelea (Kec. Kandanghaur dan Kec. Lelea, Indramayu)
Sampai dengan tahun 1980-an, masyarakat tua di Kecamatan Lelea, Indramayu, masih menggunakan bahasa sehari-hari yang beda dengan masyarakat Indramayu pada umumnya. Masyarakat di sana kala itu menyebutkan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda abad ke-14. Pada abad tersebut wilayah Indramayu merupakan bagian dari Kerajaan Sunda Galuh, Ketika datang Adipati Wiralodra dari Bagelen, Mataram. Dermaga Pelabuhan Muara Cimanuk direnovasi. Sang Adipati Wiralodra membawa banyak tenaga kerja dari Jawa. Mereka beranak-pinak di wilayah pantura dan membentuk bahasa campuran, yang kini dikenal sebagai Bahasa Cirebon dialek Indramayuan atau disebut Bahasa Dermayon, hanya Lelea yang bertahan dengan bahasa yang mereka sebut sebagai Bahasa Sunda. Desa Lelea kini masuk ke wilayah Kecamatan Lelea, dulu Kecamatan Kandanghaur Girang.[28] Berikut contoh ragam percakapan Bahasa Sunda Parean - Sunda Lea yang ada di Kabupaten Indramayu.
- “Punten. Cakana boga kotok bibit? Caang tah poek? Kami aya perlu. Kami ndak nanya ka anak kita, daek tah hente? Diterima tah hente? Kami mawa jago ndak nganjang. Mun diterima, ie serena. Esina aya gambir, bako, sere jeng lainna. Ngges ente lila, kami ndak goyang, panglamaran diterima mah. Sejen poe, kami ndak nentuken waktu, jeng nentuken poe kawinna.”
- artinya dalam Bahasa Indonesia
- “Katanya punya anak gadis? Sudah punya pasangan belum? Saya ada perlu. Saya hendak bertanya kepada anak saudara, diterima atau tidak? Saya membawa jago hendak melamar. Kalau diterima, ini sirihnya. Isinya ada gambir, tembakau, sirih, dan lainnya. Sudah ya, saya tidak lama-lama, saya hendak pulang, kalau lamaran diterima mah. Lain hari, saya hendak menentukan waktu dan menentukan hari perkawinan.”
Penjelasan:
Ada nuansa yang terasa asing pada penggunaan bahasa Sunda seperti di atas. Bahasa yang digunakan mayoritas penduduk di Jawa Barat itu, di Indramayu seperti terjadi distorsi dan akulturasi dengan bahasa daerah lainnya (Cirebon/Indramayu dan Melayu-Betawi). Bahasa Sunda yang khas itu sudah berabad-abad digunakan, yakni di Desa Parean Girang, Bulak, dan Ilir Kecamatan Kandanghaur, serta Desa Lelea dan pemekarannya, Tamansari Kecamatan Lelea. Masyarakat mengenalnya sebagai bahasa Sunda-Parean dan Sunda-Lea.
Kosakata asing dalam bahasa Sunda bermunculan pada kalimat di atas, seperti kami, kita, goyang. Sepintas kosakata tersebut seperti kata serapan dari bahasa Indonesia. Setelah mengetahui artinya, ternyata bukan. Kami artinya saya, dalam arti tunggal, bukan jamak. Kita berarti saudara. Goyang mengambil serapan dari bahasa Indramayu, yang artinya pulang. Penggunaan kosakata kami merupakan pengambilan undak-usuk yang dianggap halus dibandingkan aing, meski ada yang lebih halus lagi yakni "kola". Kosakata kita juga lebih halus, sebab penggunaan yang kasarnya adalah "inya".[29]
Perbedaan Bahasa Sunda Parean dengan Bahasa Sunda Baku (dialek selatan)
Dalam percakapan sehari-hari tentu saja akan lebih banyak lagi dijumpai kata-kata atau kalimat yang asing. Keasingan itu bisa jadi akan menimbulkan kesalapahaman, bahkan pengertian yang berbeda bagi orang luar.
Contoh:
- “Bini aing benang kebanjir” disangka orang luar sebagai “istri saya hanyut oleh banjir”, padahal artinya “benih padi saya hanyut kena banjir”. “Melak waluh, buahna kendi?” disangka sebagai “menanam labu, buahnya kendi?” padahal artinya, “menanam labu, buahnya mana?”
Penjelasan:
Pada Bahasa Sunda Parean "Bini" berarti Benih, sedangkan dalam Bahasa Sunda Baku "Bini" berarti Istri. begitu juga dengan kata "Kendi" yang berarti Mana?, sementara dalam bahasa Sunda Baku "Kendi" berarti "Guci / Kendi". penggunaan kata "Kendi" merupakan alkulturasi atau pengaruh budaya Cirebon-Indramayuan dari kata "Endi / Mendi / Ngendi" yang berarti "Mana?" dalam Bahasa Indonesia.
Sunda Binong (Kec. Binong, Subang)
Bahasa Sunda Binong adalah salah satu ragam percakapan bahasa Sunda yang dituturkan di wilayah kecamatan Binong, kabupaten Subang, tepatnya di desa Kediri. Bahasa ini termasuk ke dalam dialek bahasa Sunda wilayah utara.
