Arsitektur Jepara
Arsitektur Jepara adalah arsitektur yang digunakan oleh masyarakat Jepara. Arsitek Jepara telah ada dan berlangsung sejak Kerajaan Kalingga.
Arsitektur Jepara yang terkenal pada tahun 700 masehi adalah arsitektur keraton Kerajaan Kalingga terbilang begitu mewah pada masanya yang ibu kota kerajaan dikelilingi benteng yang terbuat dari tonggak kayu, bangunan istana kerajaan yang bertingkat, Atap dari pohon aren, Singgasana dari gading gajah.
Joglo Jepara
Joglo Jepara adalah Rumah Adat Jepara merupakan salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Jepara. Rumah Adat Jepara memiliki atap genteng yang disebut “Atap Wuwungan”. Jenis bangunan ini merupakan bangunan tradisional di daerah Jepara dan sampai saat ini masih banyak dijumpai.
Ciri khusus arsitektur bangunan ini adalah :
- Bahan bangunan terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir
- Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan
- Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif ukiran gambar wayang.
Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:
- Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas
- Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati
- Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya
- Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara:
- Manusia dengan Tuhan
- Manusia dengan manusia
- Manusia dengan alam
- Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
-
Joglo Jepara (Rumah Adat Jepara)
-
Joglo Jepara (Rumah Adat Jepara)
-
Joglo Jepara (Rumah Adat Jepara)
-
Tiga Pintu khas Joglo Jepara
-
Atap Wuwungan genteng khas Joglo Jepara
Genteng
Atap dari genteng dan khusus kerpus memiliki motif ukir gambar wayang. Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:
- Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
-
Sketch Atap Wuwungan Puncak
-
Sketch Atap Wuwungan Samping
-
Genteng Wuwungan Khas Jepara
Masjid
Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.
-
Masjid Agung Jepara pada tahun 1660 M
Gerbang
Candi Bentar
Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gerbang gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian bawah oleh anak tangga. Yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali.
Bangunan ini lazim disebut "gerbang terbelah", karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna. Bangunan gapura tipe ini terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Bangunan gerbang terbelah seperti ini diduga muncul pertama kali pada zaman Majapahit. Di kawasan bekas Kesultanan Mataram, di Jawa Tengah dan Yogyakarta, gerbang semacam ini juga disebut dengan "supit urang" ("capit udang"), seperti yang terdapat pada kompleks Keraton Solo, Keraton Yogyakarta, Keraton Kasepuhan dan Pemakaman raja-raja Imogiri. Meskipun makna supit urang biasanya mengacu kepada gerbang dengan jalan bercabang dua, biasanya jalan dan gerbang yang mengapit kiri dan kanan bangunan pagelaran keraton.
-
Candi bentar di Mantingan
-
Candi bentar di Fort Jepara XVI
Paduraksa
Paduraksa adalah bangunan berbentuk gapura yang memiliki atap penutup, yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai pembatas sekaligus gerbang akses penghubung antarkawasan dalam kompleks bangunan khusus.
-
Paduraksa di Mantingan
-
Paduraksa Gapura Keagungan Mantingan
-
Paduraksa Gapura Museum R.A. Kartini
-
Paduraksa Gapura Museum R.A. Kartini
Gazebo
Gazebo merupakan suatu bangunan yang ada di taman, biasanya tiap sisinya terbuka karena sesuai dengan tujuan utamanya, gazebo merupakan tempat yang nyaman untuk menikmati taman. Dengan sisi yang terbuka, Anda yang sedang berada di dalamnya dapat menikmati pemandangan taman dengan lebih bebas juga dapat menikmati udara yang bertiup tanpa terhalang penutup pada tiap sisi.
-
Gazebo khas Jepara
-
Gazebo Khas Jepara
-
Gazebo Ukir Jepara
Ornamen Rumah Jepara
Macan Kurung
Ornamen lentera taman yang berbentuk menyerupai Macan Kurung tapi bukan terbuat dari kayu melainkan terbuat dari batu ataupun semen.
-
Macan Kurung
-
Macan Kurung Outdoor Khas Jepara Malam Hari
-
Macan Kurung Outdoor untuk taman Jepara
-
Macan Kurung Outdoor untuk taman Jepara
Impes
Impes merupakan lentera tradisional khas dari Kabupaten Jepara. Lampu taman yang menggantung dari tiang dan lampu tersebut berbentuk menyerupai Impes baik dari bahan sesungguhnya yaitu kertas, ataupun terbuat dari kain, kaca, akrilik, ataupun plastik.
-
Impes di gantungkan di taman Jepara
-
Pasukan Pembawa Impes di Pesta Baratan
-
Impes Modern dari bahan kaca
Dwarapala
Dwarapala adalah patung penjaga gerbang atau pintu dalam ajaran Siwa dan Buddha, berbentuk manusia atau raksasa yang memegang gada. Biasanya dwarapala diletakkan di luar untuk melindungi tempat suci atau tempat keramat didalamnya. Jumlah arca dwarapala dapat hanya sendirian, sepasang, atau berkelompok. Bangunan suci yang kecil biasanya memiliki hanya satu arca dwarapala. Seringkali dwarapala diletakkan berpasangan di antara gerbang masuk. beberapa situs bangunan suci yang lebih besar memiliki empat, delapan, bahkan duabelas arca dwarapala yang menjaga empat penjuru mata angin sebagai Lokapala, dewa penjaga empat atau delapan penjuru mata angin.
-
Arca Dwarapala terbesar di Jawa, zaman kerajaan Singhasari
-
Arca Dwarapala
Naga Jawa
Naga Jawa merupakan motif penting dalam arsitektur Jawa. Naga Jawa digambarkan sebagai sesosok mahluk sakti berbentuk ular raksasa yang tidak memiliki kaki meskipun adakala diwujudkan mempunyai kaki . Naga Jawa memakai badhog atau mahkota di atas kepalanya. Terkadang Naga Jawa digambarkan juga memakai perhiasan anting dan kalung emas.
Naga Jawa juga ditemui di beberapa relief candi. Naga di candi ini dinamakan Naga Taksaka yang bertugas menjaga candi. Umumnya ular naga dijadikan pola hias bentuk makara yaitu pipi tangga di kanan dan kiri tangga naik ke bangunan candi yang dibentuk sebagai badan dan kepala naga: mulut naga digambarkan terbuka lebar dan lidahnya menjulur keluar dalam wujud untaian manik-manik ataupun bentuk makara dengan naga yang menganga dengan seekor singa di dalam mulutnya. Hiasan semacam ini umum didapati di candi-candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sering pula wujud naga dipahat di bawah cerat yoni karena yoni selalu dipahat menonjol keluar dari bingkai bujur sangar sehingga perlu penyangga di bawahnya. Fungsi naga pada bangunan candi atau pada yoni tampaknya erat kaitannya dengan tugas penjagaan atau perlindungan terhadap sebuah bangunan.
-
Naga Jawa di tangga
-
Gerbang pintu anak tangga berbentuk kepala Naga Jawa