Insiden Muhammad al-Durrah terjadi di Jalur Gaza pada 30 September 2000, pada hari kedua Intifada Kedua, saat merebaknya kerusuhan di seluruh teritorial Palestina. Jamal al-Durrah dan putranya yang berusia 12 tahun, Muhammad, difilmkan oleh Talal Abu Rahma, seorang kameramen lepas Palestina untuk France 2, saat mereka berada di tengah-tengah baku tembak antara pasukan keamanan Israel dan Palestina. Rekaman tersebut menampilkan keduanya sedang meringkuk di balik sebuah benda silinder, sang bocah menangis dan ayahnya meleraikannya, kemudian muncul tembakan dan debu, setelah itu sang bocah terlihat terkapar di lutut ayahnya.[2]

Pembunuhan Muhammad ad-Durrah
Muhammad dan Jamal al-Durrah difilmkan oleh Talal Abu Rahma untuk France 2
Tanggal30 September 2000
Waktusekitar pukul 15:00 Waktu Musim Panas Israel (siang hari GMT)
LokasiPersimpangan Netzarim, Jalur Gaza
Koordinat31°27′54″N 34°25′36″E / 31.465129°N 34.426689°E / 31.465129; 34.426689
Pelapor pertamaCharles Enderlin untuk France 2
Direkam olehTalal Abu Rahma
Korban
Dikabarkan tewas: Muhammad al-Durrah; Bassam al-Bilbeisi, supir ambulan
Luka tembak beberapa kali: Jamal al-Durrah
PenghargaanRory Peck Award pada 2001 untuk Talal Abu Rahma[1]
RekamanCharles Enderlin, "La mort de Mohammed al Dura", France 2, 30 September 2000 (rekaman mentah; bagian yang dipersengketakan)

Rekaman lima puluh sembilan detik tersebut disiarkan di Perancis dengan panduan dari Charles Enderlin, ketua biro stasiun di Israel, yang tak hadir saat adu tembak tersebut. Berdasarkan pada informasi kameramen, Enderlin berkata kepada para penonton bahwa keduanya merupakan "target tembak dari pihak Israel" dan sang bocah tewas.[3][4] Setelah pemakaman publik yang emosional, Muhammad dihormati di seluruh dunia Muslim sebagai seorang martir.[5]

Berbulan-bulan dan bertahn-tahun kemudian, para komentator mempertanyakan keakuratan dari laporan France 2. Pasukan Pertahanan Israel mula-mula menyatakan tanggung jawab atas penembakan tersebut namun kemudian menariknya.[6][7]Kalangan jurnalis Perancis yang menonton rekaman mentahnya mengkonfirmasikan bahwa France 2 telah memotong beberapa detik terakhir dimana Muhammad terlihat mengangkat tangannya dari wajahnya; mereka mengetahui bahwa ia meninggal, namun mengetakan bahwa rekaman itu sendiri tidak ditampilkan. Penyunting berita France 2 berkata pada 2005 bahwa tidak seorang pun sepakat siapa yang melayangkan tembakannya.[8] Komentator lainnya, terutama Philippe Karsenty, seorang komentator media Perancis, lebih lanjut, menuduh bahwa adegan tersebut dibesar-besarkan oleh para pemprotes Palestina; France 2 dituduh melakukan fitnah dan pada 2013 ia didenda €7,000 oleh Mahkamah Banding Paris.[9] Pada Mei tahun tersebut, sebuah laporan pemerintah Israel mendukung pandangan Karsenty.[10] Jamal al-Durrah dan Charles Enderlin menyangkal tuduhan tersebut dan menyerukan penyelidikan internasional independen.[11][12]

Rekaman ayah dan putra tersebut disebut sebagai kekuatan bendera tempur oleh seorang penulis.[8] Perangko-perangko di Timur Tengah mencantumkan gambar tersebut; salah satu gambar diperlihatkan di bagian latar belakang saat Daniel Pearl, seorang jurnalis Yahudi-Amerika, dipenggal al-Qaeda pada 2002.[13][14] James Fallows menyatakan mengenai kontroversi tersebut bahwa "tidak ada versi yang benar yang dapat dianggap terpercaya oleh seluruh pihak yang terlibat."[13]

Latar belakang

 
Kompleks al-Haram

Pada 28 September 2000, dua hari sebelum penembakan, pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon mengunjungi kompleks al-Haram di Kota Lama Yerusalem, sebuah tempat suci dalam Yudaisme dan Israel yang memperebutkan kekuasaan akses. Kekerasan telah mengakar dalam beberapa peristiwa, namun kunjungan tersebut dinilia provokatif dan protes memuncak di sepanjang Tepi Barat dan Jalur Gaza.[15][16][17][n 1] Kebangkitan tersebut menjadi dikenal sebagai Intifada Kedua; peristiwa tersebut berlangsung sepanjang empat tahun dan menewaskan 4,000 orang, lebih dari 3,000 orang diantaranya adalah orang Palestina.[19]

Persimpangan Netzarim, dimana penembakan tersebut terjadi, dikenal sebagai persimpangan al-Shohada (martir). Persimpangan tersebut dilintasi Jalan Saladin, beberapa kilomter dari selatan Kota Gaza. Sumber konflik di persimpangan tersebut adalah dekat dengan pemukiman Netzarim, dimana 60 keluarga Israel tinggal sampai Israel menarik diri dari Gaza pada 2005. Upaya militer menentukan nasib para pemukim bapak mereka pergi atau datau ke pemukiman tersebut,[20] dan sebuah pos depan militer Israel, Magen-3, menjaganya. Kawasan tersebut telah menjadi wilayah insiden kekerasan dalam beberapa hari sebelum penembakan tersebut.[20][21]

Tokoh

Jamal dan Muhammad al-Durrah

 
Persimpangan Netzarim, kamp pengungsian Bureij dan pemukiman Netzarim

Jamal al-Durrah (lahir sekitar tahun 1963) adalah seorang tukang kayu dan pelukis rumahan sebelum penembakan.[22] Sejak itu, karena luka-lukanya, ia bekerja sebagai supir truk.[23] Ia dan istrinya, Amal, tinggal di kamp pengungsian Bureij yang dijalankan APPBBPPTD di Jalur Gaza. Pada 2013, mereka memiliki empat putri dan enam putra, termasuk seorang bocah, Muhammad, yang lahir dua tahun setelah penembakan.[23][24]

Sampai penembakan, Jamal bekerja untuk Moshe Tamam, seorang kontraktor Israel, selama 20 tahun, sjak ia berusia 14 tahun. Penulis Helen Schary Motro mengenal Jamal saat ia mempekerjakannya untuk membantu membangun rumahnya di Tel Aviv. Ia menceritakan bahwa ia perlu bangun pada pukul 3:30 dini hari untuk menaiki bus untuk melintasi perbatasan pada pukul empat, kemudian bus kedua keluar dari Gaza sehingga ia dapat bekerja pada pukul enam. Tamam menyebutnya "pria yang malang," terkadang ia dipercaya untuk bekerja sendiri di rumah-rumah pelanggannya.[22]

Muhammad Jamal Al-Durrah (kelahiran 1988) adalah bocah kelas lima SD, namun sekolahnya ditutup pada 30 September 2000; Otoritas Palestina menyerukan serangan umum dan hari berkabung setelah kekerasan di Yerusalem sehari sebelumnya.[25][26] Ibunya berkata bahwa ia menyaksikan kerusuhan tersebut dan meminta jika ia tergabung didalamnya.[21] Ayah dan putranya memutuskan untuk pergi menggunakan mobil sewaan.[27] Jamal menjual 1974 Fiat miliknya, tulis Motro, dan Muhammad mencintai mobil, sehingga mereka datang untuk menyewanya bersama.[28]:54

Charles Enderlin

Charles Enderlin lahir pada 1945 di Paris; kakek-neneknya adalah Yahudi Austria yang meninggalkan negara tersebut pada 1938 saat Jerman melakukan invasi.[29] Setelah belajar kedokteran, ia pindah ke Yerusalem pada 1968 dimana ia menjadi warga negara Israel. Ia mulai bekerja untuk France 2 pada 1981, menjabat sebagai kepala biro mereka di Israel dari 1990 sampai ia pensiun pada 2015.[30] Enderlin adalah pengarang dari sejumlah buku tentang Timur Tengah, yang salah satunya menyinggung tentang Muhammad al-Durrah, Un Enfant est Mort: Netzarim, 30 Septembre 2000 (2010).[14] Mendapatkan sanjungan yang tinggi dari para pemirsanya dan menjadi tenar di Perancis,[4] ia mendapatkan sebuah surat dari Jacques Chirac, saat Philippe Karsenty melayangkan gugatan fitnah, yang menyanjung integritas Enderlin.[31] Pada 2009, ia dianugerahi penghargaan tertinggi di Perancis, Légion d'honneur.[32]

