Kebaikan menurut Islam
Kebaikan menurut Islam bersumber dari fitrah yang diberikan oleh Allah kepada setiap jiwa yang diberi kehidupan oleh-Nya. Sumber ajaran mengenai kebaikan menurut Islam berasal dari Al-Qur'an sebagai wahyu dari Allah. Perbuatan baik kemudian dicontohkan dan disempurnakan oleh Muhammad sebagai nabi dalam Islam. Setiap kebaikan yang dikerjakan oleh manusia menurut Islam akan diberi balasan kebaikan oleh Allah.
Penjagaan atas kebaikan menurut Islam tercapai melalui amar makruf nahi mungkar dan memiliki rasa malu. Sementara itu, pengrusakan atas kebaikan menurut Islam terjadi akibat penggunaan pengetahuan yang melawan fitrah sebagai tolok ukur dalam perbuatan serta seringnya melakukan kejahatan.
Sumber
Al-Qur'an yang merupakan sumber ajaran Islam memiliki konsep mengenai fitrah di dalam diri manusia.[1] Surah Ar-Rum ayat 30 menyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Adanya fitrah menjadikan manusia cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Keberadaan fitrah pada diri manusia merupakan hasil dari persaksian manusia sebelum dilahirkan ke permukaan Bumi. Fitrah menjadikan manusia memiliki kecenderungan menjadi makhluk yang religius dan membutuhkan keberadaan agama.[2] Persaksian ini dinyatakan kejadiannya oleh Allah dalam Surah Al-A'raf ayat 172. Kondisi manusia ketika persaksian berlangsung ialah dalam bentuk jiwa.[3]
Penyampaian
Manusia menerima ajakan kepada kebaikan melalui pengutusan rasul oleh Allah. Ajakan ini merupakan bentuk dari kasih sayang dan rahmat dari Allah. Tujuannya untuk memperoleh keselamatan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.[4] Muhammad sebagai nabi dalam Islam menyatakan bahwa dirinya diutus sebagai penyempurna akhlak. Kebaikan dalam akhlak disampaikan melalui wahyu yang kemudian dicontohkan oleh Muhammad.[5] Sebuah hadis dari Aisyah yang menyiratkan bahwa Muhammad merupakan perwakilan dari nilai-nilai Al-Qur'an.[6]
Kepatuhan
Ketaatan dan kepatuhan atas perintah melaksanakan kebaikan berlaku bagi muslim terhadap para pemimpin.[7]
Manfaat
Balasan kebaikan dari Allah
Perintah berbuat kebaikan merupakan salah satu ajaran yang disampaikan di dalam Al-Qur'an. Ajaran ini berkaitan dengan pembedaan perilaku muslim dari segi akhlak.[8] Allah membalas kebaikan yang dikerjakan oleh manusia dengan memberikan kebaikan lain di sisi Allah. Balasan ini diberikan pada akhlak mulia yang disertai dengan iman kepada Allah. Manfaat dari kebaikan pada diri seorang muslim ialah menghilangkan kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Kondisi ini tercapai melalui muqarabah yang dilakukan dengan berbuat amal saleh dan ibadah.[9]
Pendidikan
Surah Ali Imran ayat 159 menjelaskan bahwa kebaikan dan kelembutan merupakan bagian dari metode pendidikan dalam islam.[10]
Penjagaan
Prinsip amar makruf nahi mungkar dalam syariat Islam salah satunya berperan dalam pendekatan diri manusia kepada kebaikan. Pendekatan ini bertujuan untuk menmperoleh ridha dari Allah.[11]
Dalam Shahihain disebutkan sebuah hadis yang menyatakan bahwa rasa malu merupakan semua kebaikan. Keberadaan kebaikan di hati bersumber dari rasa malu. Kebaikan pada diri seseorang akan menghilang bersamaan dengan ketiadaan rasa malu pada diri sendiri.[12]
Pengrusakan
Surah Asy-Syams ayat 7-10 mennyatakan bahwa jiwa yang membawa fitrah dapat dipelihara dan dapat pula dirusak. Jiwa manusia yang memiliki fitrah dapat pula dihilangkan dari pencemaran akibat dosa atau tidak ditampakkan kebaikannya karena disembunyikan.[13] Perlawanan terhadap fitrah yang mengarahkan kepada kebaikan akan terjadi ketika manusia melakukan perbuatan buruk dengan dasar pengetahuan yang dimilikinya.[14]
Surah Al-Hajj ayat 53 menyatakan bahwa kejahatan merupakan penyakit yang membuat kebaikan di dalam hati tergantikan. Perbuatan jahat berakhir dengan mengubah orang yang memiliki kebaikan menjadi orang yang jahat.[15] Kebaikan yang diyakini oleh seorang muslim berasal dari jimat maka dianggap sebagai perbuatan syirik kecil. Kondisi kesyirikan pemakai jimat dinyatakan dalam hadis periwayatan Imam Ahmad. Kesyirikan ini terjadi karena pemakai jimat bergantung kepada selain Allah.[16]
Referensi
Catatan kaki
- ^ Junus 2013, hlm. 46.
- ^ Bakhtiar 2018, hlm. 4.
- ^ Bakhtiar 2018, hlm. 5.
- ^ Bakhtiar 2018, hlm. 89.
- ^ Bakhtiar 2018, hlm. 128.
- ^ Bakhtiar 2018, hlm. 129.
- ^ Muslim, Abu (2012). 1001 Hal yang Paling Sering Ditanyakan tentang Islam. Jakarta: Penerbit Kalil. hlm. 165. ISBN 978-979-22-8699-1.
- ^ Uksan, Arifuddin (2022). Sukendro, Achmed, ed. Pendidikan Karakter Islami: Bangun Peradaban Umat (PDF). Sukabumi: CV Jejak. hlm. 59. ISBN 978-623-498-003-5.
- ^ Bakhtiar 2018, hlm. 81.
- ^ Mufidah, D., dkk. Ulumudin, Arisul, ed. Integrasi Nilai-nilai Islami dan Penguatan Pendidikan Karakter (PDF). Semarang: UPT Penerbitan Universitas PGRI Semarang Press. hlm. 29. ISBN 978-623-8087-07-5.
- ^ Bakhtiar 2018, hlm. 106.
- ^ Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim (2015). Terapi Syar'i Mengobati Penyakit Hati. Diterjemahkan oleh Karimi, Izzudin. Jakarta: Darul Haq. hlm. 53. ISBN 978-602-6845-05-4.
- ^ Junus 2013, hlm. 54.
- ^ Junus 2013, hlm. 48.
- ^ Junus 2013, hlm. 60.
- ^ Bakhtiar 2018, hlm. 75.
Daftar pustaka
- Bakhtiar, Nurhasanah (2018). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PDF). Sleman: Aswaja Pressindo. ISBN 978-602-18663-1-3.
- Junus, Ismet (2013). Manusia Menurut Hidayah Al-Quran (PDF). Medan: Medan Area University Press dan Pusat Islam Universitas Medan Area. ISBN 978-602-17953-2-3.