Kereta rel listrik Toei seri 6000

tipe kereta api di Indonesia

Kereta rel listrik Toei seri 6000 (東京都交通局6000形電車, Tōkyōto kōtsūkyoku 6000-kei densha) adalah kereta rel listrik buatan Jepang yang kini beroperasi di lintas Commuter Jabodetabek. KRL ini disebut sebagai KRL Hibah karena didapatkan melalui proses hibah dari Pemerintah Kota Tokyo, Jepang, kepada Pemerintah Indonesia pada tahun 2000.[1] KRL ini merupakan salah satu KRL paling legendaris, karena merupakan KRL AC eks Jepang pertama di Indonesia, dan kedatangan KRL ini menandai dimulainya era modern KRL Jabodetabek.

KRL Toei seri 6000
Toei 6121F di Toei Mita Line, Februari 1999
Beroperasi1968-sekarang
PembuatNippon Sharyo
Alna Koki
Hitachi, Ltd.
Digantikan olehToei 6300 (Jepang) KRL Tokyo Metro 6000, 7000, 05, JR East 203 dan 205 (Indonesia)
Tahun pembuatan1968-1976
Mulai beroperasi1968-sekarang (Jepang)
2000-sekarang (Indonesia)
Tahun rehabilitasi1988
Tahun diafkirkan1998-1999 (Jepang)
2015 (Indonesia)
Jumlah beroperasiHanya 1 set yang beroperasi di Indonesia sebagai KRL cadangan
Formasi2, 3, 6 kereta per set (Jepang)
4, 6, 8 kereta per set (Indonesia)
Kapasitas150 penumpang (ujung)
170 penumpang (tengah)
OperatorToei Metro
PT KAI Commuter Jabodetabek
Kumamoto Electric Railway
Chichibu Railway
DepoDipo KRL Depok, Bogor, dan Bukit Duri
JalurToei Mita Line
KA Commuter Jabodetabek
Fujisaki Line
Chichibu Main Line
Data teknis
Bodi keretaStainless Steel
Panjang kereta20.000 mm
Lebar2.790 mm
Tinggi3.690 mm
Pintu4 pintu di setiap sisi
Kecepatan maksimum100 km/jam
Berat215,5 ton (seluruhnya)
Percepatan3,5 km/h/s
Perlambatan4,0 km/h/s (normal)
5,0 km/h/s (darurat)
Sistem traksiRheostat
Daya mesin100 kW × 24 = 2.400 kW
TransmisiStatic Inverter (SIV)
Unit pembangkitListrik Aliran Atas (LAA)
Sistem listrik1.500 V DC
Metode pengambilan arusPantograf
BogieKD-70
Rem keretaElectromagnetic Direct Brake
Sistem keselamatanT-ATC
Deadman Pedal
Alat perangkaiAAR Coupling
Lebar sepur1.067 mm

Penggunaan KRL Toei 6000

Penggunaan di Jepang

KRL ini mulai dioperasikan pada tahun 1968 di Toei Mita Line. KRL ini diproduksi sebanyak 28 set (6101-6281) dengan formasi 6 kereta per set-nya. (6xx1-6xx2-6xx5-6xx6-6xx7-6xx8)

Pada awalnya kereta ini beroperasi, kereta ini tidak menggunakan AC. AC mulai terinstalasi sejak tahun 1989 dengan bentuk seperti kotak pendingin KRL Tokyu untuk set 6101F-6111F, dan seperti kotak pendingin KRL JR East untuk set 6121F. Selanjutnya, semua KRL Toei 6000 batch 2-3 menggunakan 2 kotak pendingin, sedangkan KRL Toei batch 4 (6271F - 6281F) menggunakan 1 kotak pendingin berukuran besar di tengah dengan papan petunjuk jurusan dan tanpa jendela kecil di dekat pintu.

Seiring waktu, dan dengan mulai beroperasinya Toei 6300, KRL ini pensiun pada akhir tahun 1999. KRL ini pun dijual ke operator lainnya di Jepang dan juga dihibahkan ke PT Kereta Api Indonesia.

Penggunaan di Indonesia

Kaisar Akihito yang prihatin[butuh rujukan] dengan kondisi KRL Jabotabek yang buruk (mengingat tahun 90-an akhir mulai banyak "Atapers"), menghibahkan KRL ini ke PT KAI pada tahun 2000, dan digunakan untuk jalur KRL Jabotabek, dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). KRL ini menggantikan peran KRL Rheostatik AC dan KRL Bisnis (Rheostatik stainless buatan Kawasaki Heavy Industries, Hitachi, serta KRL BN Holec dan KRL Hitachi yang merupakan buatan PT INKA). Karena asalnya, KRL ini sering disebut sebagai KRL hibah.

