Angpau

Amplop merah berisi uang

Angpau (Hanzi sederhana: 红包; Hanzi tradisional: 紅包; Pinyin: hóngbāo; Pe̍h-ōe-jī: âng-pau) adalah uang yang diberikan sebagai hadiah kepada seseorang yang dibungkus dalam amplop berwarna merah. Menurut tradisi Tionghoa, angpau umum diberikan kepada orang-orang tertentu dalam hari raya tradisional atau perayaan khusus tertentu, misalnya kepada anak-anak, para lajang, dan orang tua (dari anaknya) pada perayaan Tahun Baru Imlek atau kepada kedua mempelai yang sedang melangsungkan upacara pernikahan.[1]

Angpau

Angpau
Nama Tionghoa
Hanzi tradisional: 紅包
Hanzi sederhana: 红包
nama alternatif
Hanzi: 利是 atau 利事
Nama Vietnam
Vietnam: lì xì

Praktik pemberian angpau berakar dari tradisi Tionghoa dan menjadi salah satu tradisi yang tetap dipraktikkan secara masif oleh orang-orang Tionghoa, baik di dalam maupun di luar Tiongkok. Mulai pada pertengahan tahun 2010-an, praktik pemberian angpau secara digital pada Tahun Baru Imlek muncul di Tiongkok pada layanan aplikasi pesan, khususnya WeChat, dengan sistem dompet elektronik.

Dalam bahasa Kanton, angpau juga disebut sebagai laisi (Hanzi: 利市/利是; Pinyin: lìshì; Jyutping: lai6 si6/lei6 si6/lei6 si5).

Etimologi

sunting

Istilah angpau dalam kamus berbahasa Mandarin didefinisikan sebagai "uang yang dibungkus dalam kemasan merah sebagai hadiah; bonus bayaran; uang bonus yang diberikan kepada pembeli oleh penjual karena telah membeli produknya; sogokan". Hong memiliki arti marga Hong; merah, populer, revolusioner, bonus". Bao memiliki arti "menutupi, membungkus, memegang, memasukkan, mengurusi, kontrak, kemasan, pembungkus, kontainer, tas, menerima, bungkusan".[2]

Kegunaan dan kebiasaan

sunting
 
Angpau yang dihiasi gambar Cai Shen

Angpau umumnya muncul pada saat ada pertemuan masyarakat atau keluarga seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru, hari raya seperti tahun baru Imlek, memberi bonus kepada pemain barongsai, beramal kepada guru religius atau tempat ibadah, dan sebagainya. Pada pesta pernikahan, pasangan yang menikah biasanya diberi angpau oleh anggota keluarga yang lebih tua dan para undangan. Masyarakat yang masih teguh memegang budaya tradisional juga menggunakan angpau untuk membayar guru dan dokter.

Angpau melambangkan kegembiraan dan semangat yang akan membawa nasib baik. Warna merah angpau melambangkan ungkapan semoga beruntung dan mengusir energi negatif. Oleh sebab itu, angpau tidak diberikan sebagai ungkapan berbelasungkawa karena akan dianggap si pemberi bersukacita atas musibah yang terjadi di keluarga tersebut.

Pemberi dan penerima

sunting
 
Berbagai angpau dengan desain lucu untuk anak-anak

Para pemberi angpau biasanya adalah pasangan yang sudah menikah, sementara penerimanya adalah orang yang belum menikah atau anak kecil.

Beberapa orang memiliki kebiasaan untuk memberi uang dalam bentuk koin atau berupa lembaran dalam jumlah banyak supaya penerima tidak bisa memperkirakan jumlah uang yang ia terima. Masyarakat biasanya juga melarang anak-anak untuk membuka angpau pada saat masih berkumpul bersama-sama supaya tidak terjadi kecanggungan di antara para pemberi angpau (misalnya karena jumlah uang yang diberikan berbeda).

Jumlah uang

sunting

Jumlah uang yang ada dalam sebuah amplop angpau bervariasi. Untuk perhelatan yang bersifat suka cita biasanya besarnya dalam angka genap, angka ganjil untuk kematian. Menurut kepercayaan masyarakat China, angka ganjil dihubungkan dengan pemakaman, dan angka "empat" (Hanzi=四, pinyin=sì) homofon dengan kata "mati" (Hanzi=死; pinyin= sǐ). Namun, pada wilayah tertentu di China, masyarakat biasanya memberikan nominal ganjil kepada pasangan yang menikah sebagai lambang angka ganjil tidak dapat dibagi lagi.