Menurut jurnalis Anne-Élisabeth Moutet, sorotan Enderlin terhadap konflik Israel-Palestina disanjung oleh para jurnalis lainnya namun sering dikritik oleh kelompok pro-Israel.[4] Akibat kasus al-Durrah, ia meraih ancaman kematian, istrinya diserang di jalan,[33] anak-anaknya diancam, keluarganya berpindah rumah dan pada satu kesempatan mereka dianggap berimigrasi ke Amerika Serikat.[3][4][34]

Talal Abu Rahma

Talal Hassan Abu Rahma belajar administrasi bisnis di Amerika Serikat, dan mulai bekerja sebagai kameramen lepas untuk France 2 di Gaza pada 1988. Pada waktu penembakan, ia menjalankan kantor pers miliknya sendiri, National News Center, yang berkontribusi kepada CNN melalui Kantor Pers Al-Wataneya, dan merupakan anggota utama Asosiasi Jurnalis Palestina. Penyorotannya terhadap penembakan al-Durrah membuatnya meraih beberapa penghargaan jurnalisme, termasuk Rory Peck Award pada 2001.[1] Menurut France 2 koresponden Gérard Grizbec, Abu Rahma tak pernah menjadi anggota sebuah kelompok politik Palestina, dua kali ditangkap oleh kepolisian Palestina karena memfilmkan gambar-gambar yang tidak mendapatkan persetujuan Yasser Arafat, dan tak pernah dituduh menerobos keamanan oleh Israel.[35]

Laporan awal

Tempat kejadian pada hari tersebut

Persimpangan Netzarim

Diagram

The Guardian

(Atas) Dari Talal Abu Rahma, kameramen France 2[27]
(Bawah) Dari sebuah laporan yang dibuat oleh Philippe Karsenty untuk Mahkamah Banding Paris; peta tersebut meliputi posisi dalam kuadran kiri bawah dimana kepolisian Palestina bersenjata diyakini ditempatkan.[36]:60

Pada hari penembakan—Rosh Hashanah, Tahun Baru Yahudi—sebuah pos lantai penjagaan Pasukan Pertahanan Israel (bahasa Inggris: Israel Defense Forces, disingkat IDF) berada di persimpangan Netzarim diduduki oleh para prajurit Israel dari Pleton Teknik Brigade Givati dan Batalion Herev.[37][38] Menurut Enderlin, para prajurit tersebut adalah Druze.[33][39]

Sebuah pos dua tersebut penjagaan IDF tersebut berada di barat laut persimpangan tersebut. Dua pos enam lantai penjagaan Palestina (yang dikenal sebagai menara kembar dan sering disebut sebagai kantor atau apartemen) berada langsung di belakangnya.[13][40] Di selatan persimpangan tersebut, yang secara diagonal mengarah ke IDF, terdapat pos Pasukan Keamanan Nasional Palestina di bawah komando Brigadir-Jenderal Osama al-Ali, seorang anggota Majelis Nasional Palestina.[33] Dinding dimana Jamal dan Muhammad meringkuk berseberangan dengan depan bangunan tersebut; tempat tersebut berjarak kurang dari 120 meter dari titik paling utara pos Israel.[41]

Selain France 2, Associated Press dan Reuters juga menempatkan kru kamera di persimpangan tersebut.[33] Mereka mengambil rekaman al-Durrah dan Abu Rahma.[42] Abu Rahma adalah satu-satunya jurnalis yang merekam peristiwa al-Durrah ditembak.[8]

Kedatangan di persimpangan, penembakan dimulai

Jamal dan Muhammad datang ke persimpangan tersebut menggunakan sebuah mobil menjelang tengah hari, pada perjalanan mereka dari tempat penyewaan mobil. [43] Di tempat tersebut, para pengunjuk rasa melempari batu, dan IDF menanggapinya dengan mengeluarkan gas air mata. Abu Rahma merekam peristiwa tersebut dan mewawancarai para pengunjuk rasa, termasuk Abdel Hakim Awad, kepala gerakan pemuda Fatah di Gaza.[33] Namun unjuk rasa tersebut, seorang perwira polisi menghentikan mobil Jamal dan Muhammad untuk bergerak lebih jauh, sehingga ayah dan putra tersebut berjalan kaki di sepanjang persimpangan tersebut. Menurut Jamal, pada saat itulah tembak-tembakan dimulai[43] Enderlin berkata bahwa tembakan pertama datang dari pihak Palestina dan dibalas oleh para prajurit Israel.[44]

Jamal, Muhammad, dan kameramen Associated Press, dan Shams Oudeh, kameramen Reuters, menyusuri tembok di bagian tenggara persimpangan jalan tersebut, yang secara diagonal berseberangan dengan pos Israel.[27][45] Jamal, Muhammad dan Shams Oudeh meringkuk di balik drum setinggi tiga kali (0.91 m), yang nampaknya merupakan bagian dari sebuah gorong-gorong, yang tergeletak di sebelah tembok. Sebuah penutup batu diletakkan di atas drum tersebut, yang memberikan perlindungan tambahan.[13] Abu Rahma bersembunyi di balik bus mini putih yang diparkirkan di tepi jalan yang berjarak sekitar 15 meter dari tembok [33][46] Kameramen Reuters dan Associated Press merekam Jamal dan Muhammad saat sedang meringkuk—kamera-kamera lainnya tertuju pada pos penjagaan Israel—sebelum pria tersebut pergi menjauh.[45] Jamal dan Muhammad tidak dapat bergerak lebih jauh, namun tertahan di balik drum selama 45 menit. Dalam wawancara Enderlin, mereka dalam keadaan takut.[33]

Laporan France 2

Muhammad dan Jamal pada saat peristiwa adu tembak
Kamera mengarah ke arah dimana suara tembakan terdengar.
Gambar ini adalah adegan terakhir yang disiarkan oleh France 2. Dalam rekaman mentah tak lama setelahnya, bocah tersebut menggerakkan tangannya.[47]

Dalam tiga hari setelah penembakan tersebut, Abu Rahma berkata bahwa tembak menembak terjadi selama sekitar 45 menit dan difilmkan selama sekitar 27 menit dari waktu tersebut.[n 2] (Bagaimana film tersebut diambil menjadi bahan pertimbangan pada 2007 ketika France 2 berkata kepada mahkamah bahwa film tersebut hanya berdurasi 18 menit.) Ia mulai merekam Jamal dan Muhammad saat ia mendengar tangisan Muhammad dan melihat bahwa lutut kanan bocah tersebut tertembak.[27] Ia berkata bahwa ia merekam adegan yang berisi ayah dan putra tersebut selama sekitar enam menit.[48] Ia mengirim rekaman enam menit tersebut kepada Enderlin di Yerusalem melalui satelit.[49] Enderlin menyuntung rekaman tersebut menjadi 59 detik dan menambahkan suara:

1500 jam. Setiap hal telah memuncak di dekat pemukiman Netzarim di Jalur Gaza. Orang-orang Palestina menembaki peluru tajam, orang-orang Israel membalasnya. Paramedis, jurnalis, orang-orang yang lewat terjebak dalam tembak menembak tersebut. Disini , Jamal dan putranya Mohammed menjadi target tembakan dari pihak Israel. Mohammed berusia dua belas tahun, dan ayahnya berusaha untuk melindunginya. Ia bergerak. Tembakan lainnya meletus. Mohammed tewas dan ayahnya luka berat.[44]

Rekaman tersebut menampilkan Jamal dan Muhammad meringkuk di balik sebuah benda silinder, sang bocah berteriak dan sang ayah menenangkannya. Jamal sempat berteriak ke arah juru kamera , kemudian berteriak ke arah pos Israel. Terdapat kabut tembakan dan kamera pergi keluar fokus. Saat tembakan mereka, Jamal duduk tegak dan terluka dan Muhammad terbaring di kakinya.[2] Enderlin memotong beberapa detik terakhir dari rekaman yang menunjukkan Muhammad mengangkat tangannya dari wajahnya. Potongan tersebut menjadi dasar beberapa kontroversi terhadap film tersebut.[13]

Rekaman mentah berhenti merekam pada titik tersebut dan mulai kembali dengan orang asing yang masuk dalam sebuah ambulan.[50] (Pada titik laporan tersebut, Enderlin berkata: "Seorang polisi Palestina dan seorang supir ambulan juga kehilangan nyawa mereka dalam pertempuran tersebut.")[44] Bassam al-Bilbeisi, seorang supir ambulan yang menuju ke tempat kejadian tersebut, dikabarkan ditembak dan tewas, meninggalkan seorang janda dan 11 anak.[51] Abu Rahma berkata bahwa Muhammad mengalami pendarahan selama sekitar 17 menit sebelum sebuah ambulan membawa ayah dan putra tersebut bersamaan.[52] Ie berkata bahwa ia tidak merekamnya karena ia hanya memiliki satu baterai.[53] Abu Rahma masih berada di persimpangan tersebut selama 30-40 menit sampai ia merasa aman untuk meninggalkan tempat tersebut,[27] kemudian pergi studionya di Kota Gaza untuk mengirim rekaman tersebut ke Enderlin.[54] 59 detik dari rekaman tersebut mula-mula disiarkan di berita malam France 2 pada pukul 20:00 waktu lokal (GMT+2), setelah itu France 2 mengirim beberapa menit rekaman mentahnya ke seluruh dunia tanpa melakukan pengubahan.[55][56]