KRL ini mulai beroperasi mulai tahun 2000, dengan Toei 6121F sebagai set pertama yang beroperasi. Seri KRL ini sering bergonta-ganti rincian formasi rangkaian, bahkan, ada tiga set yang menggunakan kabin masinis rakitan Balai Yasa Manggarai karena didatangkan tanpa kereta berkabin masinis (disebut sebagai "KRL kabin rakitan").[1]

Semua set KRL ini bisa dan pernah digunakan untuk semua lintas di Jabodetabek, namun, ada set yang "khusus" untuk lintas tertentu, yaitu 6271F untuk Tangerang dan 6281F untuk Serpong meskipun tidak selalu demikian. Mulanya, KRL yang berteknologi rheostat ini didinaskan untuk KRL Ekspres.

KRL hibah ini memang memiliki AC yang cukup dingin pada awalnya, tapi kini KRL ini dikenal memiliki AC yang kurang dingin, dan akibat kesalahan perawatan, seringkali bermasalah. Pada mulanya, didatangkan 72 kereta hibah yaitu 6121F, 51F, 61F, 71F, 81F, 6201F, 71F, dan 81F dari Jepang dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 8 kereta.

Selain itu, datang juga 8 kereta tambahan. Namun, pada akhirnya hanya sebanyak 3 set yang memiliki 8 kereta (6121F, 61F, 71F), sedangkan sisanya dijadikan 6 kereta per setnya. Ini berlaku untuk kedua macam model seri 61xx atau seri 62xx. Saat ini, saat susunan rangkaian diubah, terdapat rangkaian yang memiliki 8 kereta (6121F, 51F, 61F, 77F, 81F, 6227F, dan 81F).

Saat ini susunan rangkaian kereta sudah banyak berubah, mengingat usia KRL yang sudah tua membuat hampir semua unit KRL ini tidak dapat beroperasi lagi. Sebagian besar mangkrak di Dipo KRL Depok.

Saat ini, KRL-KRL yang sudah tidak beroperasi lagi sudah mulai ditumpuk di Dipo Depok, untuk mengosongkan jalur di dipo, karena mengirim ke Cikaum dan Purwakarta dinilai tidak efisien dalam waktu.

Setelah 15 tahun beroperasi di Jabodetabek, kini hanya 1 set yang bisa beroperasi, yaitu set 6181F, namun dengan susunan kereta yang berbeda karena merupakan gabungan dari kereta dari beberapa set. Set ini dapat ditemui di jalur lingkar dalam kota Jakarta, Jatinegara - Pasar Senen - Kampung Bandan - Duri - Tanah Abang - Manggarai - Depok - Bogor maupun jalur feeder (pengumpan), Manggarai - Tanah Abang - Duri.

Berbagai insiden pernah dialami oleh KRL ini (lihat Insiden), namun kereta-kereta yang selamat dipersatukan lagi dengan formasi baru dan dibuatlah kabin masinis rakitannya oleh Balai Yasa Manggarai.[1]

Livery dan bentuk fisik KRL

Selama lima belas tahun pengoperasiannya di lintas Jabodetabek dari tahun 2000 sampai dengan sekarang (2015), kereta ini sudah berganti livery/garis di tubuh KRL selama beberapa kali.

Awalnya, set KRL ini menggunakan warna bawaan dari Toei, yaitu strip biru muda, namun logo Toei di depan diganti dengan logo Departemen Perhubungan (nama Kemenhub saat itu). Bahkan dulu, KRL ini saat benar-benar awal beroperasi tahun 2000-2001, ada yang tidak menggunakan cowcatcher (bemper) di depannya, seperti set 6121F dulu.

Set rakitan, yaitu set "Espass" (6177F) dan "Rakitan" (6182F) sudah menggunakan strip warna orange di bodi dan wajahnya, sedangkan set "Lohan" (6227F) menggunakan garis biru-kuning. Ketiga set menggunakan logo PT Kereta Api lama di depannya. Demi keselamatan, cowcatcher (bemper) pun mulai ditambahkan.

Seiring waktu, warna strip di tubuh KRL diganti dengan warna orange pada tahun 2005 ke atas, dan logo Dephub di wajah KRL diganti dengan logo PT Kereta Api lama. Dan kemudian ditambahkan garis kuning beberapa tahun kemudian.

Setelah itu, tahun 2007 set 6281F menjadi set KRL "Ciujung Ekonomi AC" rute Tanah Abang-Serpong. Rangkaian ini menggunakan warna hijau-kuning, dan satu persatu set KRL mulai tahun 2007-2010 dicat dengan warna ini. Namun, awalnya set 6121F menggunakan warna biru tua-biru muda, meskipun pada akhirnya menggunakan warna hijau-kuning juga. Sementara set "Djoko Lelono II" (6151F-6188F), yang merupakan gabungan dari kereta yang mengalami kecelakaan, menggunakan livery garis biru tua.

Tahun 2011 ke atas, KRL ini mulai dicat dengan warna biru-kuning, sebagai standar pewarnaan KRL yang diimpor era pra-KCJ atau tahun 2009 kebawah, dengan variasi motif di wajah KRL serta logo baru PT KAI di sisi depan kabin masinisnya. Dan ini adalah livery terakhir bagi sebagian besar KRL ini, karena satu persatu set mulai pensiun dinas, hingga tahun 2015, hanya 1 set yang masih beroperasi sebagai KRL cadangan.

