Kota Malang

kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Artikel ini mengenai Malang sebagai kota. Untuk kabupaten dengan nama sama, lihat Kabupaten Malang. Lihat pula Malang (disambiguasi).



Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur, dan dikenal dengan julukan kota pelajar.

Kota Malang
Daerah tingkat II
Motto: 
Malang Kucecwara
Peta
Peta
Kota Malang di Jawa
Kota Malang
Kota Malang
Peta
Kota Malang di Indonesia
Kota Malang
Kota Malang
Kota Malang (Indonesia)
Koordinat: 7°59′S 112°37′E / 7.98°S 112.62°E / -7.98; 112.62
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Tanggal berdiri1 April 1914
Dasar hukum-
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 5
  • Kelurahan: 57
Pemerintahan
 • BupatiDrs.Peni Suparto,M.AP
Luas
 • Total124 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total768,000 (2.003)
 • Kepadatan6,171/km2 (15,980/sq mi)
Demografi
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3573 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0341
Kode Kemendagri35.73 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. -
Situs webSitus Resmi Kota Malang

Sejarah

Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, Misalnya Ijen Boullevard dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana untuk bernostalgia.

Pada tahun 1879, di kota Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakat pun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.

Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya. Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang terjadi seandainya masalah itu diabaikan.

Walikota Malang

Masa Penjajahan Hindia Belanda:

  • 1919-1929 H.I. Bussemaker
  • 1929-1933 Ir. E.A. Voorneman
  • 1933-1936 Ir. P.K.W. Lakeman
  • 1936-1942 J.H. Boerstra

Masa Penjajahan Jepang:

  • 1942-1942 Raden Adipati Ario Sam
  • 1942-1945 Mr. Soewarso Tirtowidjojo

Masa Kemerdekaan:

  • 1945-1958 M. Sardjono Wiryohardjono
  • 1958-1966 Koesno Soeroatmodjo
  • 1966-1968 Kol. M. Ng Soedarto
  • 1968-1973 Kol. R. Indra Soedarmadji
  • 1973-1983 Kol. Soegiyono
  • 1983-1983 Drs. Soeprapto
  • 1983-1988 dr. H. Tom Uripan Nitihardjo
  • 1988-1989 H. M Soesamto
  • 1989-2003 Kol. H. Suyitno
  • 2003-sekarang Drs. Peni Suparto

Pembagian administratif

Kota Malang terdiri atas 5 kecamatan, yaitu:

Demografi

Berkas:Gereja tua belanda malang.jpg
Gereja Tua peninggalan Belanda di kota Malang

Jumlah penduduk Kota Malang 768.000 (2003), dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per tahun.

Sebagian besar adalah suku Jawa, serta sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, dan Tionghoa.

Agama mayoritas adalah Islam, diikuti dengan Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak jaman kolonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung), Gereja Hati Kudus Yesus, Gereja Ijen, serta Klenteng di Kota Lama. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren dan Seminari Alkitab yang sudah terkenal di seluruh Nusantara.

Bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran adalah bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Kalangan minoritas Suku Madura menuturkan Bahasa Madura. Malang dikenal memiliki dialek khas yang disebut Boso Walikan, yaitu cara pengucapan kata secara terbalik, misalnya Malang menjadi Ngalam, bakso menjadi oskab, dan lain sebagainya. Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal egaliter dan blak-blakan, yang menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan tidak mengenal basa-basi

Pendidikan

Malang juga dikenal sebagai Kota Pendidikan, karena memiliki sejumlah perguruan tinggi ternama. Perguruan tinggi negeri termasuk Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang (d/h IKIP Malang), Universitas Islam Negeri Malang, Akademi Penyuluh Pertanian (APP), Politeknik Negeri Malang (Poltekma), Politeknik Kesehatan Malang, serta terdapat cabang Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Beberapa perguruan tinggi swasta terkemuka diantaranya: Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Merdeka, Universitas Gajayana, Universitas Islam Malang, Universitas Kanjuruhan, Universitas Wisnu Wardhana, STIE Malangkucecwara, Universitas Widyagama, Institut Teknologi Nasional, STIBA Malang, dan lain sebagainya. Sebagai kota pendidikan, banyak mahasiswa berasal dari luar Malang yang kemudian menetap di Malang, terutama dari wilayah Indonesia Timur seperti Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Selain perguruan tinggi, ada beberapa sekolah menengah swasta yang cukup di kenal di tanah air, seperti SMUK Kolese Santo Yusup, SMUK Santa Maria, dan SMAK St. Albertus (SMA Dempo).

Budaya

Kekayaan etnis dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisonal yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger). Hal tersebut terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur budaya Jawa Tengahan yang hidup di lereng gunung Kawi, sub-kultur Madura di lereng gunung Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di lereng gunung Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA).

Bandara

Bandara Kota Malang yang dikenal dengan Bandara Abdul Rachman Saleh mulai berkembang sejak Lumpur Lapindo menghambat perjalanan dari Malang ke Bandara Juanda, Surabaya. Saat ini ada 2 penerbangan Malang-Jakarta setiap hari (Juli 2007) dilayani oleh Sriwijaya Airlines dan Mandala Airlines. Juga Malang Denpasar yang terbang dua kali seminggu. Dan rute yang baru dibuka adalah Malang-Balikpapan-Tarakan oleh Mandala Airlines.

Julukan

  • Paris of East Java, karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yg bersih, bagaikan kota "Paris"-nya Jawa Timur.
  • Kota Pesiar, kondisi alam yang elok dan menawan, bersih, sejuk, tenang dan fasilitas wisata yang memadai merupakan ciri-ciri sebuah kota tempat berlibur.
  • Kota Peristirahatan, suasana kota yang damai sangat sesuai untuk beristirahat, teruatam bagi orang luar kota Malang, baik sebagai turis maupun dalam rangka mengunjungi keluarga.
  • Kota Pendidikan, situasi kota yang tenang, penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh pendidikan. Sedikitnya ada lima universitas negeri yang berdiri di Malang: Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Malang, Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Kesehatan Malang dan puluhan atau mungkin ratusan PTS.
  • Kota Militer, terpilih sebagai Kota Kesatrian. Di kota Malang ini didirikan tempat pelatihan militer, asrama dan mess perwira di sekitar lapangan Rampal, dan pada jaman Jepang dibangun lapangan terbang "Sundeng" di kawasan Perumnas sekarang, selain itu juga ada pabrik amunisi, senjata & kendaraan tempur, Pindad, di Selatan kota Malang .
  • Kota Sejarah, sebagai kota yang menyimpan misteri embrio tumbuhnya kerajaan-kerajaan besar seperti Singosari, Kediri, Mojopahit, Demak dan Mataram. Di kota Malang juga terukir awal kemerdekaan Republik bahkan kota Malang tercatat masuk nominasi akan dijadikan Ibukota Negara Republik Indonesia.
  • Kota Bunga, cita-cita yang merebak di hati setiap warga kota senantiasa menyemarakkan sudut kota dan tiap jengkal tanah warga dengan warna-warni bunga.

Pranala luar

kota malang juga merupakan ibu kota sepakbola indonesia karena kota memiliki 2 klub sepakbola yang keduanya bermain di kasta tertinggi sepakbola dalam negeri,arema dan persema.