Sulawesi Utara
Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi dengan ibu kota terletak di kota Manado. Sulawesi Utara atau Sulut berbatasan dengan Laut Maluku dan Samudera Pasifik di sebelah timur, Laut Maluku dan Teluk Tomini di sebelah selatan, Laut Sulawesi dan provinsi Gorontalo di sebelah barat, dan provinsi Davao del Sur (Filipina) di sebelah utara.
Sulawesi Utara | |
---|---|
Motto: "Si Tou Timou Tumou Tou" (Bahasa Minahasa: "Manusia hidup untuk menghidupi/mendidik/menjadi berkat orang lain") | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU 13/1964 |
Tanggal | 14 Agustus 1959 (hari jadi) |
Ibu kota | Manado |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Olly Dondokambey |
• Wakil Gubernur | Steven Kandouw |
• Sekretaris Daerah | Siswa Rahmat Mokodongan |
• Ketua DPRD | Andrei Angouw |
Luas | |
• Total | 13,851,64 km2 (5,34.815 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 2,412,118 (Data Estimasi BPS Sulut Thn 2.015) |
Demografi | |
• Agama | Protestan (63,05%), Islam (28,98%), Katolik (6,08%), Hindu (0,95%), Budha (0,89%), Kong Hu Cu (0,026%), dan Lainnya (0,034%) [1] |
• Bahasa | Bahasa Manado, Bahasa Indonesia |
Kode Kemendagri | 71 |
Kode BPS | 71 |
DAU | Rp. 885.684.277.000.- |
Situs web | http://www.sulutprov.go.id |
Relief
Secara fisiografis, wilayah Provinsi Sulawesi Utara dapat dikelompokkan dalam dua zona: zona selatan dan zona utara. Dataran rendah, dan dataran tinggi pada bagian selatan (dari Bolaang hingga Minahasa Utara) memiliki tanah yang cukup subur. Pada bagian utara (dari Pulau Miangas, Sangihe, hingga Pulau Siau) kepulauan.
Terbentang rangkaian pegunungan berapi: Di Minahasa Tenggara terdapat Gunung Soputan. Di Kota Tomohon tedapat Gunung Lokon, Di Pulau Siau tedapat Gunung Karangetang. Sedangkan di Minahasa Utara terdapat gunung tertinggi yaitu Gunung Klabat di Kota Airmadidi gunung tersebut sudah lama tidak aktif, di puncaknya terdapat Danau.
Hidrografi
Dua sungai terpenting di Sulawesi Utara adalah Sungai Tondano, Sungai Poigar dan Sungai Ranoyapo. Sungai Tondano memiiki hulu di Danau Tondano di daerah Minahasa, dan mengalir melalui tengah Kota Manado. Sungai Ranoyapo memiiki hulu di Pegunungan Wulur Mahatus di daerah Minahasa Selatan, dan mengalir melalui sebagian daerah di Minahasa Selatan bermuara di Kota Amurang.
Suku bangsa
Mayoritas penduduk Sulawesi Utara adalah Suku Minahasa, Suku Bolaang Mongondow, Suku Sangihe, Suku Talaud, Suku Siau namun demikian, etnisitas di Sulawesi Utara lebih heterogen. Suku Minahasa dan Bolaang Mongondow menyebar hampir di seluruh wilayah Sulawesi Utara daratan. Suku Sangihe, Suku Talaud, Suku Siau mendiami di Kepulauan Sangihe Talaud, dan Pulau Lembeh, terutama di daerah pesisir utara, timur dan barat daratan Sulawesi utara.
Suku Bajo mendiami beberapa desa pinggir pantai Sulawesi Utara di bagian utara Kabupaten Minahasa Utara. Suku Bantik, konon adalah keturunan pengungsian dari Talaud, tersebar di Bolaang, dan Minahasa bagian Barat. Suku Wawontehu tinggal di sebagian wilayah Kecamatan Bunaken Kota Manado.
Selain penduduk asli, Sulawesi Utara juga merupakan tempat tinggal bagi para pendatang. Orang Tionghoa adalah minoritas yang cukup signifikan, dan mayoritas di beberapa tempat, diikuti dengan Gorontalo, Ternate; Suku Bali, Suku Jawa mereka umumnya tinggal di daerah transmigran Suku Bali juga tinggal di sejumlah kota.