Dialek Sunda di desa ini termasuk dialek h karena memiliki bunyi h dalam posisi initial, medial, dan final kata, misalnya, hayam ‘ayam’. mitoha ‘mertua’, dan taneuh ‘tanah’. Kepemilikan fonem h dalam segala posisi ini menunjukkan adanya kesamaan dengan bahasa Sunda baku sebagai sumber data sinkronis di lokasi yang berbeda. Dialek lainnya, seperti Bahasa Sunda Parean yang dituturkan di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu termasuk bahasa Sunda dialek non-h karena dalam perbendaharaan fonemnya tidak ada h. Di samping itu, kesamaan bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda di Desa Kediri tampak dalam fonotaktik i-u yang membangun kata, seperti tilu ‘tiga’, lisung ‘lesung’, lintuh ‘gemuk’, mintul ‘tumpul’, dan kiruh ‘kiruh’. Hal ini berbeda dengan bahasa Sunda di Kecamatan Kandanghaur yang memiliki fonotaktik o-u.[30]
Kosa kata
Bahasa Sunda Subang memiliki beberapa perbedaan kosakata dengan Bahasa Sunda Baku (Priangan), kosakata bahasa Sunda di Desa Kediri ini memuat sekitar 78% kosakata bahasa Sunda baku, sisanya merupakan kosakata bahasa Sunda setempat. Kosakata bahasa Sunda setempat ini memperlihatkan kosakata hasil inovasi internal dan inovasi eksternal.
Berikut adalah contoh kosakata khas dari ragam percakapan bahasa Sunda di kecamatan Binong, Subang:[31]
Sunda Subang | Sunda Baku | Indonesia |
---|---|---|
markis | Sorondoy | Atap tambahan |
totorok bedug | panakol dulag | Pemukul beduk |
kandang kuda | istal | Kandang kuda |
empet | semi | Jagung muda |
bandara | peuteuy Sélong | Petai Cina |
nangka sélong | sarikaya | Srikaya |
anak embé | cémé | Anak kambing |
caling | sihung | Taring |
ririakan | kotokeun | Rabun |
mamangkatan jauh | nyaba | Berpergian jauh |
nuai paré | panén | Menuai padi |
ragasi | walungan | Sungai |
kéngkéoangan | mumuncangan | Mata kaki |
susruk | Susuk | Sendok goreng |
luku | wuluku | Bajak |
cai curuk | curug | Air terjun |
salada | saladah | Seladah |
mangga | buah | Mangga |
Ramu | ramo | Jari |
mararat | malarat | Melarat |
julid | julig | Iri |
tikejebur | tigejebur | Jatuh ke dalam air |
baya | buhaya | Buaya |
Lihat pula
Referensi
- ^ a b c Abdurrachman et al. (1985), hlm. 6.
- ^ a b Abdurrachman et al. (1985), hlm. 2.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 3.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 1.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 2-3.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 1-3.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 9.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 10.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 11.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 11-12.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 48.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 12.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 12-13.
- ^ a b c d e f Abdurrachman et al. (1985), hlm. 13.
- ^ a b Abdurrachman et al. (1985), hlm. 13-14.
- ^ a b Abdurrachman et al. (1985), hlm. 14.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 15.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 15-16.
- ^ a b Abdurrachman et al. (1985), hlm. 16.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 16-17.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 17.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 17-18.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 18-19.
- ^ Abdurrachman et al. (1985), hlm. 19.
- ^ a b c d Abdurrachman et al. (1985), hlm. 20.
- ^ Puji Lestari, Miranti. 2009. Penelitian: Geofrafi Dailek Bahasa Daerah Di Kecamatan Binong Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat (Tinjauan Fonologis Sinkronis). Bandung: Universtias Pendidikan Indonesia
- ^ Nurfaidah, Dedeh. 2008. Penelitian: "Basa Sunda Dialék Majalengka Di Kacamatan Sukahaji". Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Permana, Merdeka. 2010. "Sunda Lelea Yang Terkatung-Katung". Bandung. Pikiran Rakyat.
- ^ Kasim, Supali. 2009. "Fenomena Bahasa Sunda Di Indramayu". Indramayu[rujukan rusak]
- ^ Wahya, 1995
- ^ Meilinawati, Wahya, Lina (2011). Bahasa Sunda Di Desa Kediri, Kecamatan Binong, Kabupaten Subang, Jawa Barat: Kajian Geolinguistik.
Daftar pustaka
- Abdurrachman; Umsari, O.S.; Zarkasih, R. (1985). Struktur Bahasa Sunda Dialek Cirebon. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. OCLC 14148023.
Pranala luar
- Pedoman Ejaan Bahasa Sunda Yang Disempurnakan
- Kamus Sunda-Indonesia Repositori Kemdikbud
- Kamus Bahasa Sunda-Inggris oleh F.S. Eringa
- Konverter Aksara Latin-Aksara Sunda di kairaga.com
- Tabel Karakter Unicode Aksara Sunda di unicode-table.com