Luka-luka dan pemakaman

 
Ahli patologi yang memeriksa Muhammad memberikan gambar ini kepada seorang jurnalis pada 2009.[57]

Jamal dan Muhammad dibawa oleh ambulan ke Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza.[27] Abu Rhama menghubungi rumah sakit tersebut dan berkata bahwa tiga orang telah didatangkan di sana: seorang pengemudi mobil jip, seorang supir ambulan, dan seorang bocah, yang awalnya secara salah kaprah disebut Rami Al-Durrah.[58]

Menurut Dr. Abed El-Razeq El Masry, ahli patologi yang memeriksa Muhammed, bocah tersebut mendapatkan luka para pada bagian perutnya. Pada 2002, ia memberikan gambar-gambar post-mortem Muhammad beserta dengan kartu identifikasi namanya kepada Esther Schapira, aseorang jurnalis Jerman.[59] Schapira juga mendapatkan rekaman saat ia dibawa ke rumah sakit menggunakan tandu dari seorang jurnalis Palestina.[60][61] Pada pemakaman publik yang emosional di kamp pengungsian the Bureij, Muhammad diiring-iringi dengan bendera Palestina dan dikirim di bawah terik matahari pada hari kematiannya, mengikuti tradisi Muslim.[25][62]

Jamal mula-mula dibawa ke Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza. Dr. Ahmed Ghadeel berkata bahwa Jamal mendapatkan luka berganda dari peluru-peluru berkecepatan tinggi yang mengenai siku kanannya, paha kanannya dan bagian bawah lututnya; arteri femoralisnya terpotong.[63][64] Talal Abu Rahma mewawancarai Jamal dan dokternya di sana sambil membawa kamera sehari setelah penembakan tersebut; Dr. Ghadeel menyimpan foto-foto sinar x dari siku kanan dan panggul kanan Jamal.[n 3] Moshe Tamam, karyawan Israel Jamal, menawarkannya untuk membawanya ke rumah sakit di Tel Aviv, namun Otoritas Palestina menolak tawaran tersebut.[22][65] Sebagai gantinya, ia dipindahkan ke Pusat Pengobatan Raja Hussein di Amman, Yordania, dimana ia dikunjungi oleh Raja Abdullah.[28]:56[66][67] Jamal dikabarkan berkata kepada Tamam bahwa ia terkena sembilan peluru; ia berkata bahwa lima peluru dikeluarkan dari tubuhnya di rumah sakit di Gaza dan empat peluru di Amman.[68]

Catatan juru kamera

Enderlin menuduh bahwa IDF telah menembak bocah tersebut berdasarkan pada laporan juru kamera, Talal Abu Rahma.[3] Abu Rahma secara jelas menyebut pasukan Israel melancarkan tembakan tersebut dalam wawancara. Contohnya, ia berkata kepada The Guardian: "Mereka membersihkan kawasan tersebut. Pada saat itu, mereka melihat sang ayah. Mereka tertuju pada sang bocah, dan yang itu membuatku terkejut, ya, karena mereka menembaknya, tak hanya sekali, namun beberapa kali."[21] Abu Rahma berkata bahwa penembakan tersebut juga datang dari pos Pasukan Keamanan Nasional Palestina, namun mereka tidak menembak saat Muhammad diserang. Tembakan israel tertuju kepada pos Palestina, katanya.[27] Ia berkata kepada National Public Radio:

Aku melihat bocah tersebut terluka di lututnya, dan ayahnya membantu menolongnya. Kemudian, aku melihatnya mendapatkan luka di lengannya, sang ayah. Sang ayah meminta ambulan untuk menolongnya, karena ia pikir melihat ambulan. Ia tidak melihat ambulan ... Aku tak ingin menjauh, dari mereka [Jamal dan Muhammad] yang saling hadap hadapan selama sekitar 15 menit, 17 meter. Namun sang ayah tak berhasil mendapatkan ambulan dengan mencegat mereka. Ia memandangku dan ia berkata, "Tolong aku." Aku berkata, "Aku tidak bisa, aku tidak dapat menolongmu." Tembak-tembakan pada saat itu masih sangat keras ... Peristiwa tersebut benar-benar hujan peluru, selama lebih dari 45 menit.

Kemudian ... Aku mendengar, "bom!" Yang sebenarnya datang dari arah kabut. Aku melihat sang bocah, aku rekam bocah tersebut dalam pangkuan ayahnya, dan ayahnya benar-benar, mendapatkan luka yang sesungguhnya, dan aku sangat merinding. Aku berkata, "Ya Allah, bocah itu tewas, bocah itu tewas," Aku ketakutan, Aku kehilangan pikiranku. Saat aku rekam, bocah tersebut tewas  ... Aku sangat takut, Aku sangat tertekan, Aku menangis, dan Aku teringat anakku.... Peristiwa tersebut merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah aku alami sebagai seorang jurnalis.[46]

Abu Rahma menuduh bahwa "bocah tersebut secara sengaja dan berdarah dingin ditembak mati dan ayahnya dilukai oleh tentara Israel."[n 4] Tuduhan tersebut diserahkan kepada Pusat Palestina untuk Hak Asasi Manusia di Gaza dan ditandatangani oleh sang juru kamera di bawah naungan Raji Sourani, seorang pengacara HAM.[27] Direktur komunikasi France 2, Christine Delavennat, berkata pada 2008 bahwa Abu Rahma menyangkal tuduhan tentara Israel menembaki bocah tersebut secara berdarah dingin, bahwa pernyataan tersebut telah secara salah diatributkan kepadanya.[55]

Tanggapan awal Israel

 
Isaac Herzog

Posisi IDF berubah sepanjang waktu, dari mengambil tanggung jawab pada 2000 sampai mencabut pengakuan pada 2005.[7] Tanggapan pertama IDF, saat Enderlin mengkontak mereka sebelum ia menyiarkannya, menyatakan bahwa orang-orang Palestina "menggunakan kepolosan wanita dan anak-anak," sehingga ia memutuskan untuk tidak menyiarkannya.[69]

Pada 3 Oktober 2000, kepala operasi IDF, Mayor-Jenderal Giora Eiland, berkata bahwa sebuah penyelidikan dalam membuktikan bahwa tembakan tersebut dikeluarkan oleh para prajurit Israel.[6] Para prajurit tersebut, pada saat tembak menembak, telah menembak dari celah-celah kecil di tembok pos mereka; Jenderal Yom-Tov Samia, kepala Komando Selatan IDF pada waktu itu berkata bahwa mereka tidak benar-benar menjalankan visi dengan jernih, dan telah menembak ke arah yang mereka yakini tembakan tersebut datang.[13] Eiland mengeluarkan pernyataan minta maaf: "Ini adalah sebuah insiden mematikan, sebuah peristiwa yang kami perlu minta maaf untuk semuanya."[6]

Tentara-tentara Israel berusaha berbicara dengan para komandan Palestina selama berjam-jam, menurut Sekretaris Kabinet Israel, Isaac Herzog; ia menambahkan bahwa pasukan keamanan Palestina memutuskan untuk berhenti melakukan penembakan.[70]

Kontroversi

Ikhtisar

 
Penyunting berita France 2, Arlette Chabot, berkata bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui siapa yang menembaknya.[8]

Tiga penjelasan umum muncul setelah penembakan tersebut. Pandangan awal menyebut penembak Israel telah menewaskan bocah tersebut dalam posisi dimana penembak Palestina nampaknya berada, karena arah tembakan. Pandangan tersebut dikeluarkan pada 2005 oleh Denis Jeambar, ketua penyunting L'Express, dan Daniel Leconte, seorang mantan koresponden France 2, yang menonton rekaman mentahnya.[71] Sebuah sudut pandang ketiga, yang dipegang oleh Arlette Chabot, penyunting berita France 2, menyatakan bahwa tidak ada satupun orang yang mengetahui siapa yang menembaknya.[8]

Posisi keempat dan minoritas yang terdapat pada adegan tersebut dibuat oleh para pengunjuk rasa Palestina untuk menampilkan seorang martir cilik atau setidaknya nampak demikian.[8][72][73] Peristiwa tersebut dikenal oleh orang-orang yang mengikuti kasus tersebut sebagai pandangan yang "dibesar-besarkan", yang bertentangan dengan pandangan yang "dikecil-kecilkan" yang memandang bahwa tembakan tersebut mungkin tak ditembakkan oleh IDF.[13][74] Pandangan yang dibesar-besarkan menyatakan bahwa pasangan anak dan anak al-Durrah tidak ditembak dan Muhammad tidak mati, atau bahwa ia dibunuh secara sengaja oleh tentara Palestina.[13][75][76][77]