Prasejarah
Benda Purbakala temuan Arkeology Masa Prasejarah
Temuan benda purbakala di Sulawesi Utara di antaranya gua-gua purba di Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow. Kubur batu Waruga yang bertebaran di Minahasa. Pada saat terjadi pengesekan (zaman glacial) di muka bumi pada masa Plestosin, pernah terjadi migrasi fauna dari daratan Asia ke Selatan melalui Filipina dan Sulawesi Utara. Oleh sebab itu di Filipina dan di Sulawesi Utara terdapat peninggalan fosil-fosil binatang purba seperti gajah purba (stegodon) dan fosil hewan lainnya. Di Desa Pintareng di Tabukan Selatan di Pulau Sangihe, telah ditemukan adanya fosil-fosil gading dan geraham gajah purba tersebut. Menurut para ahli dari Museum Geologi Bandung dan dari Pusat penelitian Arkeologi Nasional Jakarta, fosil-fosil tersebut dinyatakan sebagai bagian dari fosil Stegodon yang pernah hidup di Kepulauan Nusantara pada masa Plestosin sekitar 2 juta tahun lalu. Gajah purba ini selain di Pintareng telah ditemukan fosil-fosilnya di Sangiran, di Kabupaten Sragen Jawa Tengah, di Lembah Cabenge di Sulawesi Selatan dan di Lembah Besoa di Sulawesi Tengah. Stegodon di dunia diperkirakan pernah hidup sejaman dengan binatang purba lainnya. Di Indonesia stegodon hidup dengan binatang-binatang purba lainnya seperti Rinocheros (badak purba) serta kerbau purba dan lain sebagainya. Dengan temuan fosil gajah purba di Pintareng, Tabukan Selatan Sangihe tersebut, maka sebenarnya pada masa lalu gajah pernah hidup di Pulau Sulawesi dan terutama di Sulawesi Utara.
ditemukannya sisa-sisa budaya yang mengenal pemakaian alat-alat batu muda (neolitik) yang berupa beliung batu persegi di Liang Tuo Mane’e di Kabupaten Talaud dan di daerah lain di Sulawesi Utara. Disamping itu ditemukan pula sisa-sisa budaya masa logam tua (paleometalik) yang mengenal penggunaan tempayan kubur seperti yang ditemukan di Liang Buiduane di Talaud dan di Bukit Kerang Passo di Minahasa, serta peninggalan budaya megalitik (kebudayaan yang mengenal penggunaan batu-batu besar) tersebar di wilayah kepulauan Sulawesi dan kepulauan Maluku Utara (Bellwood, 1978). Sehubungan dengan hal itu wilayah ini menurut para pakar diperkirakan menjadi daerah kunci yang dapat memberi jawaban atas permasalahan daerah asal (home land) dari suku bangsa yang berbahasa Austronesia yang pada masa kemudian mendiami daerah-daerah antara Madagaskar di bagian barat sampai dengan Easter Island di kepulauan Pasifik di bagian timur, serta Formosa Island di bagian Utara (Solheim, 1966; Shuttler, 1975, Bellwood, 2001).
Budaya yang dibawa oleh suku bangsa penutur bahasa Austronesia meninggalkan warisan-warisan budaya yang terdiri dari alat-alat batu neolitik beliung persegi, benda-benda yang terbuat dari batu-batu besar (megalitik) dan penguburan dengan menggunakan tempayan tanah liat. Warisan budaya semacam itu banyak ditemukan peninggalannya di Sulawesi Utara. Alat-alat batu neolitik telah ditemukan di gua-gua di daerah Talaud, di Guaan Bolaang Mongondow dan daerah Oluhuta yang sebelum pemekaran wilayah daerah itu termasuk ke dalam wilayah Sulawesi Utara. Demikian juga benda-benda megalitik banyak ditemukan di Sulawesi Utara dalam bentuk kubur batu waruga, batu bergores Watu Pinawetengan, menhir ‘watu tumotowa’, kubur tebing batu Toraut dan lesung batu, yang umunnya ditemukan di Tanah Minahasa dan Bolaang Mongondow. Sedangkan kubur tempayan tanah liat ditemukan di beberapa daerah seperti di Bukit Kerang Passo di Kecamatan Kakas Minahasa, di Liang Buiduane Salibabu, di Tara-tara, Kombi dan di beberapa daerah lainnya.