Pada tahun 2016, set yang tersisa, yaitu set 6181F, dicat dengan livery KCJ namun tanpa logo, sama dengan KRL-KRL era pra-KCJ sebelumnya, dan kemungkinan ini adalah livery terakhir sebelum KRL ini pensiun sepenuhnya kelak nanti. Saat ini, memang KRL-KRL AC yang sudah tua perlahan-lahan akan dipensiunkan.

Daftar rangkaian

Rangkaian 8 kereta

  • 6151F "Djoko Lelono 2" (bekas kecelakaan Kebon Pedes, digabungkan dengan kabin 6188) (6151 - 6192 - 6257 - 6172 - 6225 - 6226 - 6237 - 6188), digunakan sebagai pelangsir kereta di Dipo KRL Bogor.
  • 6161F (digabungkan dengan kabin 6158) (6161 - 6212 - 6247 - 6216 - 6185 - 6236 - 6157 - 6158), telah dirucat di Dipo KRL Depok.
  • 6181F (digabungkan dengan kabin 6168) (6181 - 6242 - 6245 - 6156 - 6165 - 6166 - 6167 - 6168). Set ini telah memakai penomoran Baru Kemenhub dengan nomor K1 1 00 44 (6181) sampai dengan K1 1 01 12 (6168), satu-satunya set yang beroperasi.
  • 6177F "Espass" - Kabin masinis rakitan (6177 - 6232 - 6175 - 6176 - 6265 - 6202 - 6235 - 6126), telah dirucat di Dipo KRL Depok.
  • 6227F "Louhan" - Kabin masinis rakitan (6227 - 6186 - 6125 - 6195 - 6205 - 6262 - 6267 - 6187), telah dirucat di Dipo KRL Depok.
  • 6281F (6281 - 6282 - 6285 - 6286 - 6275 - 6276 - 6287 - 6288), telah dirucat di Dipo KRL Depok.
  • 6271F (6271 - 6272 - 6277 - 6222 - 6247 - 6216 - 6127 - 6128), telah dirucat di Dipo KRL Depok.
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8
Penomoran MoHa 6001 MoHa 6002 MoHa 6005 MoHa 6002 MoHa 6005 MoHa 6006 MoHa 6007 MoHa 6008
Penomoran lainnya MoHa 6007 MoHa 6007
Kodifikasi MC1 M2 M1 M2 M1 M2 M1 MC2

Rangkaian 6 kereta

Nomor 1 2 3 4 5 6
Penomoran MoHa 6001 MoHa 6002 MoHa 6003 MoHa 6006 MoHa 6007 MoHa 6008
Kodifikasi MC1 M2 M1 M2 M1 MC2

Rangkaian 4 kereta

  • 6201F (6201 - 6206 - 6207 - 6208), telah dirucat di Dipo KRL Depok.
  • 6121F (6121 - 6122 - 6197 - 6278), telah dirucat di Dipo KRL Depok.
  • 6217F "Rakitan" (6217 - 6236 - 6185 - 6278), dipakai sebagai pelangsir kereta di Dipo KRL Depok.
Nomor 1 2 3 4
Penomoran MoHa 6001 MoHa 6002 MoHa 6007 MoHa 6008
Kodifikasi MC1 M2 M1 MC2

Rangkaian 2 Kereta

  • 6171F (6171 - 6178), telah dirucat di Dipo KRL Depok.
Penomoran MoHa 6001 MoHa 6008
Kodifikasi M2 MC2

Keterangan:

  • Mengingat KRL Toei 6000 merupakan KRL yang tua, maka formasi rangkaiannya sering berubah-ubah, sehingga tidak dapat diprediksikan susunannya. Kabar terakhir menunjukkan bahwa banyak unit KRL ini yang sudah tidak beroperasi lagi, sehingga hanya sedikit sekali Toei 6000 di lintas Jabodetabek. Biasanya KRL ini beroperasi di jalur Jatinegara-Bogor. Otoritas pusat PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) dapat melakukan perubahan terhadap susunan rangkaian di atas.

Insiden[1]

  • Kereta nomor 6188 bertabrakan dengan lokomotif CC 201 di Jakarta Utara. Kereta pun tidak bisa digunakan, sampai saat set 6151F mengalami tabrakan dengan KRL BN-Holec, baru kedua set tersebut digabung.
  • Kereta nomor 6151 bertabrakan dengan KRL BN-Holec di Kebon Pedes, Bogor, memakan korban jiwa termasuk masinis. Kereta pun rusak. Sisa rangkaian 6151 dan 6188 pun dirangkai kembali, dengan kabin baru hasil kreasi Balai Yasa Manggarai. Sementara rangkaian 6158 dan 6181 dirangkai kembali sebagai kereta biasa. Kini, rangkaian hasil rakitan menjadi 8 kereta yang disebut sebagai "Djoko Lelono 2". Kondisi KRL ini sekarang mangkrak di Dipo KRL Bogor.
  • Kereta nomor 6252 dan 6155 mangkrak di Balai Yasa Manggarai.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b c d Majalah KA Edisi Juni 2014

Pranala luar