Pandangan bahwa adegan tersebut merupakan sebuah hoax media berasal dari sudut pandang penyelidikan pemerintah Israel pada November 2000.[13] Pandangan tersebut panling disuarakan oleh Stéphane Juffa, ketua penyunting Metula News Agency (Mena), sebuah perusahaan Perancis-Israel;[78] Luc Rosenzweig, mantan ketua penyunting Le Monde dan kontributor Mena;[79] Richard Landes, seorang sejarawan Amerika yang ikut terlibat setelah Enderlin menampilkan rekaman mentahnya saat berkunjung ke Yerusalem pada 2003;[80][81] dan Philippe Karsenty, pendiri situs pengamat media Perancis, Media-Ratings.[82] Pandangan tersebut juga didukung oleh Gérard Huber, seorang psikoanalis Perancis, dan Pierre-André Taguieff, seorang filsuf Perancis yang mengkhususkan diri dalam antisemitisme, yang keduanya menulis buku tentang peristiwa tersebut.[83][84] Pandangan hoax meraih dukungan tambahan pada 2003 dari laporan pemerintah Israel kedua, laporan Kuperwasser.[85][86] Beberapa komentator menganggap peristiwa tersebut sebagai teori konspirasi sayap kanan dan kampanye kotor.[4][87][88][89]

Masalah penting

Masalah-masalah pentingnya meliputi bagaimana rekaman tersebut direkam; bahwa rekaman tersebut diblur saat Jamal dan Muhammad diserang; bahwa France 2 memotong beberapa detik dimana bocah tersebut bergerak; dan bahwa kameramen berhenti merekam pada titik tersebut. Disamping keberadaan dari kru-kru kamera dari (setidaknya) France 2, Associated Press dan Reuters, tak ada rekaman dari sekitar 17 menit Jamal dan Muhammad yang sedang menunggu ambulan atau mencegat kendaraan.[90] Tidak ada rekaman kematian supir ambulan pertama, Bassam al-Bilbeisi, yang dikabarkan tertembak saat ia berjalan menuju ke arah mereka.

Beberapa komentator mempertanyakan kapan waktu penembakan tersebut terjadi; kapal waktu Muhammad datang ke rumah sakit; kenapa terdapat sedikit darah di tanah saat mereka tertembak; dan bagaimana peluru-peluru tersebut terkumpul.[13] Beberapa menuduh bahwa, dalam adegan lainnya pada rekaman mentah, peristiwa tersebut jelas-jelas adalah para pemprotes yang sedang bermain akting.[13] Seorang dokter berkata bahwa bekas luka Jamal tidak berasal dari luka peluru, namun berasal dari cedera yang ia dapatkan pada awal 1990an.[23]

Tidak ada penyelidikan kejahatan.[39] Kepolisian Palestina mengijinkan para jurnalis untuk memfoto tempat kejadian pada hari berikutnya, namun mereka tidak mengumpulkan bukti forensik. Menurut seorang jenderal Palestina, tidak ada penyelidikan dari pihak palestina karena mereka tidak ragu terhadap pernyataan bahwa tentara Israel telah menewaskan bocah tersebut.[91] Jenderal Yom Tov Samia dari IDF berkata bahwa keberadaan para pemprotes membuat tentara Israel tidak dapat berkutik dan mengambil foto kejadian tersebut.[92] Meningkatnya kekerasan di persimpangan tersebut menjebak para pemukim Nezarim, sehingga IDF mengevakuasi mereka, dan seminggu setelah penembakan tersebut, ledakan terjadi pada jarak 500 meter dari pos Israel, sehingga menghancurkan tempat kejadian tersebut.[93]

Seorang ahli patologi memeriksa jenazah bocah tersebut, namun tidak melakukan otopsi penuh.[39][59] Tifak jelas apakah peluru-peluru dikumpulkan dari tempat kejadian atau dari Jamal dan Muhammad.[39] Pada 2002, Abu Rahma berkata kepada Esther Schapira bahwa ia tidak mengumpulkan peluru-peluru dari tempat kejadian, dengan berkata: "Kami memiliki beberapa rahasia untuk diri kami sendiri. Kami tak dapat memberikannya ... segala hal."[94] Menurut Jamal al-Durrah, lima peluru keluarkan dari tubuhnya oleh para dokter di Gaza dan empat peluru di Amman.[68] Pada 2013, ia berkata: "Peluru-peluru yang tentara Israel tembakkan mengarah ke Otoritas Palestina."[11]

Rekaman

Kapan rekaman tersebut ditampilkan

Pertanyaan berkembang tentang bagaimana rekaman tersebut ada dan kapan rekaman tersebut menampilkan bocah tersebut tewas. Abu Rahma berkata bahwa aduk tembak tersebut terjadi selama 45 menit dan ia merekam sekitar 27 menit dari kejadian tersebut.[27][95] Doreen Carvajal dari International Herald Tribune berkata pada 2005 bahwa France 2 telah menunjukkan "rekaman 27 menit asli dari insiden tersebut" kepada surat kabar tersebut.[n 5] Saat Majelis Banding Paris meminta untuk ditunjukkan seluruh rekaman pada 2007, saat kasus fitnah France 2 melawan Philippe Karsenty, France 2 memberikan mahkamah tersebut dengan 18 menit dari rekaman tersebut, dengan berkata bahwa sisanya dihancurkan karena bukanlah tentang penembakan tersebut.[96] Enderlin saat ikut berkata bahwa hanya 18 menit dari rekaman tersebut yang menunjukkan penembakan.[97]

Menurut Abu Rahma, enam menit dari rekamannya berfokus pada al-Durrah.[48] France 2 menyiarkan 59 detik dari adegan tersebut dan merilis beberapa detik lainnya dari rekaman tersebut. Tidak ada bagian rekaman yang menunjukkan bocah tersebut tewas.[69] Enderlin memotong beberapa detik terakhir saat Muhammad nampak mengangkat tangannya dari wajahnya.[13][98] Enderlin berkata bahwa ia memotong adegan tersebut agar sejalan dengan kode etis France 2, karena adegan tersebut menunjukkan bocah tersebut dalam keadaan mati sekarat ("agonie"), yang ia katakan "tak tertahankan" ("J'ai coupé l'agonie de l'enfant. C'était insupportable ... Cela n'aurait rien apporté de plus).[71][n 6][74] Pada 2007, ia berkata bahwa ia menggunakan kata agony, bukan agonie. Jika ia menyunting rekaman tersebut kembali, ia berkata pada 2005, ia akan memasukkan adegan tersebut.[n 7]

Kenapa rekaman tersebut berhenti saat direkam

Masalah lainnya adalah kenapa France 2, Associated Press dan Reuters tidak merekan adegan secara langsung setelah penambakan, termasuk kematian supir ambulan yang tertembak saat datang menuju ke Jamal dan Muhammad. Rekaman Abu Rahma sempat berhenti setelah penembakan ayah dan putra tersebut, kemudian dimulai kembali—dari posisi yang sama, dengan sebuah minibus putih dimana Abu Rhama nampak berdiri saat adu tembak tersebut—sementara orang-orang lainnya masuk ke dalam sebuah ambulan.[50]

Abu Rahma berkata bahwa Muhammad mengalami pendarahan selama sekitar 17 menit sebelum sebuah ambulan membawa Jamal dan Muhammad bersamaan,[52] namun ia tidak merekamnya. Saat Esther Schapira bertanya kenapa, ia menjawab: "Karena saat ambulan tersebut datang tempat tersebut ditutup, kau tau?"[100] Saat ditanya kenapa ia tidak merekam ambulan yang datang dan pergi, ia menjawab bahwa ia hanya memiliki satu baterai.[53] Enderlin dikabarkan berkata kepada Mahkamah Banding Paris bahwa Abu Rahma mengganti baterai pada saat itu.[101] Enderlin menulis pada 2008 bahwa "rekaman yang direkam oleh seorang juru kamera pada saat abu tembak tidak menggunakan kameran yang sama dengan yang ada di pasar swalayan." Abu Rahma "merekam apa yang boleh diambil."[102]

Pandangan para jurnalis Perancis terhadap rekaman tersebut

 
Denis Jeambar

Pada Oktober 2004, France 2 mengijinkan tiga jurnalis Perancis untuk menyaksikan rekaman mentahnya—Denis Jeambar, ketua penyunting L'Express; Daniel Leconte, mantan koresponden France 2 dan kepala dokumenter berita di Arte, sebuah jaringan televisi yang dijalankan negara; dan Luc Rosenzweig, mantan ketua penyunting Le Monde.[4] Mereka juga meminta untuk berbicara dengan juru kamera, yang berada di Paris pada wkatu itu, namun France 2 berkata kepada mereka bahwa ia tak dapat berbicara dalam bahasa Perancis dan bahasa Inggrisnya tak terlalu baik.[103]