Sejarah
Sejarah Peradapan di Sulawesi Utara
Sejarah peradaban manusia di daerah ini cukup panjang dan menarik. Daerah ini pada jaman es melanda dunia pada masa plestosin jutaan tahun yang lalu, merupakan bagian daratan yang menghubungkan pulau Sulawesi dengan daratan Filipina bahkan daratan Asia. Setelah jaman es berakhir, Sulawesi Utara menjadi daratan yang membentuk jazirah Pulau Sulawesi dan kepulauan di bagian Utaranya.
Selain daratan yang sebagian besar merupakan dataran tinggi, Sulawesi Utara juga terdiri dari pulau-pulau yang jumlahnya cukup banyak, lebih dari 150 pulau. Daerah ini mempunyai karakter alam yang khas yaitu dataran tinggi lebih luas dari dataran rendahnya, memiliki banyak gunung berapi dan sebagian besar masih aktif termasuk gunung api bawah laut, memiliki banyak gugusan karang yang membentuk pulau-pulau, selain itu kerak bumi daerah ini berdekatan bahkan sebagian berada tepat di daerah terjadinya proses subduksi (perbenturan) lempeng-lempeng (plates) tektonik antara lempeng Pasifik-Filipina-Australia dengan lempeng Sangihe dan Halmahera. Bahkan terletak dekat dengan pertemuan lempeng-lempeng dunia seperti lempeng Pasifik, Eurasia dan Australia.
Posisi di daerah subduksi inilah yang menyebabkan kemunculan gunung-gunung berapi dan sering terjadinya berbagai gempa bumi di daerah ini sejak jaman dahulu kala. Gunung-gunung berapi Sulawesi, Halmahera dan Sangihe, adalah merupakan hasil zona subduksi lempengan Sangihe dan Halmahera.
Sebagian besar lempengan Maluku telah tertindih (tersubduksi) oleh zona subduksi Halmahera di bagian Timur dan oleh zona subduksi Sangihe di bagian Barat. Gunung-gunung berapi di Sulawesi, Sangihe dan Halmahera diberi pasokan magma yang dibangkitkan di mantle asthenospherik yang termodifikasi oleh fluida yang dihasilkan dari lempengan Maluku yang tertindih. Dalam beberapa juta tahun semua lempengan Laut Maluku akan tersubduksi dan lempengan Sangihe serta Halmahera yang sudah saling menindih pada ujung-ujung lempengannya akan bertabrakan hebat (Salindeho, Winsulangi dan Pitres Sombowadile, 2008: hal. 12, 144-149).
Fenomena alam yang telah digambarkan tersebut, disatu sisi telah menyebabkan berbagai bencana seperti bencana gempa bumi atau letusan gunung api yang mendatangkan kesulitan bagi masyarakat. Akan tetapi d sisi lain telah menberi warisan yang berupa keindahan alam dan kekayaan alam yang menguntungkan bagi masyarakat. Warisan yang menguntungkan itu antaralain keindahan alam pegunungan maupun bahari termasuk keindahan terumbu karang bahkan juga hasil rempah-rempah yang sudah terkenal di dunia sejak ratusan tahun lalu, adalah merupakan warisan yang menguntungkan masyarakat. Demikian juga warisan alam yang berupa logam bernilai ekonomis tinggi seperti emas, perak, timbal, seng dan tembaga. Semua itu telah terekam di dalam dokumen-dokumen sejarah alam daerah ini.
Dari uraian tersebut diperoleh gambaran bahwa Sulawesi Utara berdasarkan alamnya, terkenal keseluruh dunia dengan kekhasan dan kekayaan alamnya yang indah dan subur, dengan adanya taman-taman laut seperti Bunaken maupun adanya tambang-tambang emas, serta tanaman cengkih-pala dan perkebunan kelapa yang sangat luas, demikian juga dengan fauna langkanya seperti Anoa, Maleo, Tarsius dan lain sebagainya.
