Sampah Organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.[1] Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting.[2] Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).[3] Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.[4] Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani.[5] Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.[5]

Sampah yang mengganggu kehidupan kita

Jenis-Jenis Sampah Organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.[6]

Sampah organik sendiri dibagi menjadi :[6]

  • Sampah organik basah.
    Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
  • Sampah organik kering.
    Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.

Prinsip Pengolahan Sampah

Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.[7] Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:[7]

  • Mengurangi (bahasa Inggris: reduce)
    Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
  • Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse)
    Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
  • Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle)
    Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
  • Mengganti (bahasa Inggris: replace)
    Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
 
Jangan sampai sampah menjadi gunung buatan baru

Cara Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos

Pengomposan sampah kota umumnya sama saja seperti pengomposan bahan baku lainnya.[8] Hanya yang patut dipikirkan adalah jumlah bahan organik kering yang digunakan dalam pencampuran bahan baku proses pengomposan.[8] Pengomposan secara sederhana bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.[3]

Pengomposan Menggunakan Drum Plastik

Pengomposan menggunakan drum plastik sangat cocok diterapkan untuk mengolah sampah rumah tangga.

Bahan Dan Peralatan Yang Digunakan

  1. Ember atau drum plastik yang telah dimodifikasi (dibuat berlubang) dengan kapasitas minimum 100 kg.
  2. Bioaktivator cair (metode aerob) atau bioaktivator padat (metode anaerob).
  3. Bahan baku sampah organik (hindari daging, tulang, duri ikan, sisa makanan berlemak, susu, kotoran anjing, kucing, dan babi).

Cara Membuat

  1. Cacah bahan baku hingga berukuran 2-5 cm.
  2. Taburkan bioktivator Promi 0,5% ke atas bahan baku, aduk hingga tercampur rata.
  3. Siram dengan air hingga diperoleh kelembapan yang diinginkan (50-60%), langsung masukkan ke dalam drum plastik.
  4. Inkubasi selama 1-2 minggu, tergantung dari bahan bakunya.
  5. Pada hari ketiga atau hari kedelapan perlu dilakukan pengadukan atau pembalikkan secara manual agar aerasi di dalam drum berlangsung baik.

=== Proses Pembuatan Kompos Aktif Ekspres (24 jam)[butuh rujukan] ===

Bahan

  1. Jerami kering, daun-daun kering, sekam, serbuk gergaji, atau bahan organik apa saja yang dapat difermentasi (20 bagian).
  2. Kompos yang sudah jadi (2 bagian).
  3. Dedak 1 bagian.
  4. Dectro disesuaikan dengan dosis (5 sendok makan).
  5. Air disesuaikan dengan dosis (20 liter).

Cara Membuat

  1. Cacah atu giling bahan baku kompos hingga agak halus, lalu campurkan dengan dedak dan kompos yang sudah jadi.
  2. Larutkan Dectro ke dalam air.
  3. Siramkan secara merata larutan Dectro ke dalam campuran bahan baku sampai kadar airnya mencapai 45-50%.
  4. Tumpuk campuran bahan baku tersebut di atas ubin yang kering dengan ketinggian 30-35 cm, lalu tutup menggunakan karung goni.
  5. Pertahankan temperatur 40-600 C.
  6. Setelah 24 jam, kompos aktif ekspres selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

== Macam-Macam Kompos[butuh rujukan] ==

  1. Kompos Praktis I.[9]
  2. Kompos Praktis II.
  3. Kompos Praktis III.
  4. Kompos Sampah Rumah Tangga.
  5. Kompos Tinja.
  6. Kompos BIPIK.
 
Tempatkanlah sampah pada tempatnya

Kelebihan Mengolah Sampah Organik

Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.[10]

  • Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
  • mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
  • Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
  • Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
  • Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
  • Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.

== Kekurangan Mengolah Sampah Organik[butuh rujukan] == Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai penyubur tanah.[11] Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala besar.[11] Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.[11]

Referensi

  1. ^ Basriyanto, "Memanen Sampah", Kanisius, 9792116680, 9789792116687.
  2. ^ "Fisika Startrek", Kepustakaan Populer Gramedia, 9799023564, 9789799023568.
  3. ^ a b Sofian, "Sukses Membuat Kompos dari Sampah", AgroMedia, 9790060165, 9789790060166.
  4. ^ Singgih Sastradiharja, "Menanam buah organik", Ganeca Exact, 9791211566, 9789791211567.
  5. ^ a b HR. Sudrajat, "Mengelola Sampah Kota", Niaga Swadaya, 979002021X, 9789790020214.
  6. ^ a b Setyo Purwendro, "Mengolah Sampah u/ Pupuk & Pestisida", Niaga Swadaya, 9790020112, 9789790020115.
  7. ^ a b Moch Nurhasim, Pusat Penelitian Politik (Indonesia), "Studi kebijakan pertahanan: evaluasi pelaksanaan darurat militer dan sipil di Aceh, 2003-2005 : fokus, evaluasi pelaksanaan darurat militer di Aceh, 2003-2004", TransMedia, 2006, 9797990257, 9789797990251.
  8. ^ a b Willyan Djaja, "Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah", AgroMedia, 979006151X, 9789790061514.
  9. ^ L. Murbandono HS, "Membuat Kompos (Baru)", Niaga Swadaya, 9794895407, 9789794895405.
  10. ^ Teti Suryati, "Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah", AgroMedia, 9790062184, 9789790062184.
  11. ^ a b c Tim Matrix Media Literata, "Si Teman : Biologi SMP VII", Grasindo, 9797598160, 9789797598167.

Pranala luar