Jeambar dan Leconte menulis sebuah laporan tentang pengamatan tersebut untuk Le Figaro pada Januari 2005. Tidak ada adegan yang menunjukkan bahwa bocah tersebut tewas, tulis mereka. Mereka menyangkal bahwa adegan tersebut ditunjukkan, namun saat ada suara Enderlin yang mengatakan bahwa Muhammad tewas, Enderlin berkata "tidak mungkin menentukan bahwa ia pada kenyataannya tewas, dapalagi ia ditambak oleh prajurit IDF." Mereka berkata bahwa rekaman tersebut tidak menunjukkan bocah tersebut mati sekarat: "Keberadaan 'agonie' yang Enderlin tampilkan yang dipotong dari rekaman tersebut tidak ada."[8][71]

Beberapa menit dari rekaman tersebut memperlihatkan orang-orang Palestina sedang bermain perang sambil disorot kamera, mereka tulis, jatuh seperti terluka, kemudian bangun dan berjalan menjauh.[71] Pihak France 2 berkata kepada mereka, "Kau tau, hal tersebut selalu seperti itu," sebuah komentar yang Leconte katakan ia temukan mengganggu yang diberikan terhadap kontroversi tersebut. Christine Delavennat, direktur komunikasi France 2, berkata bahwa tidak ada adegan dalam rekaman tersebut yang dibesar-besarkan.[55] Jeambar dan Leconte menuduh bahwa tembakan datang dari pihak Palestina, yang memberikan trayektor peluru.[71] Leconte berkata dalam sebuah wawancara: "Jika peluru-peluru tersebut adalah peluru Israel, peluru tersebut akan menjadi peluru yang sangat aneh karena peluru-peluru tersebut berada pada sekitaran sudut tersebut." Ia menampik pernyataan France 2 yang menyatakan bahwa peluru-peluru tersebut menyerang bocah tersebut saat telah terbaring ke tanah. "Peristiwa tersebut bisa saja terjadi, namun harus ada delapan atau sembilan peluru di antaranya, yang pergi ke sekitaran sebuah sudut? Mereka harus menyatakan suatu hal."[55]

Gagasan penulisan tentang rekaman mentah tersebut dibuat oleh Luc Rosenzweig; ia awalnya menawarkan sebuah cerita tentang peristiwa tersebut kepada L'Express, tentang bagaimana Jeambar (penyunting L'Express) menjadi terlibat.[103] Namun Jeambar dan Leconte mengakhiri keputusan mereka sendiri dari Rosenzweig. Ia terlibat dengan Agensi Berita Metula Israel-Perancis (yang dikenal sebagai Mena), yang menekankan pandangan bahwa adegan tersebut adalah palsu.[8][71] Rosenzweig kemudian menyebutnya "sebuah kejahatan media yang hampir sempurna."[72] Saat Jeambar dan Leconte menuliskan laporan mereka tentang rekaman mentah tersebut, mereka awalnya menawarkannya kepada Le Monde, bukan Le Figaro, namun Le Monde menolak untuk menerbitkannya karena Mena telah terlibat pada kasus masa sebelumnya. Jeambar dan Leconte membuat penjelasan dalam Le Figaro bahwa mereka bukan mengira-ngira saat membuat hipotesis:

Kepada orang-orang, seperti Mena, yang berusaha menggunakan rekaman tersebut untuk mendukung teori bahwa kematian anak tersebut dilakukan oleh tentara Palestina, kita berkata bahwa mereka telah salah kaprah beserta dengan para pembaca mereka. Tak hanya tidak berbagi sudut pandang, namun mereka menunjukkan bahwa, yang memberikan kami kehadiran pengetahuan dari kasus tersebut, tidak ada dukungan terhadap tuduhan tersebut. Pada kenyataannya, pembelaan tersebut adalah benar."[n 8]

Tanggapan Enderlin

Enderlin memberikan respon kepada Leconte dan Jeambar pada Januari 2005 dalam Le Figaro. Ia berterima kasih kepada mereka karena telah menyangkali adegan yang telah dilebih-lebihkan tersebut. Ia mengabarkan bahwa tembakan tersebut dikeluarkan oleh tentara Israel karena, ia tulis, ia mempercayai sang juru kamera, yang telah bekerja untuk France 2 sejak 1988. Berhari-hari setelah penembakan tersebut, saksi mata lainnya, termasuk jurnalis lainnya, menawarkan beberapa konfirmasi, katanya. Ia menambahkan bahwa tentara Israel tidak menjawabtawaran France 2 untuk bekerja sama dengan penyelidikan mereka.[3]

Alasan lainnya yang ia berikan terhadap penembakan tersebut kepada Israel, ia tulis bahwa "gambar tersebut menampilkan kenyataan keadaan tak hanya di Gaza namun juga di Tepi Barat." Mengutip Ben Kaspi dari surat kabar Israel Maariv, ia menyatakan bahwa, pada bulan pertama Intifada kedua, IDF menembakki sejuta amunisi—700,000 di Tepi Barat dan 300,000 di Gaza; dari 29 September sampai akhir Oktober 2000, 118 orang Palestina tewas, termasuk 33 orang yang masih di bawah usia 18 tahun, berbanding dengan 11 orang dewasa Israel yang tewas pada periode yang sama.[3]

Penyidikan Israel

2000: Laporan Shahaf

 
Mayor Jenderal Yom Tov Samia

Mayor Jenedral Yom Tov Samia, komandan selatan IDF, melakukan sebuah penyidikan setelah penembakan tersebut.[104] Menurut James Fallows, para komentator Israel mempertanyakan apakah tindakan tersebut sah dilakukan; Haaretz menyebutnya "hampir sebuah tindakan bajakan."[13] Sebuah tim dipimpin oleh Nahum Shahaf, seorang dokter, dan Joseph Doriel, seorang teknisi, yang keduanya terlibat dalam teori konspirasi pembunuhan Yitzhak Rabin.[104][105] Penyelidik lainnya meliputi Meir Danino, kepala ilmuwan di Elisra Systems; Bernie Schechter, seorang pakar balistik, yang awalnya terlibat dalam laboratorium identifikasi kejahatan kepolisian Israel; dan Kepala Tinggi Elliot Springer, yang juga berasal dari laboratorium identifikasi kejahatan. Daftar nama lengkapnya tak pernah dirilis.[69]

Shahaf dan Doriel membangun model tembok, drum dan pos IDF, dan berusaha untuk mereka ulang penembakan tersebut. Tanda pada drum tersebut berasal dari Biro Standar Israel yang membolehkan mereka untuk menentukan ukuran dan komposisinya. Mereka berkesimpulan bahwa tembakan tersebut datang dari posisi di belakang juru kamera France 2, dimana polisi Palestina dituduh berdiri disana.[13]

Litigasi Philippe Karsenty

2006: Enderlin-France 2 v. Karsenty

 
Philippe Karsenty mengeluarkan gugatan fitnah.

Dalam menanggapi penyiaran rekaman tersebut, Enderlin dan France 2 mendapatkan tiga gugatan fitnah pada 2004 dan 2005.[106] Gugatan yang paling terkenal adalah melawan Philippe Karsenty, yang menjalankan sebuah badan pengamat media, Media-Ratings.[n 9] Ia menerbitkan sebuah analisis dari rekaman tersebut di situs webnya pada November 2004, berdasarkan pada karya dari Agensi Berita Metula Perancis-Israel, yang menuduh bahwa adegan penembakan tersebut dipalsukan, karena beberapa adegan menunjukan para pemprotes yang ditampilkan terluka.[80] France 2 dan Enderlin mengeluarkan sebuah pembelaan dua hari kemudian.[107]:00:03:05

Kasus dimulai pada September 2006. Enderlin menghadirkan sebuah bukti surat Februari 2004 dari Jacques Chirac, presiden Perancis pada waktu itu, yang mengatakan tentang integritas Enderlin.[31] Mahkamah menerima komplan pada 19 Oktober 2006, yang menggugat Karsenty agar membayar denda sebesar €1,000 dan memberikan ganti rugi sebesar €3,000.[4] Ia mengajukan banding pada hari tersebut.[107]:00:03:45

2007: Karsenty v. Enderlin-France 2

Pengadilan banding pertama dibuka pada September 2007 di Mahkamah Banding Paris, yang diikuti panel tiga hakim yang dipimpin oleh Hakim Laurence Trébucq.[108] Pengadilan meminta France 2 agar memberikan 27 menit rekaman mentah dari rekaman yang dikatakan telah ia rekam, untuk ditampilkan saat penayangan publik. France 2 memberikan 18 menit dari rekaman tersebut; Enderlin berkata bahwa hanya 18 menit yang direkam.[97]

 
Pengadilan banding diadakan di Palais de Justice.

Pada saat pemutaran, mahkamah melihat bahwa Muhammad mengangkat tangannya ke atas kepalannya dan menggerakkan lututnya setelah juru kameran berkata bahwa ia tewas, dan tidak ada darah di bajunya.[97] Enderlin berpendapat bahwa juru kamera tidak berkata bahwa bocah tersebut tewas, namun ia sekarat.[2] Sebuah laporan disiapkan untuk pengadilan oleh Jean-Claude Schlinger, seorang pakar balistik yang dimajukan oleh Karsenty, berkata bahwa tembakan datang dari pihak Israel, Muhammad hanay terserang lutuy bawahnya.[36]:60[95]

Pengacara France 2, Francis Szpiner, konsel untuk mantan Presiden Perancis Jacques Chirac, menyebut bahwa Karsenty adalah "seorang Yahudi yang membayar seorang Yahudi kedua untuk membayar seorang Yahudi ketiga untuk bertarung melawan jatuhnya darah Israel yang terakhir," membandingkannya dengan pakar teori konspirasi 9/11 Thierry Meyssan dan penyangkal Holocaust Robert Faurisson. Karsenty melayangkannya ke Enderlin, Szpiner berkata, karena Enderlin menyoroti Timur Tengah.[108]

Para hakim mengeluarkan keputusan 13 halaman terhadap pengadilan melawan Karsenty pada Mei 2008.[109] Mereka menyatakan bahwa ia memberikan kepercayaan baik dalam haknya untuk mengiritik dan tampil pada pengadilan tersebut menggunakan "badan bukti koheren."[4][110] Pengadilan menyatakan ketidakkonsistenan pernyuataan Enderlin dan berkata bahwa pernyataan juru kamera tidaklah "bersifat kredibel dalam hal bentuk atau konten."[4][108] Terdapat penggilan untuk penyidikan publik dari sejarawan Élie Barnavi, seorang mantan duta besar Israel untuk Perancis, dan Richard Prasquier, presiden Conseil Représentatif des Institutions juives de France.[111][112][113] Le Nouvel Observateur yang berpaham sayap kiri memulai sebuah petisi dalam mendukung Enderlin yang ditandatangani oleh 300 penulis Perancis dan menuduh Karsenty melakukan kampanye kotor selama tujuh tahun.[4]

2013: Pengadilan fitnah

France 2 juga digugat Mahkamah Kasasi (mahkamah tinggi). Pada Februari 2012, muncul keputusan untuk mengadakan pengadilan banding,[114] yang memerintahkan agar mahkamah tersebut tidak meminta France 2 untuk menyediakan rekaman mentah.[115][116] Kasus tersebut dikirim kembali ke mahkamah bading, yang menyelesaikan gugatan fitnah Karsenty pada 2013 dan memberikannya €7,000.[9][114]

Dampak rekaman

 
Place de l'enfant martyr de Palestine, Bamako, Mali

Rekaman Muhammad berbanding dengan gambar ikonik anak-anak di bawah serangan lainnya: bocah di ghetto Warsawa (1943), gadis Vietnam yang terkena air keras (1972), dan pemadam kebakaran yang menggendong seorang bayi sekarat di Oklahoma (1995).[22] Catherine Nay, seorang jurnalis Perancis, berpendapat bahwa kematian Muhammad "menggeser bocah Yahudi yang mengangkat tangannya ke udara di samping SS di Ghetto Warsawa."[117]

Anak-anak Palestina menjadi terganggu dengan penyiaran rekaman tersebut secara berulang, menutu seorang terapis di Gaza, dan adegan ulang dilakukan di taman-taman bermain.[118] Negara-negara Arab mengeluarkan perangko pos yang mencantumkan gambar tersebut. Taman-taman dan jalan-jalan dinamai Muhammad, dan Osama bin Laden menyebutnya dalam sebuah "peringatan" kepada Presiden George Bush setelah 9/11.[119] Gambar tersebut dituduh memicu insiden Ramallah 2000 dan membangkitkan antisemitisme di Perancis.[113] Salah satu gambar terlihat di latar belakang saat jurnalis Daniel Pearl, seorang Yahudi Amerika, dipenggal oleh al-Qaeda pada Februari 2002.[13]

Kalangan Yahudi dan Israel, termasuk pemerintah Israel pada 2013, mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa peristiwa prajurit IDF menewaskan seorang bocah sebagai sebuah "fitnah darah", sebuah rujukan kepada tuduhan berabad-abad yang menyatakan bahwa Yahudi mempersembahkan anak-anak Kristen untuk darah mereka.[74][120] Perbandingan dibuat dengan urusan Dreyfus 1894, saat seorang kapten angkatan darat Yahudi Perancis dituduh melakukan pengkhianatan berdasarkan pada sebuah fitnah.[121][122] Dalam pandangan Charles Enderlin, kontroversi tersebut merupakan sebuah kampanye kotor menggunakan sebuah rekaman yang datang dari wilayah pendudukan Palestina.[123] Doreen Carvjal menulis dalam The New York Times bahwa rekaman tersebut adalah "sebuah prisma kebudayaan, dengan para penonton melihat apa yang mereka ingin saksikan."[8]

Catatan

  1. ^ Laporan Mitchell Mei 2001 menyatakan tentang sebab kekerasan tersebut: "Peristiwa tersebut bukanlah dasar yang menyebabkan rencana yang dilakukan oleh Otoritas Palestina untuk melakukan kampanye kekerasan pada kesempatan pertama; atau sebuah rencana yang dilakukan oleh Pemerintah Israel untuk menanggapi dengan pasukan mematikan. ... Kunjungan Sharon tidak menyebabkan 'Intifada Al-Aqsa.' Namun waktu yang kurang baik dan efek provokatif yang menjadi alasannya ..."[18]
  2. ^ Talal Abu Rahma, 3 Oktober 2000: "Aku menjalani sekitar 27 menit untuk memfoto insiden tersebut yang terjadi selama 45 menit. ... Tembak menembak mula-mula dimulai dari sumber-sumber yang berbeda, Israel dan Palestina. Peristiwa tertembak tersebut terjadi tak lebih dari 5 menit. Kemudian, aku menyatari bahwa tembakan yang mengarah ke bocah Mohammed dan ayahnya berasal dari arah yang berlawanan dari mereka. Tembakan intensif dan beruntut mengarah dari dua pos Pasukan Keamanan Nasional Palestina. Pos Palestina bukanlah sumber tembakan, karena tembakan dari dalam pso tersebut berhenti setelah lima menit pertama, dan bocah dan ayahnya tersebut tidak terluka pada waktu itu. Terluka dan terbunuh terjadi pada 45 menit setelahnya."[27]
  3. ^ Talal Abu Rahma, 3 Oktober 2000: "Sehari setelah insiden tersebut, Aku datang ke Rumsah Sakit Shifa di Gaza, dan mewawancarai ayah dari sang bocah Mohammed Al-Durreh. Wawancara tersebut direkam dan disiarkan. Dalam wawancara tersebut, aku berkata tentang alasannya dan keadaan di tempat insiden tersebut. Aku adalah jurnalis pertama yang mewawancarainya terkait subyek tersebut. Tuan Jamal al-Durrah berkata bahwa ia akan pergi bersama dengan putranya Mohammed ke pasar mobil, yang berjarak sekitar 2km jauhnya dari utara Persimpangan Al-Shohada, untuk membeli mobil. Ia berkata kepadaku bahwa ia gagal membeli mobil sehingga memutuskan untuk kembali ke rumah. Ia dan putranya menumpang sebuah taksi. Saat mereka mendekati persimpangan tersebut, mereka dilarang bergerak lebih jauh karena ada pertikaian dan penembakan disana. Sehingga, mereka keluar dari teksit ersebut dan berusaha berjalan menuju Al-Bureij. Saat penembakan memuncak, mereka berlindung di balik sebuah blok. Kemudian insiden tersebut terjadi. Penembakan berlangsung selama 45 menit."[27]
  4. ^ Talal Abu Rahma, 3 Oktober 2000: "Aku dapat berkata bahwa penembakan sang bocah Mohammed dan ayahnya Jamal datang dari pos militer Israel seperti yang telah disebutkan di atas, karena tempat tersebut merupakan satu-satunya tempat yang memungkinkan asal tembakan yang mengarah ke bocah tersebut dan ayahnya. Sehingga, secara nalar dan alamiah, pengalaman panjangku dalam menyoroti insiden panas dan pertikaian kekerasan, dan kemampuanku untuk membebdakan suara tembakan, Aku dapat berkesimpulan bahwa bocah tersebut secara sengaja dan berdarah dingin ditembak mati dan ayahnya dilukai oleh tentara Israel."[27]
  5. ^ "Sesuai dengan pertanyaan yang berkembang, beberapa eksekutif France 2 secara pribadi mengadakan komunikasi dengan saluran tersebut. Pada minggu terakhir mereka menunjukkan rekaman 27 menit asli dari insiden tersebut kepada The International Herald Tribune, yang juga meliputi adegan terpisah dari para pemuda melempari batu."[8]
  6. ^ Charles Enderlin, The Atlantic, September 2003: "James Fallows menulis, 'Rekaman dari penembakan tersebut ... yang mengilustrasikan cara televisi mengubah kenyataan, dan yang paling penting, 'France 2 atau kameramennya memiliki rekaman yang ia putuskan untuk tidak dirilis.' Kamit dak mengubah kenyataan. Namun sejak beberapa bagian adegan tak tertahankan, France 2 memotong beberapa dekat dari adegan tersebut, sesuai dengan kode etis kami ."[99]
  7. ^ Eva Cahen, CNS News, 15 February 2015: "Namun, dalam sebuah diskusi online untuk majalah berita Le Nouvel Observateur pada 10 Februari, Enderlin Feb. 10, Enderlin ditanyai bagaimana ia mendeskripsikan gambar-gambar pada video yang sama pada saat ini. Ia menjawab bahwa ia akan berkata hal yang sama, namun dalam proses penyuntingan, ia akan memasukkan rekaman 'bocah sekarat,' yang menimbulkan pertanyaan lagi tentang klaim sebelumnya. Pada penyuntingan pertama, Enderlin berkata, video yang dipertanyakan tersebut 'memotong bagian tersebut pada waktu itu karena bagain tersebut membuat laporan tersebut menjadi sangat sulit.'"[55]
  8. ^ Denis Jeambar dan Daniel Leconte, Le Figaro, Januari 2005: "A ceux qui, comme la Mena, ont voulu nous instrumentaliser pour étayer la thèse de la mise en scène de la mort de l'enfant par des Palestiniens, nous disons qu'ils nous trompent et qu'ils trompent leurs lecteurs. Non seulement nous ne partageons pas ce point de vue, mais nous affirmons qu'en l'état actuel de notre connaissance du dossier, rien ne permet de l'affirmer, bien au contraire."[71]
  9. ^ Pada kasus kedua, yang melawan Pierre Lurçat dari Liga Pertahanan Yahudi, menggugatnya secara teknis. Yang Ketiga, melawan Dr. Charles Gouz, yang menerbitkan kembali sebuah artikel yang France 2 kritik, dihasilkan dalam "peradilan mitigasi" karena ia memposting kata "informasi fitnah".