Berdasarkan penelitian arkeologi diketahui bahwa tanda-tanda kehidupan manusia di Sulawesi Utara sudah berlangsung sejak 30.000 tahun yang lalu seperti yang ditemukan buktinya di gua Liang Sarru di Pulau Salibabu. Bukti yang lain menunjukkan adanya kehidupan sekitar 6.000 tahun lalu di Situs Bukit Kerang Passo di Kecamatan Kakas dan 4.000 tahun yang lalu sampai awal Masehi di gua Liang Tuo Mane’e di Arangkaa di Pulau Karakelang. Kemudian muncul kebudayaan megalitik berupa kubur batu ‘waruga’, menhir ‘watutumotowa’, lumpang batu dan lain-lain sejak 2.400 tahun yang lalu sampai abad 20 Masehi di Bumi Minahasa. Selain itu Sulawesi Utara pada masa lalu merupakan wilayah penghasil rempah-rempah, beras, dan emas yang potensial yang menjadi ajang pertarungan kepentingan hegemoni ekonomi antara bangsa Portugis, Spanyol, Belanda dan Kerajaan-kerajaan di sekitar daerah ini, yang akhirnya bermuara pada pertarungan politik dan militer (Meilink-Roelofsz, 1962: 93-100). Pada masa lalu daerah ini juga menjadi route perdagangan antara barat dan timur serta penyebaran agama Kristen, Islam maupun kepercayaan atau agama yang di bawa oleh pedagang-pedagang Cina. Sulawesi Utara juga berperan dalam perjuangan-perjuangan kemerdekaan dengan munculnya pahlawan-pahlawan asli dari daerah ini.
Wilayah Indonesia Timur termasuk daratan Sulawesi Utara dan kepulauan Sangihe, Sitaro dan Talaud, sejak dahulu adalah merupakan wilayah yang strategis di kawasan Pasifik, karena merupakan jembatan penghubung antara kawasan Asia dengan Kepulauan Pasifik (Bellwood, 1996; Veth 1996). Pada masa lalu wilayah ini menjadi bagian dari route perjalanan migrasi fauna dan manusia beserta kebudayaannya. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa di dalam migrasi fauna prasejarah pernah melewati dan singgah di wilayah ini adalah ditandai dengan adanya fosil gading gajah purba (stegodon) yang ditemukan di Pintareng, di Kabupaten Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara (Husni, 1996/1997, 1999), dan geraham binatang purba di lembah Napu di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, serta fosil-fosil binatang purba lainnya di Cabenge di Sulawesi Selatan (Santoso, 2001, 2002, 2003).
Era klasik
Prasasti Dinoyo yang ditemukan di dekat Kota Malang adalah sumber tertulis tertua di Jawa Timur, yakni bertahun 760. Pada tahun 929, Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, serta mendirikan Wangsa Isyana yang kelak berkembang menjadi Kerajaan Medang, dan sebagai suksesornya adalah Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Janggala, dan Kerajaan Kadiri. Pada masa Kerajaan Singhasari, Raja Kertanagara melakukan ekspansi hingga ke Melayu. Pada era Kerajaan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk, wilayahnya hingga mencapai Malaka, dan Kepulauan Filipina.
Bukti awal masuknya Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam nisan di Gresik bertahun 1102, serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.
Selain itu, juga ditemukan munculnya candi Jedong di Daerah Wagir, Malang, Jawa Timur yang diyakini lebih tua dari Prasasti Dinoyo , yakni sekitar abad ke-6 Masehi.
Masa Di Temukannya Tulisan
Daerah Sulawesi Utara masuk dalam sejarah catatan sejak tahun 1365 demikian menurut tulisan David DS Lumoindong, di dapat dari penemuan berita mengenai Talaud dan Minahasa. Tetapi kalau dilihat sejak adanya tulisan maka bukti penulisan di Watu Pinawetengan yang di perkirakan tahun 670 Masehi menurut Riedel.
Kolonialisme
Bangsa Portugis adalah bangsa barat yang pertama kali datang di Sulawesi Utara, kapal Portugis berlabuh di pulau Manado dimasa Kerajaan Manado tahun 1521. Kapal Spanyol berlabuh di pulau Talaud dan Siau, terus ke Ternate. Portugis membangun benteng di Amurang. Spanyol membangun Benteng di Manado, sejak itu Minahasa mulai di kuasai Spanyol. Perlawanan melawan penjajahan Spanyol memuncak tahun 1660-1664. Kapal Belanda mendarat di Kota Manado pada tahun 1660 dalam membantu perjuangan Konfederasi Minahasa melawan Spanyol. Perserikatan negara-negara republik anggota Konfederasi Minahasa mengadakan Perjanjian Dagang dengan VOC. Perjanjian kerjasama dagang ini kemudian menjadikan VOC memonopoli perdagangan, yang lama kelamaan mulai memaksakan kehendaknya, akhirnya menimbulkan perlawanan tahun 1700 an di Ratahan yang memuncak pada Perang Minahasa-Belanda tahun 1809=1811 di Tondano.
Sejarah Pergerakan Kemerdekaan
Benda Temuan Arkeology Masa Sejarah
Di antaranya Benteng-benteng Portugis di seperti di Amurang, Kema, Batu Waruga di Sawangan, Tomohon, Tondano, Tompaso kemudian tugu-tugu batu di semua desa disebut Batu Tumotowa.
Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia terbagi menjadi 8 Provinsi, dan Sulawesi termasuk salah satu provinsi tersebut. Gubernur pertama Sulawesi adalah Dr. Sam Ratulangi, yang juga dikenal sebagai pahlawan nasional.
Tahun 1948 di Sulawesi dibentuk Negara Indonesia Timur, yang kemudian menjadi salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Negara Indonesia Timur dibubarkan, dan bergabung ke dalam Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor UU 13 Tahun 1964, dibentuk Provinsi Sulawesi Utara. Tanggal 14 Agustus 1959 di tetapkan sebagai hari jadi provinsi.
Demografi
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010 sebanyak kurang lebih 2.270.596 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,28 persen/tahun. Hampir 45% penduduk tinggal di perkotaan, dan sisanya sebesar 55% tinggal di pedesaan. Angka partisipasi sekolah untuk tingkat sekolah dasar lumayan tinggi sebesar 96,10% sehingga penduduk yg tidak menikmati bangku sekolah dasar hanya kurang dari 5%.
Pemerintahan
Daftar gubernur
Berikut merupakan daftar Gubernur Sulawesi Utara secara definitif sejak tahun 1960.
Gubernur Sulawesi Utara | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Arnold Achmad Baramuli (1930–2006) |
Independen | 23 Maret 1960 | 15 Juli 1962 | 2 tahun, 114 hari | I (1960) |
Frits Johannes Tumbelaka | [2] | ||
2 | Frits Johannes Tumbelaka (1921–1983) |
ABRI–Angkatan Darat | 15 Juli 1962 | 19 Maret 1965 | 2 tahun, 247 hari | II (1962) |
Lowong | |||
3 | Soenandar Prijosoedarmo (1924–1984) |
ABRI–Angkatan Darat | 19 Maret 1965 | 27 April 1966 | 1 tahun, 39 hari | III (1965) |
[3] | |||
4 | Abdullah Amu (1912–1991) |
Independen | 27 April 1966 | 2 Maret 1967 | 309 hari | IV (1966) |
||||
5 | Hein Victor Worang (1919–1982) |
ABRI–Angkatan Darat | 2 Maret 1967 | 20 Juni 1978 | 11 tahun, 110 hari | V (1967) |
Apelles Jozias Supit[4] | [5] | ||
6 | Willy Lasut (1926–2003) |
ABRI–Angkatan Darat | 20 Juni 1978 | 20 Oktober 1979 | 1 tahun, 122 hari | VI (1978) |
Lowong | [5] | ||
7 | Gustaf Hendrik Mantik (1928–2001) |
ABRI–Angkatan Darat | 3 Maret 1980 | 4 Maret 1985 | 5 tahun, 1 hari | VII (1980) |
[5] | |||
8 | Cornelis John Rantung (1935–2013) |
ABRI–Angkatan Darat | 4 Maret 1985 | 3 Maret 1990 | 4 tahun, 364 hari | VIII (1985) |
|
[5] | ||
3 Maret 1990 | 1 Maret 1995 | 4 tahun, 363 hari | IX (1990) |
[6] | ||||||
9 | Evert Ernest Mangindaan (lahir 1943) |
Golkar | 1 Maret 1995 | 1 Maret 2000 | 5 tahun, 0 hari | X (1995) |
|
[7] | ||
10 | Adolf Jouke Sondakh (1939–2007) |
Golkar | 15 Maret 2000 | 17 Maret 2005 | 5 tahun, 2 hari | XI (2000) |
Freddy Harry Sualang | [5] | ||
11 | Sinyo Harry Sarundajang (1945–2021) |
PDI-P | 13 Agustus 2005 | 13 Agustus 2010 | 5 tahun, 0 hari | XII (2005) |
[8] | |||
Demokrat | 20 September 2010 | 20 September 2015 | 5 tahun, 0 hari | XIII (2010) |
Djouhari Kansil | [9] | ||||
12 | Olly Dondokambey (lahir 1961) |
PDI-P | 12 Februari 2016 | 12 Februari 2021 | 5 tahun, 0 hari | XIV (2015) |
Steven Kandouw | |||
15 Februari 2021 | Petahana | 3 tahun, 275 hari | XV (2020) |
Kabupaten dan Kota
Perwakilan
Sulawesi Utara mengirim 6 wakil ke DPR RI, dan empat wakil ke DPD. Empat wakil Provinsi Sulawesi Utara di DPD untuk periode 2014-2019 adalah DR. Maya G. Rumantir; DR. Aryanthi Baramuli; Fabian Sarundajang; Benny Rhamdani; 6 wakil di DPR RI untuk periode 2014-2019 adalah Olly Dondokambey; E.E. Mangindaan SE ; Vanda Sarundajang; Aditya Anugrah Moha; Yasti Soepredjo Mokoagow; Wenny Warouw;
Kantor Konsulat General
Kantor Konsulat General negara Filipina berkedudukan di kota Manado.
