Demam Reumatik

Revisi sejak 15 Maret 2016 20.24 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (top: minor cosmetic change)

Demam Rematik adalah suatu penyakit peradangan serius yang dapat secara permaen mempengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup-katup jantung.[1] Demam reumatik atau disingkat "DR" merupakan suatu sindrom klinik akibat infeksi streptococcus beta–hemplyticus golongan A dengan gejala satu atau lebih gejala mayor yaitu poli artritis migrans akut, karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritma marginatum.[2] Demam rematik akut biasanya muncul pada anak-anak antara usia 6 dan 15tahun, dengan hanya 20% dari serangan pertama kali terjadi pada orang dewasa.[3] Penyakit ini dinamakan demikian karena kesamaan dalam presentasi untuk rematik.[4]

Streptococcus pyogenes, Penyebab demam reumatik

Gejala

Gejala demam rheumatik terdiri dari 4 stadium yaitu:[2]

Stadium I

Stadium ini berupa adanya infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman beta hemolyticus golongan A dengan keluhan demam batuk, sakit menelan.[2] Kadang disertai muntah dan diare.[2] Pada pemeriksaan hasil terdapat eksudat dan tanda-tanda peradangan lainnya.[2] Infeksi ini biasanya berlangsung selama dua sampai empat hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.[2]

Stadium II

Disebut periode laten masa antara infeksi streptokoccus dengan permulaan gejala demam rheumatik.[2] Biasanya dalam waktu satu sampai tiga minggu.[2]

Stadium III

Ialah fase akut demam rheumatik.[2] Gejala minor berupa gejala peradangan umum dengan didapatkannya demam tidak begitu tinggi, lesu, lekas tersiggung, berat badan menurun, anoreksia.[2] Aemia dijumpai sebagai akibat tertekannya sistem eritropoletik, bertambahnya volume plasma, memendeknya umur eritrosit dan adanya pendarahan dari hidung (epistakasis).[2]

Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif.[2] Baik pasien DR tanpa kelainan jantung maupun dengan kelainan jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala kelainan.[2] Tetapi pasien yang dengan kelainannya, pada fase ini pasien DR/PJR dapat mengalami reaktivitas peyakitnya.[2]

Referensi

  1. ^ Corwin J. Elizabeth, Buku saku Phatofisiologi, EGC, Jakarta, 2000.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n (Indonesia) Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, Jakarta, 2005.
  3. ^ (Inggris) Kumar, Vinay; Abbas, Abul K; Fausto, Nelson; Mitchell, Richard N (2007). Robbins Basic Pathology (edisi ke-8th). Saunders Elsevier. hlm. 403–6. ISBN 978-1-4160-2973-1 .
  4. ^ "rheumatic fever" di Kamus Medis Dorland