Referensi

Catatan

  1. ^ a b "Talal Abu Rahma", Rory Peck Awards, 2001.
  2. ^ a b c "French court examines footage of Mohammad al-Dura's death", Haaretz, 16 May 2007.
  3. ^ a b c d e (Prancis) Charles Enderlin, "Non à la censure à la source," Le Figaro, 27 January 2005 (courtesy link).
  4. ^ a b c d e f g h i j Anne-Elisabeth Moutet, "L'Affaire Enderlin", The Weekly Standard, 7 July 2008.
  5. ^ David Cook, Martyrdom in Islam, Cambridge University Press, 2007, 155–156.
  6. ^ a b c "Israel 'sorry' for killing boy", BBC News, 3 October 2000.
  7. ^ a b Daniel Seaman, "We did not abandon Philippe Karsenty", The Jerusalem Post, 25 June 2008.
  8. ^ a b c d e f g h i j Doreen Carvajal, "Photo of Palestinian Boy Kindles Debate in France", The New York Times, 7 February 2005.
  9. ^ a b "Media analyst convicted over France-2 Palestinian boy footage", Associated Press, 26 June 2013.
  10. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Mackey20May2013
  11. ^ a b Jack Koury, "Mohammed al-Dura's Father Calls for International Probe Into Whether IDF Killed His Son", Haaretz, 20 May 2013.
  12. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Sherwood20May2013
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o James Fallows, "Who shot Mohammed al-Durra?", The Atlantic, June 2003.
  14. ^ a b (Prancis) Pierre Haski, "«Un enfant est mort»: Charles Enderlin défend son honneur", L'Obs, 29 September 2010.
  15. ^ Gal Beckerman, "The Unpeaceful Rest of Mohammed Al-Dura", Columbia Journalism Review, 3 October 2007.
  16. ^ "Palestinians And Israelis In a Clash At Holy Site", The New York Times, 28 September 2000.
  17. ^ "Violence engulfs West Bank and Gaza", BBC News, 30 September 2000.
  18. ^ Report on the start of the Second Intifada, Laporan Mitchell, 2001.
  19. ^ "Intifada toll 2000-2005", BBC News, 8 February 2005.
  20. ^ a b "Israeli settler convoy bombed in Gaza, three injured", CNN, 27 September 2000.
  21. ^ a b c Suzanne Goldenberg, "Making of a martyr", The Guardian, 3 October 2000.
  22. ^ a b c d Helen Schary Motro, "Living among the headlines", Salon, 7 October 2000.
  23. ^ a b c Doha Shams, "Still Seeking Justice for Muhammad al-Durrah", Al-Akhbar, 2 May 2012.
  24. ^ Hazem Balousha, "Durrah's Father: My Son Is Dead", Al-Monitor, 22 May 2013.
  25. ^ a b William A. Orme, "Muhammad al-Durrah: A Young Symbol of Mideast Violence", The New York Times, 2 October 2000.
  26. ^ "Strike call after Jerusalem bloodshed", BBC News, 30 September 2000.
  27. ^ a b c d e f g h i j k l Talal Abu Rahma, "Statement under oath by a photographer of France 2 Television", Palestinian Centre for Human Rights, 3 October 2000.
  28. ^ a b Helen Schary Motro, Maneuvering Between the Headlines: An American Lives Through the Intifada, Other Press, 2005.
  29. ^ (Prancis) Mustapha Kessous, "Charles Enderlin, conteur averti du Proche-Orient", Le Monde, 30 January 2016.
  30. ^ (Prancis) Michael Bloch, "Charles Enderlin prend sa retraite après 30 ans en Israël: 'Il n'y aura pas deux Etats'", Le Journal du Dimanche, 24 July 2015.
  31. ^ a b (Prancis) Letter from Jacques Chirac to Charles Enderlin, 25 February 2004 (courtesy of Media Ratings France).
  32. ^ (Prancis) "Charles Enderlin décoré de la Légion d'honneur", France 2, 12 August 2009.
  33. ^ a b c d e f g (Prancis) Élisabeth Schemla, "Un entretien exclusif avec Charles Enderlin, deux ans après la mort en direct de Mohamed Al-Dura à Gaza", Proche-Orient.info, 1 October 2002.
  34. ^ For Enderlin's children being threatened: Bob Garfield, Deborah Campbell, "Images of Mohammed al-Durrah", On the Media, WNYC Radio, 22 December 2001 (transcript, archived).
  35. ^ (Prancis) Gérard Grizbec, "Affaire al-Dura: Gérard Grizbec réagit à la contribution de Pierre-André Taguieef", Le Meilleur des mondes, October 2008.
  36. ^ a b (Prancis) Jean-Claude Schlinger, "Ballistics report prepared for Karsenty", 19 February 2008.
  37. ^ Netty C. Gross, "Split Screen", The Jerusalem Report, 21 April 2003.
  38. ^ Arieh O'Sullivan, "Southern Command decorates soldiers, units", Jerusalem Post, 6 June 2001.
  39. ^ a b c d Tom Segev, "Who killed Mohammed al-Dura?", Haaretz, 22 March 2002.
  40. ^ Diagram attached to Talal Abu Rahma's affidavit, 3 October 2000.
  41. ^ Shapira 2002, 00:36:52:00.
  42. ^ Ed O'Loughlin, "Battle rages over fateful footage", The Age, 6 October 2007, 2.
  43. ^ a b Templat:Icon de Esther Schapira, Drei Kugeln und ein totes Kind: Wer erschoss Mohammed Al-Dura?, ARD, 18 March 2002, from 00:19:00:00 (interview with Jamal al-Durrah).
  44. ^ a b c (Prancis) Charles Enderlin, "La mort de Mohammed al Dura", France 2, 30 September 2000 (alternate link).
  45. ^ a b (Jerman) with English subtitles. Esther Schapira, Georg M. Hafner, Das Kind, der Tod und die Wahrheit, Hessischer Rundfunk, 4 March 2009, 00:09:47:05, courtesy of Vimeo . On YouTube (without subtitles): 1/5, 2/5, 3/5, 4/5, 5/5.
  46. ^ a b "Shooting to Shooting", National Public Radio, 1 October 2000.
  47. ^ Final few seconds cut by France 2, courtesy of YouTube.
  48. ^ a b Schapira and Hafner 2009, 00:10:39:24.
  49. ^ Schapiro 2002, 00:19:45:00.
  50. ^ a b Schapira and Hafner 2009, 00:13:12:19.
  51. ^ Suzanne Goldenberg, "The war of the children", The Guardian, 27 September 2001.
  52. ^ a b Schapira and Hafner 2009, 00:14:13:21.
  53. ^ a b Schapira and Hafner 2009, 00:14:01:09.
  54. ^ Schapira 2002, 00:19:25:00.
  55. ^ a b c d e Eva Cahen, "French TV Sticks by Story That Fueled Palestinian Intifada", Cybercast News Service, 15 February 2005.
  56. ^ Schapira 2002, 00:20:55:00.
  57. ^ Schapira and Hafner 2009, 00:39:39:02.
  58. ^ Schapira and Hafner 2009, 00:42:35:03 and 00:43:13:08.
  59. ^ a b Schapira 2002, 00:24:17:00.
  60. ^ Schapira and Hafner 2009, 00:45:48:05.
  61. ^ (Prancis) Esther Schapira, "Lettre ouverte d’Esther Schapira à Charles Enderlin", Tribune juive, 12 February 2013 (in English).
  62. ^ Alan Philps, "Death of boy caught in gun battle provokes wave of revenge attacks", The Daily Telegraph, 1 October 2000.
  63. ^ (Prancis) "Les blessures de Jamal a Dura", France 2, 1 October 2000.
  64. ^ (Prancis) "Jamal a Dura l'operation", France 2, 1 October 2000.
  65. ^ Schapira 2002, 00:23:03:00.
  66. ^ Schapira 2002, 00:26:15:00.
  67. ^ Schapira and Hafner 2009, 00:30:01:10.
  68. ^ a b Schapira 2002, 00:26:49:00.
  69. ^ a b c Adi Schwartz, "In the footsteps of the al-Dura controversy", Haaretz, 8 November 2007.
  70. ^ "Boy becomes Palestinian martyr", BBC News, 2 October 2000.
  71. ^ a b c d e f g (Prancis) Denis Jeambar and Daniel Leconte, "Guet-apens dans la guerre des images", Le Figaro, 25 January 2005.
  72. ^ a b David Gelernter, "When pictures lie," Los Angeles Times, 9 September 2005 (courtesy link).
  73. ^ David Frum, "L'affaire al-Dura", The National Post, 17 November 2007.
  74. ^ a b c Hannah Johnson, Blood Libel: The Ritual Murder Accusation at the Limit of Jewish History, University of Michigan Press, 2012, 126–127.
  75. ^ William A. Orme, "Israeli Army Says Palestinians May Have Shot Gaza Boy", The New York Times, 28 November 2000.
  76. ^ James Fallows, "News on the al-Dura front: Israeli finding that it was staged", The Atlantic, 2 October 2007.
  77. ^ Amnon Lord, "Who killed "Muhammad al-Dura. Blood libel—model 2000", Jerusalem Center for Public Affairs, 15 July 2002.
  78. ^ Stéphane Juffa, "The Mythical Martyr", Wall Street Journal, 26 November 2004.
  79. ^ Luc Rosenzweig, "Charles Enderlin et l’affaire Al Dura", Cités, 4(44), 2010. DOI:10.3917/cite.044.0159

    Luc Rosenzweig, "Après Jérôme Cahuzac et Gilles Bernheim, Charles Enderlin?", Atlantico, 20 May 2013.

  80. ^ a b Eva Cahen, "French TV Network Sues Over Palestinian Shooting Controversy", Cybercast News Service, 2006.
  81. ^ Johnson 2012, 199, n. 81.
  82. ^ Ruthie Blum Leibowitz, "'Muhammed al-Dura has become a brand-name'", The Jerusalem Post, 29 November 2007 (interview with Philippe Karsenty).

    Richard Landes, Phillipe Karsenty, "Right of reply: Conspiracy theories and al-Dura", The Jerusalem Post, 11 June 2008.

  83. ^ (Prancis) Gérard Huber, Contre-expertise d'une mise en scène, Paris; Éditions Raphaël, 2003.
  84. ^ (Prancis) Pierre-André Taguieff, La nouvelle propagande antijuive: Du symbole al-Dura aux rumeurs de Gaza, Paris: Presses Universitaires de France, 2015.
  85. ^ Alistair Dawber, "The killing of 12-year-old Mohammed al-Durrah in Gaza became the defining image of the second intifada. Only Israel claims it was all a fake", The Independent, 20 May 2013.
  86. ^ Michael Schwartz, Elise Labott, "New controversy over video of Gaza boy's death 13 years ago", CNN, 21 May 2013.
  87. ^ Ed McLoughlin, "Truth is sometimes caught in crossfire", The Sydney Morning Herald, 6 October 2007.
  88. ^ Larry Derfner, "Rattling the Cage: Al-Dura and the conspiracy freaks", The Jerusalem Post, 28 May 2008.
    Larry Derfner, "Rattling the Cage: Get real about Muhammad al-Dura", The Jerusalem Post, 18 June 2008.
  89. ^ Larry Derfner, "On the al-Dura affair: Israel officially drank the Kool Aid", +972 Magazine, 22 May 2013.
  90. ^ For Abu Rahma discussing the 17 minutes, see Schapira and Hafner 2009, from 00:12:53:00.
  91. ^ Schapira 2002, 00:29:52:00.
  92. ^ Schapira 2002, 00:29:42:00.
  93. ^ Schapira 2002, 00:33:14:00.
  94. ^ Schapira 2002, 00:30:44:00.
  95. ^ a b Adi Schwartz, "Independent expert: IDF bullets didn't kill Mohammed al-Dura", Haaretz, 3 February 2008.
  96. ^ (Prancis) "La justice visionne les rushes d'un reportage de France 2, accusé de trucage," Agence France-Presse, 14 November 2007.
  97. ^ a b c Helen Schoumann, "French court sees raw footage of al-Dura", The Jerusalem Post, 14 November 14, 2007.
  98. ^ Final moments of footage, France 2, 30 September 2000, courtesy of YouTube.
  99. ^ Charles Enderlin, "Letters to the Editor: Who Shot Mohammed al-Dura?", The Atlantic, September 2003.
  100. ^ Schapira and Hafner 2009, 00:13:32:14.
  101. ^ Schapira and Hafner 2009, 00:13:45:09.
  102. ^ "Charles Enderlin répond", Le Monde, 6 June 2008.
  103. ^ a b Nidra Poller, "Myth, Fact, and the al-Dura Affair", Commentary, September 2005.
  104. ^ a b Anat Cygielman, "IDF keeps shooting itself in the foot," Haaretz, 7 November 2000 (courtesy link).
  105. ^ Ed O'Loughlin, "Battle rages over fateful footage", The Age, 6 October 2007.
  106. ^ Doreen Carvajal, "Can Internet criticism of Mideast news footage be slander?", International Herald Tribune/The New York Times, 18 September 2006.
  107. ^ a b Roger L. Simon, Interview with Philippe Karsenty, Pajamas Media, 2 March 2008.
  108. ^ a b c Nidra Poller, "A Hoax?", Wall Street Journal, 27 May 2008.
  109. ^ For a translation: s:Karsenty v. Enderlin-France2, Wikisource, 21 May 2008.
  110. ^ "French TV loses Gaza footage case", BBC News, 22 May 2008.
  111. ^ (Prancis) Élie Barnavi, "L'honneur du journalisme," Marianne, 581, 7–13 June 2008.
  112. ^ "Prasquier: 'establishing the truth about the Al-Dura case'", Conseil Représentatif des Institutions juives de France, 19 July 2008.
  113. ^ a b Devorah Lauter, "French Jews demand al-Dura probe", Jewish Telegraphic Agency, 8 July 2008.
  114. ^ a b "French Media Analyst Convicted of Defamation, Fined in Mohammed al-Dura Case", Associated Press and Haaretz, 26 June 2013.
  115. ^ "France high court ordered judges to examine Palestinian boy killing case", Agence France-Presse, 29 February 2012.
  116. ^ (Prancis) "Arrêté de la Cour de Cassation A-Dura Frane-2 Karsenty", Wikisource.
  117. ^ (Prancis) Ivan Rioufol, "Les médias, pouvoir intouchable?", Le Figaro, 13 June 2008.
  118. ^ Bryan Pearson, "Death of Mohammed al-Durra haunts Palestinian children," Agence France-Presse, 6 November 2000.
  119. ^ Cordesman and Moravitz 2005, 371.
  120. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Kuperwasserpressrelease2013
  121. ^ (Prancis) Pierre-André Taguieff, "L'affaire al-Dura ou le renforcement des stéréotypes antijuifs...", Le Meilleur des mondes, September 2008.
  122. ^ (Prancis) Pierre-André Taguieff, La nouvelle propagande anti-juive, Presses Universitaires de France, 2010.
  123. ^ Martin Patience, "Dispute rages over al-Durrah footage", BBC News, 8 November 2007.

Kutipan

Bacaan tambahan

Video