Media massa
Media online
- Swara Manado Online
- Jurnal Media Grup
- Bitung Post
- Manado Express
- Manado News
- Sulut
- Berita Manado
- Manado Today
- Suara Manado
- SULUTinfo
- Tribun Manado
- harianmetro.co.id
- Zona BMR
- Fajar Manado
- Manado Post Online
Media cetak
- Swara Kita
- Media Sulut
- Koran Manado
- Reportase
- Harian Komentar
- Harian Metro
- Manado Post
- Tribun Manado
- Tabloid Identitas
- Koran Sindo Manado
- Koran Bolmong
Televisi lokal
- Kompas TV Manado (d/h Pacific TV)
- Manado TV (BeritaSatu)
- TV5d
- TVRI Sulawesi Utara
- iNews TV Manado (d/h MChannel)
- CTV Manado
- Gospel Overseas TV
- Bunaken TV (tidak beroperasi)
- TV Manado (tidak beroperasi)
- Kawanua TV (tidak beroperasi)
Pendidikan
Sulawesi Utara juga memiliki sejumlah perguruan tinggi yaitu
Negeri
- IPDN
- Politeknik Negeri Manado
- Universitas Sam Ratulangi
- Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Manado
- Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Manado
Swasta
Seni dan Budaya
Sulawesi Utara merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya Indonesia lainnya. Sulawesi Utara mempunyai aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti:
- Masamper (sebuah tradisi di wilayah Sangihe Talaud)
- Pengucapan (atau Syukuran dalam tradisi Minahasa)
Sastra
- Asaren tuah Puhuna
- Hikayat Prang Tondano
- Hikayat Danau Tondano
- Legenda Pingkan Matindas
- Legenda Toar Lumimuut
- Legenda Mamanua
Senjata tradisional
Sabel adalah senjata tradisional suku Minahasa, bentuknya menyerupai huruf Daun Kelapa. Sabel termasuk dalam kategori Pedang.
Selain Peda, bangsa Sulawesi Utara juga memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti Perisai.
Rumah Tradisional
Rumah tradisonal suku Sulawesi Utara dinamakan Wale. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Sulawesi Utara yaitu serambi depan, serambi tengah dan serambi belakang. Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumah dapur.
Tarian
Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki setidaknya 14 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Sulawesi Utara, seperti Tari Poco-poco .
Tarian Suku Sangihe
Tarian Suku Minahasa
Tarian Suku Minahasa
Makanan Khas
Sulawesi Utara mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain Tinutuan atau Midal (bubur Manado), Nasi Jaa, Pangi yang lezat, Gulai Ikan Fufu dan Dodol serta Dodol Salak yang langka. Di samping itu Dodol Amurang asal kabupaten Minahasa Selatan yang terkenal, yang dibuat dengan aneka rasa. Di daerah Minahasa terdapat makanan khas yang jarang ditemui di daerah lainnya di Indonesia, seperti rintek wuuk (biasa disebut RW) atau daging anjing, daging ular, daging babi dan paniki (daging kelelawar). Makanan khas lainnya seperti woku blanga. Sementara kuliner khas Sulawesi Utara yang juga sangat terkenal bahkan hingga ke mancanegara adalah Bagea.
Iklim
Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan-bulan November sampai dengan April bertiup angin barat yang membawa hujan di pantai utara, sedangkan dalam Bulan Mei sampai Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering.
Curah Hujan
Curah hujan tidak merata dengan angka tahunan berkisar antara 2.000-3.000 mm, dan jumlah hari hujan antara 90-139 hari. Daerah yang paling banyak menerima curah hujan adalah daerah Minahasa.
Suhu Udara
Suhu udara rata-rata 25°C. Suhu udara maksimum rata-rata tercatat 30°C dan suhu udara minimum rata-rata 22,1 °C. Suhu atau temperatur dipengaruhi oleh ketinggian suatu lokasi dengan perhitungan setiap kenaikan 100 meter dapat menurunkan suhu sekitar 0,6 °C.
Geografi
Sulawesi Utara terletak di jazirah utara Pulau Sulawesi atau tepatnya 0°LU – 3°LU dan 123°BT – 126°BT serta merupakan salah satu daerah yang terletak di sebelah utara garis khatulistiwa.
Topografi
Sulawesi Utara terdapat 41 buah gunung dengan ketinggian berkisar antara 1.112 - 1.995 dpl. Kondisi geologi sebagian besar adalah wilayah vulkanik muda, sejumlah besar erupsi serta bentuk kerucut gunung merapi aktif yang padam menghiasi Minahasa bagian tengah, daerah Bolaang Mongondow dan kepulauan Sangihe. Material-material yang dihasilkan letusannya berbentuk padat serta lain-lain bahan vulkanik lepas. Semua vulkanik ini berbentuk pegunungan (otogenisa) menghasilkan morfologi yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan perbedaan relief topografik yang cukup besar.
Sulawesi Utara terdapat 5 wilayah yang di kelilingi oleh gunung api aktif yaitu :
- Kabupaten Bolang Mongondow
- Gunung Ambang dengan ketinggian 1.689 dpl
- Kabupaten Minahasa Selatan dengan
- Gunung Soputan dengan ketinggian 1.783 dpl
- Kota Tomohon
- Gunung Lokon dengan ketinggian 1.579,6 dpl
- Gunung Mahawu dengan ketinggian 1.331,0 m yang merupakan hulu dari 12 sungai besar dengan 7 danau.
- Kepulauan Sangihe yakni
- Karangetang dengan ketinggian 1.320,0 dpl
- Ruang dengan ketinggian 714,0 dpl
- Banuawuhu
- Submarin
- Gunung Awu.
- Kota Bitung dengan
- Gunung Tangkoko dengan ketinggian 1.149,0 dpl
Luas Wilayah
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Utara adalah 15.069 km² dengan persentase 0,72% terhadap luas Indonesia yang terdiri dari 11 (sebelas) Kabupaten dan 4 (empat) Kota.
Perekonomian
Sumber daya alam
Perbankan
Sulawesi Utara terdapat kantor Bank Indonesia, yang dibuka di Manado. Tugas Bank Indonesia yang terdiri dari bidang moneter, sistem pembayaran, dan perbankan. Di daerah-daerah tugas Bank Indonesia lebih dominan di bidang sistem pembayaran dan perbankan.
Di bidang sistem pembayaran menyelenggarakan sistem kliring dan BI-RTGS dan di bidang perbankan mengawasi dan membina bank-bank agar beroperasi dengan sehat dan menguntungkan.
Industri
Sulawesi Utara memiliki sejumlah industri besar di antaranya
- PT Bimoli: Pabrik Minyak Kelapa di Bitung
- Kilang Gas Alam di Tomohon
Pertambangan
- Emas di Tatelu Minahasa Utara, Tompaso Baru Minahasa Selatan dan Belang Minahasa Tenggara; Lapango Mas di Sangihe
Pariwisata
- Kuburan Borgo
- Gereja GMIM Sentrum Manado
- Gereja GMIM Sentrum Langowan
- Gereja Hati Tersuci Maria Katedral Manado
- Gereja Katolik Pineleng
- Masjid Raya Manado
- Museum Sulawesi Utara
- Taman Purbakala Waruga Sawangan
- Taman Purbakala Waruga Tonsea Lama
- Taman Purbakala Waruga Tomohon
- Taman Purbakala Waruga Tompaso
- Kuburan Kerkhoff Kuburan Belanda
- Danau Tondano
- Danau Linouw di Tomohon
- Danau Bulilin
- Danau Moat
- Gunung Klabat
- Taman Laut Bunaken
- Air Terjun Laun Dano di Minahasa
- Pantai Bentenan
- Guha Jepang di Kawangkoan
- Guha Purba di Siau
- Guha Purba di Talaud
- Guha Purba di Minahasa
- Guha Purba di Bolaang Mongondow
- Benteng Portugis di Amurang
- Benteng Portugis di Kema
- Batu prasasti Pinabetengan di Tompaso Minahasa
- Bukit kasih
- Arung Jeram Sungai Nimanga
Pra-Bencana Banjir Bandang 2013
Sebelum bencana Banjir Bandang Desember 2013, perdagangan, perikanan dan pertanian merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Manado.
Nelayan Sulawesi Utara sebagian besar menggunakan alat tangkap pancing (hook and line). Alat tangkap lain adalah pukat, jaring cincin (purse seine), pukat darat, jaring insang, jaring payang, jaring dasar, jala dan lain-lain.
Infrastruktur penunjang industri ini meliputi satu pelabuhan perikanan besar di Sulawesi Utara
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia mengelola sebuah pusat pendidikan dan latihan (Pusdiklat) budidaya, sebuah pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang) budidaya, sebuah laboratorium uji mutu perikanan dan sebuah kapal latih. Di tiap kabupaten/kota, terdapat dinas perikanan dan kelautan.
Lainnya
Pahlawan Nasional
Bangsa Sulawesi Utara merupakan bangsa yang gigih dalam mempertahankan kemerdekaannya. Kegigihan perang Sulawesi Utara, dapat dilihat dan dibuktikan oleh sejumlah pahlawan (baik pria maupun wanita), serta bukti-bukti lainnya (perwira Belanda tewas dalam perang Sulawesi Utara, serta kuburan Belanda dan Kubur Borgo Portugis/Spanyol yang mencatat sebagai kuburan Belanda, Portugis, Spanyol di luar Negeri Belanda, Portugis dan Spanyol).
Pahlawan Perempuan
Pahlawan Pria
- Mr.Sam Ratulangi
- Mr. A.Mononutu
- Ukung Wangko Lontoh Pemimpin Perjuangan Perang Minahasa-Belanda
- Robert W.Mongisidi
- Kapt.Piere Tendean
- Arie Frederik Lasut
- Bernard Wilhelm Lapian
- Lambertus Nicodemus Palar
- John Lie
Tokoh asal Sulawesi Utara
- Lihat pula Suku di Sulawesi Utara untuk tokoh-tokoh yang bukan berasal dari provinsi Sulawesi Utara namun berketurunan Sulawesi Utara.
Lihat pula
Referensi
- ^ Sulawesi Utara Dalam Angka 2016, BPS
- ^ "Sejarah". Website Resmi Sulawesi Utara. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Juni 2017. Diakses tanggal 15 Februari 2016.
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-04-08. Diakses tanggal 2019-04-08.
- ^ Mokoginta, Drs. Abdullah. Riwayat hidup almarhum Apelles Jozias Supit. A.n. Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sulawesi Utara, Pd. Sekretaris u.b. Administratur Daerah Bidang I. ttd. stempel. Manado, 26 September 1971.pdf
- ^ a b c d e Setiawan, Agus (22 September 2010). Setiawan, Agus, ed. "Sulut Makin Dewasa". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses tanggal 18 Agustus 2021.
- ^ "Nama & Peristiwa: CJ Rantung Dilantik Jadi Gubernur Sulut". Kompas. 3 Maret 1990. hlm. 12. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 18 Agustus 2021.
- ^ "Sulawesi Utara Tanpa Gubernur". Kompas. 2 Maret 2000. hlm. 19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 18 Agustus 2021.
- ^ Roeroe, Freddy; Rizal, Jean (13 November 2005). "Persona: Sarundajang, Bangunkan Orang Tidur". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 13 February 2021.
- ^ ESY (19 September 2010). "Besok, Sinyo Resmi Gubernur Sulut". JPNN.com. Diakses tanggal 26 Juni 2018.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-12.