Dalam pernikahan, pemberi angpau memperkirakan nominal yang ia berikan apakah dapat menutupi biaya yang dikeluarkan oleh pasangan menikah untuk menjamunya. Selain itu, nominal yang digunakan terkadang juga menunjukkan ungkapan selamat si pemberi kepada pasangan menikah, misalnya $288 (2 melambangkan pasangan dan 88 melambangkan shuangxi atau kebahagiaan berganda) dan $388 (3 melambangkan pasangan segera dianugerahi keturunan [2 orang tua + 1 anak]). Karena angka 8 melambangkan kekayaan, biasanya orang berusaha memberi uang dalam angpau dengan nominal 8.

Sejarah

sunting

Pada masa Dinasti Qin di China, orang-orang tua biasa mengikat uang koin dengan benang merah. Uang itu disebut yāsuì qián (壓祟錢) yang berarti "uang pengusir roh jahat", dipercaya dapat melindungi orang-orang tua dari penyakit dan kematian. Yāsuì qián kemudian digantikan amplop merah semenjak bangsa China menemukan metode printing. Uang tersebut selanjutnya disebut yāsuì qián (壓歲錢), aksara sui yang digunakan bukan berarti "roh jahat" melainkan "usia tua".

Kebiasaan di berbagai negara

sunting

Vietnam

sunting

Masyarakat Vietnam menyebut angpau sebagai lì xì (mirip dengan dialek Kantonis) atau dalam beberapa kasus sebagai phong bao mừng tuổi (amplop tahun baru).

Negara-negara Asia Tenggara

sunting

Masyarakat Thailand menyebut ang pow (menyerupai dialek Teochew) atau tae ea oleh warga China-Thailand. Myanmar (Burma) menyebutnya an-pao (bahasa Burma: ') dan di Kamboja sebagai ang pao.

Filipina

sunting

Warga China di Filipina saling menukar ang pao pada saat perayaan tahun baru Imlek. Bagi masyarakat Filipina yang bukan China, ang paw (atau ampaw) secara umum dianggap melambangkan tahun baru Imlek. Beberapa penduduk pribumi telah mengadopsi kebudayaan tersebut untuk ulang tahun, terutama memberi aguinaldo pada saat perayaan Natal.

Korea Selatan

sunting

Masyarakat Korea Selatan menggunakan amplop putih yang disebut "sae bae don".

Jepang

sunting

Di Jepang, pemberian uang yang disebut otoshidama diberikan kepada anak-anak oleh seluruh kerabatnya pada saat perayaan tahun baru Jepang. Namun, amplop yang digunakan berwarna putih dan ditulisi nama orang yang menerima. Praktik yang mirip, Shūgi-bukuro, digunakan dalam pesta pernikahan, tetapi amplopnya dilipat bukan dilem serta dihiasi oleh pita.

Malaysia

sunting

Angpau di Malaysia disebut berdasarkan bahasa Kantonis, yaitu àng pao. Tradisi ini kurang populer di wilayah Semenanjung Malaysia, tetapi sangat populer di Sabah. Warga Tionghoa di Sabah memberi ang pao kepada cucu, rekan karib, murid, dan tetangga mereka, atau digunakan untuk mengemas dana yang dimasukkan ke dalam kotak-kotak dana di klenteng.

Amplop hijau

sunting

Warga muslim di Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Singapura telah mengadopsi kebudayaan China sebagai bagian dari Idul Fitri atau pernikahan. Namun, mereka tidak menggunakan angpau berwarna merah, melainkan amplop dengan desain menyerupai angpau tetapi berwarna hijau. Warna hijau merupakan warna tradisional yang digunakan oleh Islam dan adaptasi tersebut didasarkan pada tradisi sedekah. Dalam Alquran, sedekah bersifat lebih tidak formal dibandingkan zakat, dan dalam berbagai kebudayaan lebih mendekati pemberian di antara teman dibandingkan beramal yang lebih ditetapkan untuk orang yang membutuhkan.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting