Ignatius dari Loyola

Santo Ignatius dari Loyola (bahasa Basque: Ignazio Loiolakoa, bahasa Spanyol: Ignacio de Loyola; ca 23 Oktober 1491[1] – 31 Juli 1556) adalah seorang mantan kesatria Spanyol keturunan bangsawan Basque yang menjadi teolog dan imam Katolik, pendiri tarekat religius Serikat Yesus (Yesuit) serta menjadi Superior Jenderal pertamanya.[2] Tarekat Yesuit melayani Sri Paus sebagai misionaris-misionaris, dan mereka terikat oleh satu kaul ketaatan khusus kepada paus yang berdaulat sehubungan dengan karya misi.[3] Oleh karenanya mereka tampil sebagai suatu kekuatan penting selama masa Kontra-Reformasi.[4]

Santo Ignatius Loyola
Lukisan karya Peter Paul Rubens.
Lahirca 23 Oktober 1491
Loyola, Gipuzkoa, Negara Basque, Kerajaan Kastilia (sekarang Spanyol)
Meninggal31 Juli 1556 (umur 64–65)
Roma, Negara Kepausan
Dihormati diGereja Katolik
Komuni Anglikan
Beatifikasi27 Juli 1609 oleh Paus Paulus V
Kanonisasi12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV
Pesta31 Juli
AtributEkaristi, kasula, buku, salib
PelindungKeuskupan San Sebastián dan Bilbao, Biscay, & Guipúzcoa; Negara Basque; Ordinariat Militer Filipina; Serikat Yesus; Belo Horizonte, Brasil; Junín, Buenos Aires, Argentina; dan keuskupan-keuskupan di Antwerpen, Belgia.

Ignatius dikenang sebagai seorang pembimbing rohani yang berbakat. Ia menuliskan metodenya dalam suatu risalah terkenal yang disebut Latihan Rohani, berisi serangkaian meditasi, doa, dan latihan mental lainnya. Karya tersebut diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1548, setelah memperoleh persetujuan dari Paus Paulus III.

Ignatius dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tahun 1609, dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tanggal 12 Maret 1622. Pesta peringatannya dirayakan setiap tanggal 31 Juli. Ignatius ditetapkan sebagai santo pelindung Gipuzkoa dan Bizkaia, provinsi-provinsi Basque, dan juga Serikat Yesus, serta dinyatakan sebagai santo pelindung retret rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922. Ia juga merupakan salah seorang santo pelindung utama para tentara.[5]

Kehidupan awal

 
Sanctuarium Loyola, di kota Azpeitia, dibangun di atas tempat kelahiran Ignatius.

Íñigo López de Loyola (terkadang dengan keliru disebut Íñigo López de Recalde)[6] lahir di munisipalitas Azpeitia di Kastel Loyola yang sekarang termasuk dalam provinsi Gipuzkoa, di Negara Basque, Spanyol. Ia dibaptis dengan nama Íñigo, dari nama seorang abas dari Oña, St. Enecus (Innicus, bahasa Basque: Eneko, bahasa Spanyol: Íñigo),[6] suatu nama Basque abad pertengahan yang maknanya mungkin "Anak kecilku" atau "Si kecilku".[7] Tidak terdapat kejelasan kapan ia mulai menggunakan nama Latin "Ignatius" untuk menggantikan "Íñigo", nama baptisnya.[8] Tampaknya ia tidak memiliki maksud untuk mengganti namanya, meskipun demikian ia mengadopsi sebuah nama yang ia yakini sebagai salah satu varian sederhana dari nama aslinya untuk digunakan di Perancis dan Italia agar dapat dipahami dengan lebih baik.[9]

Íñigo adalah anak bungsu dari 13 bersaudara. Ibunya meninggal dunia tak lama setelah kelahirannya, dan ia kemudian dibesarkan oleh María de Garín, istri dari seorang pandai besi setempat.[10] Íñigo menggunakan nama belakang "de Loyola" yang mengacu pada desa Loyola di Basque tempat ia dilahirkan.

Karier militer

 
Íñigo dalam pakaian perangnya.
 
Lukisan Visiun Santo Ignatius dari Loyola akan Kristus dan Allah Bapa di La Storta, karya Domenichino.[11]

Sebagai seorang anak laki-laki Íñigo menjadi pelayan (page) salah seorang kerabatnya, Juan Velázquez de Cuéllar, bendahara (contador mayor) Kerajaan Kastilia.

Sebagai seorang pemuda, Íñigo memiliki kecintaan yang besar akan latihan-latihan militer serta memendam suatu hasrat yang luar biasa akan ketenaran. Ia membingkai kehidupannya dengan kisah-kisah epik El Cid, para kesatria Camelot, dan Kidung Roland.[12] Ia bergabung dengan ketentaraan pada usia tujuh belas tahun, dan, menurut salah seorang biograf, ia berjalan ke sana kemari dengan angkuhnya "mengenakan jubahnya yang terayun bebas untuk menyingkapkan celana ketat dan sepatu botnya; sebilah pedang dan belati di pinggangnya". Menurut biograf lainnya, ia adalah "seorang pesolek yang berlebihan, seorang pedansa ahli, seorang buaya darat, serta seorang pendekar pedang yang agresif dan kasar yang menggunakan status istimewanya untuk lolos dari penuntutan karena melakukan tindak kekerasan yang dilakukan pada waktu karnaval bersama saudara laki-lakinya yang menjadi imam."[13] Ketika bertemu dengan seorang Moor yang menyangkal keilahian Yesus, Íñigo menantang dia untuk berduel sampai mati, dan menusuk dia dengan pedangnya.[14] Íñigo juga sering berduel dengan laki-laki lainnya.[14]

Pada tahun 1509, dalam usianya yang ke-18, Íñigo mengangkat senjata sebagai pengabdiannya kepada Antonio Manrique de Lara, adipati Nájera. Kualitas diplomasi dan kepemimpinan Íñigo membuatnya digelari "pelayan istana", menjadikannya sangat berguna bagi kepentingan sang adipati.[15] Di bawah kepemimpinan sang adipati, Íñigo terlibat dalam banyak pertempuran tanpa pernah terluka. Namun, dalam Pertempuran Pamplona pada tahun 1521, ia terluka parah ketika sepasukan ekspedisi Perancis-Navarra menyerbu benteng Pamplona pada tanggal 20 Mei 1521. Sebuah bola meriam menyebabkan kaki kanannya terluka dan kaki kirinya patah di berbagai titik.[16] Dalam kondisi terluka parah, Íñigo dibawa kembali ke kastel ayahnya di Loyola. Ia sangat mencemaskan kedua kakinya yang terluka dan demi memulihkan luka-luka tersebut ia menjalani sejumlah operasi bedah, yang membuatnya tersiksa karena kala itu anestesi (obat bius) belum dikenal, tulang-tulang yang patah gagal diposisikan dengan benar dan ia bersikeras agar kakinya dipatahkan kembali untuk diposisikan ulang. Pada akhirnya rangkaian operasi tersebut menyebabkan satu kakinya lebih pendek dari yang lainnya: Íñigo menjadi pincang sepanjang sisa hidupnya di dunia ini dan karier militernya berakhir.[13]

Konversi religius dan visiun-visiun

 
Kapel di dalam Gua Santo Ignatius di Manresa tempat Ignatius mempraktikkan asketisme dan menyusun Latihan Rohani.

Templat:Serikat Yesus

Selama masa pemulihannya dari pembedahan, Íñigo mengalami suatu transformasi rohani yang membuatnya merasakan panggilan akan kehidupan religius. Semua rumah sakit pada zamannya dikelola oleh tarekat religius, dan bahan bacaan yang tersedia bagi pasien yang terbaring di tempat tidur cenderung dipilihkan dari Kitab Suci ataupun literatur devosional. Keadaan tersebut menjelaskan bagaimana Íñigo akhirnya membaca serangkaian teks religius tentang kehidupan Yesus dan tentang kehidupan orang-orang kudus. Karya tulis yang paling mengena dalam dirinya adalah De Vita Christi karya Ludolfus dari Sachsen. De Vita Christi merupakan hasil karya Ludolfus selama 40 tahun, berisi penjelasan seputar Injil dengan menggunakan kutipan-kutipan hasil karya lebih dari enam puluh Bapa Gereja, secara khusus menyitir St. Gregorius Agung, St. Basilius, St. Agustinus, dan St. Beda. Buku tersebut kelak mempengaruhi seluruh kehidupan Íñigo, mengilhaminya untuk mengabdikan diri bagi Allah serta meneladani St. Fransiskus dari Assisi dan para rahib agung lainnya. De Vita Christi juga mengilhami metode meditasinya, sebab Ludolfus menganjurkan para pembaca untuk menempatkan diri mereka masing-masing secara mental (dalam pikiran) di tempat kejadian dalam kisah Injil, termasuk memvisualisasikan palungan dalam kisah Kelahiran Yesus, dan lain-lain. Jenis meditasi semacam itu, yang dikenal sebagai "Kontemplasi Sederhana", merupakan dasar dari metode yang kelak diajukan St. Ignatius dalam Latihan Rohani karyanya.[17][18][19]

Pada bulan Maret 1522, keadaan Íñigo telah mulai membaik untuk dapat berjalan kembali dan ia berketetapan hati untuk memulai suatu ziarah ke Tanah Suci untuk "mencium bumi tempat Tuhan kita pernah berjalan di atasnya",[13] dan ia mengunjungi biara Benediktin Santa Maria de Montserrat. Di sana, ketika semalam-malaman berjaga dalam doa, ia mengalami suatu visiun akan Perawan Maria dan Kanak-Kanak Yesus. Ia lalu melakukan pemeriksaan seksama atas dosa-dosanya di masa lampau, mengakukannya, memberikan pakaiannya yang mahal kepada seorang miskin yang ia jumpai, mengenakan sehelai "garmen dari kain karung", menanggalkan pedang dan belatinya di depan patung Sang Perawan.[6]

Dari Montserrat ia berjalan ke kota Manresa (Catalunya) di dekatnya, tempat ia tinggal selama sekitar satu tahun, mengemis untuk menyambung hidupnya, dan akhirnya menerima tugas-tugas pelayanan di satu rumah sakit setempat dengan imbalan makanan dan tumpangan. Selama beberapa bulan ia melewatkan sebagian besar waktunya dengan berdoa di suatu gua di dekat sana,[20] tempat ia mempraktikkan asketisme dengan keras, berdoa tujuh jam sehari, serta merumuskan dasar-dasar Latihan Rohani-nya.

Íñigo juga mengalami serangkaian penglihatan atau visiun yang sangat jelas selama berada di rumah sakit tersebut. Visiun yang berulang-ulang itu berupa "suatu wujud di dekatnya yang melayang-layang di udara dan wujud ini memberinya banyak penghiburan karena luar biasa indah ... wujud itu entah bagaimana sepertinya memiliki bentuk seekor ular dan memiliki banyak objek yang bersinar seperti mata, tetapi bukan mata. Ia memperoleh banyak kegembiraan dan penghiburan dengan memandang objek tersebut ... tetapi ketika objek tersebut lenyap ia menjadi sangat sedih".[21] Kendati tampak sangat indah dan surgawi, ia menyimpulkan bahwa visiun tersebut pada hakikatnya berasal dari roh jahat dan ia mengabaikannya.[22]

Masa studi

Pada bulan September 1523, Íñigo melakukan ziarah ke Tanah Suci dengan tujuan menetap di sana. Ia tinggal di sana dari tanggal 3 sampai 23 September, namun ia dikirim kembali ke Eropa oleh para frater Fransiskan. Di kemudian hari, dua belas tahun kemudian, ketika menghadap Sri Paus bersama rekan-rekannya, ia kembali mengusulkan untuk mengirim para rekannya sebagai utusan-utusan di Yerusalem.[23]

Ia kembali ke Barcelona dan, saat usianya 33 tahun, menempuh pendidikan gratis di suatu sekolah negeri jurusan tata bahasa, sebagai persiapan untuk masuk perguruan tinggi. Setelah selesai mempersiapkan diri, ia melanjutkan ke universitas di Alcalá,[24] tempat ia belajar Teologi dan bahasa Latin dari tahun 1524 sampai 1534.

Di sana ia bersua dengan beberapa wanita yang pernah dipanggil ke hadapan Inkuisisi Spanyol. Para wanita tersebut dianggap sebagai kaum alumbrados (Teriluminasikan, Iluminati, atau Yang Tercerahkan) – suatu kelompok yang semangat dan spiritualitasnya dikaitkan dengan reformasi Fransiskan, namun menimbulkan kecurigaan pihak administrator Inkuisisi. Pada suatu waktu, Íñigo sedang berkhotbah di jalan ketika tiga orang dari antara para wanita tersebut mulai mengalami keadaan ekstatik: "Seorang jatuh tak sadarkan diri, yang lain terkadang berguling-guling di tanah, yang lain lagi sempat terlihat berada dalam pengaruh tawa tak terkendali atau gemetaran dan berkeringat dingin." Aktivitas mencurigakan tersebut terjadi sementara Íñigo sedang berkhotbah tanpa memiliki gelar teologi. Íñigo lalu ditahan untuk diinterogasi pihak Inkuisisi, meski ia kemudian dibebaskan.[25]

Setelah berulang kali mengarungi aktivitas-aktivitas serupa yang penuh petualangan, Íñigo (sekarang Ignatius) pindah ke Paris untuk menempuh pendidikan di Universitas Paris. Ia belajar di Collège de Montaigu, bagian universitas tersebut yang berhaluan asketis, selama lebih dari tujuh tahun.

Ia tiba di Paris pada masa pergolakan anti-Protestan yang memaksa Jean Calvin meninggalkan Perancis. Tidak lama setelah kedatangannya, Ignatius menghimpun enam rekan kuncinya, kesemuanya ia jumpai sebagai sesama mahasiswa di universitas tersebut.[26] Mereka adalah Fransiskus Xaverius, Alfonso Salmeron, Diego Laynez, dan Nicolas Bobadilla, semuanya orang Spanyol; Petrus Faber, seorang Savoie; dan Simão Rodrigues dari Portugal. Petrus Faber, seorang pemuda dari Savoie (Savoy) di selatan Perancis, dan Fransiskus Xaverius, seorang bangsawan dari ujung timur negara Basque, merupakan teman-teman sekamarnya yang pertama,[13] dan kelak menjadi rekan-rekan terdekatnya dalam mendirikan tarekat Yesuit.

"Pada pagi hari tanggal 15 Agustus 1534, di kapel dalam Gereja Santo Petrus, di Montmartre, Loyola dan keenam rekannya—yang dari antara mereka hanya seorang yang adalah imam—bertemu dan mengikrarkan kaul-kaul meriah untuk karya seumur hidup mereka."[27]

Nantinya turut bergabung bersama mereka Fransiskus Borgia, seorang anggota Keluarga Borgia yang adalah orang kepercayaan utama Kaisar Karl V, dan para bangsawan lain.

Ignatius memperoleh gelar master (magister) dari Universitas Paris pada usia 43 tahun. Karenanya di kemudian hari ia sering dipanggil "Master Ignatius".[27]

Pater Jendral Kaum Yesuit

Ignatius terpilih sebagai Superior Jendral pertama dari ordonya, dianugerahi dengan gelar Pater Jendral oleh kaum Yesuit. Ia mengirimkan rekan-rekannya sebagai misionaris ke seluruh Eropa untuk mendirikan sekolah, perguruan tinggi dan seminari. Juan de Vega, duta besar Kaisar Charles V di Roma pernah bertemu dengan Ignatius di kota tersebut. Atas rasa hormatnya yang tinggi terhadap Ignatius dan Kaum Yesuit, ketika Vega diangkat sebagai wakil kuasa Sisilia ia membawa orang-orang Yesuit bersamanya. Sebuah perguruan tinggi Yesuit dibuka di Messina; kesuksesan institusi ini memperoleh perhatian besar sehingga aturan dan metodenya kemudian ditiru oleh perguruan-perguruan tinggi lainnya. [28] Pada tahun 1548 buku Latihan Spiritual akhirnya dicetak. Ia sempat diajukan ke depan Inkuisisi Romawi, namun kemudian dibebaskan.

 
Ignatius sebagai Superior Jendral.

Ignatius menulis Konstitusi Yesuit, yang diadopsi pada tahun 1540 oleh Serikat Yesuit, yang menciptakan organisasi yang bergaya monarki dan menekankan pada penyerahan diri dan ketaatan pada Sri Paus dan para pemimpin ordo secara mutlak (perinde ac cadaver, “berdisiplin tinggi seperti sesosok mayat” sebagaimana digambarkan oleh Ignatius). Prinsip utamanya menjadi motto kaum Yesuit: Ad maiorem Dei gloriam (“demi keagungan Allah yang lebih besar”). Kaum Yesuit merupakan pemeran utama dalam gerakan Kontra Reformasi. Antara tahun 1553-1555, Ignatius mendikte cerita hidupnya kepada sekretarisnya, Romo Gonçalves da Câmara. Otobiografi ini merupakan kunci yang sangat berharga untuk memahami karya tulisan Latihan Rohani-nya. Otobiografi ini disimpan di dalam arsip selama kurang-lebih 150 tahun sebelum kaum Bollandis menerbitkannya di Acta Sanctorum. Sebuah edisi penting hadir di volume pertama Fontes Narrativi (1943) yang merupakan bagian dari serial tulisan Monumenta Historica Societatis Iesu. Ignatius wafat di Kiev-Oblast pada tanggal 31 Juli 1556 sebagai akibat dari “demam Asia Tengah”, semacam penyakit malaria yang berulang-ulang terjadi di Rusia, Ukraina, dan negara-negara Asia Tengah, di beberapa periode dalam sejarah.

Kutipan Terkenal dari Ignatius Loyola:

Kanonisasi dan Warisan

Ignatius dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tanggal 27 Juli 1609 dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tanggal 13 Maret 1622. Hari rayanya dirayakan tiap tahun pada tanggal 31 Juli, tanggal wafatnya. Santo Ignatius dihormati sebagai santo pelindung prajurit Katolik, Taruna militer Filipina, negara Basque and berbagai kota di kawasan tempat lahirnya.

Dari semua institusi yang didedikasikan pada Santo Ignatius, salah satu yang terkenal adalah Basilika Santo Ignatius Loyola yang dibangun di samping rumah kelahirannya di kota Azpeitia, negara Basque. Rumah keluarganya itu sekarang telah dimasukkan ke dalam kompleks Basilika sebagai museum.

Warisan Ignatius di antaranya adalah sekolah-sekolah dan berbagai institusi pendidikan Yesuit di seluruh penjuru dunia. Di Amerika Serikat saja terdapat 28 perguruan tinggi dan universitas serta lebih dari 50 sekolah menengah yang dikelola oleh kaum Yesuit. Di Indonesia, belasan institusi pendidikan Yesuit telah berdiri dan melayani bangsa Indonesia selama berpuluh-puluh tahun, seperti Kolose Loyola, Universitas Sanata Dharma dan Kolese De Britto di Yogyakarta serta Kolese Kanisius dan Kolese Gonzaga di Jakarta dan PIKA (SMTIK dan Akademi Teknik PIKA) di Semarang, Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang.

Lambang Keluarga Oñaz-Loyola

Lambang Keluarga Oñaz-Loyola adalah simbol garis keturunan Oñaz dalam keluarga Ignatius, dan dipergunakan oleh banyak insitusi Yesuit di berbagai penjuru dunia.

 
Lambang Keluarga Oñaz-Loyola

Bibliografi

 
Patung Ignatius of Loyola, di Belo Horizonte, Brasil.

Primer

  • Loyola, (St.) Ignatius (1964). The Spiritual Exercises of St. Ignatius. Anthony Mottola. Garden City: Doubleday. ISBN 9780385024365. 
  • Loyola, (St.) Ignatius (1900). Joseph O'Conner, ed. The Autobiography of St. Ignatius. New York: Benziger Brothers. OCLC 1360267. [30]
  • Loyola, (St.) Ignatius (1992). John Olin, ed. The Autobiography of St. Ignatius Loyola, with Related Documents. New York: Fordham University Press. ISBN 082321480X. 
  • Foss, Michael (1969). The Founding of the Jesuits, 1540. Turning Points in History Series. London: Hamilton. ISBN 0241015138. 

Sekunder

Karya-karya Lainnya

Biografi

Referensi

  1. ^ (Spanyol) García Villoslada, Ricardo (1986). San Ignacio de Loyola: Nueva biografía. La Editorial Católica. ISBN 84-220-1267-7. We deduct that, (...), Iñigo de Loyola should have been born before October 23, 1491. 
  2. ^ (Inggris) Idígoras Tellechea, José Ignacio (1994). "When was he born? His nurse's account". Ignatius of Loyola: The Pilgrim Saint. Chicago: Loyola University Press. hlm. 45. ISBN 0-8294-0779-0. 
  3. ^ (Inggris) Ignatius of Loyola (1970). The constitutions of the society of Jesus. Diterjemahkan oleh Ganss, George E. Institute of Jesuit Sources. hlm. 249 [No. 529]. The entire meaning of this fourth vow of obedience to the pope was and is in regard to the missions ... this obedience is treated: in everything which the sovereign pontiff commands. 
  4. ^ (Inggris) Nugent, Donald (1974). Ecumenism in the Age of the Reformation: The Colloquy of Poissy. Harvard University Press. hlm. 189. ISBN 0-674-23725-0. 
  5. ^ (Spanyol) "Summer Fiestas" (PDF). euskadi.net. Diakses tanggal 2008-07-24. 
  6. ^ a b c (Inggris)   John Hungerford Pollen (1913). "St._Ignatius_Loyola". Dalam Herbermann, Charles. Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  7. ^ (Spanyol) "Nombres: Eneko". Euskaltzaindia (The Royal Academy of the Basque Language). Diakses tanggal 2009-04-23. 
  8. ^ (Spanyol) Verd, Gabriel María (1976). "El "Íñigo" de San Ignacio de Loyola". Archivum Historicum Societatis Iesu. Roma: Institutum Historicum Societatis Iesu. 45: 95–128. ISSN 0037-8887. 
  9. ^ (Spanyol) Verd, Gabriel María (1991). "De Iñigo a Ignacio. El cambio de nombre en San Ignacio de Loyola". Archivum Historicum Societatis Iesu. Roma: Institutum Historicum Societatis Iesu. 60: 113–160. ISSN 0037-8887. That St. Ignatius of Loyola's name was changed is a known fact, but it cannot be said that it is widely known in the historiography of the saint — neither the characteristics of the names Iñigo and Ignacio nor the reasons for the change. It is first necessary to make clear the meaning of the names; they are distinct, despite the persistently held opinion in onomastic (dictionaries) and popular thought. In Spain Ignacio and Iñigo are at times used interchangeably just as if they were Jacobo and Jaime. With reference to the name Iñigo, it is fitting to give some essential notions to eliminate ambiguities and help understand what follows. This name first appears on the Ascoli brome (dated November 18, 90 BC), in a list of Spanish knights belonging to a Turma salluitana or Saragossan. It speaks of Elandus Enneces f[ilius], and according to Menéndez Pidal the final «s» is the «z» of Spanish patronymics, and could be nothing other than Elando Iñiguez. It is an ancestral Hispanic name. Ignacio, on the other hand, is a Latin name. In classical Latin there is Egnatius with an initial E. It appears only twice with an initial I (Ignatius) in the sixty volumes of the Corpus Inscriptionum Latinarum. This late Latin and Greek form prevailed. In the classical period Egnatius was used as a nomen (gentilitial name) and not as a praenomen (first name) or cognomen (surname), except in very rare cases. (...) The most important conclusion, perhaps unexpected, but not unknown, is that St. Ignatius did not change his name. That is to say, he did not intend to change it. What he did was to adopt for France and Italy a name which he believed was a simple variant of his own, and which was more acceptable among foreigners.... If he had remained in Spain, he would have, without doubt, remained Iñigo. 
  10. ^ (Inggris) W.W Meissner SJ MD (1992). Ignatius of Loyola, the Psychology of a Saint. Yale University Press. hlm. 9. 
  11. ^ (Inggris) "Saint Ignatius of Loyola's Vision of Christ and God the Father at La Storta". lacma.org. Los Angeles County Museum of Art (LACMA). November 30, 2016. 
  12. ^ (Inggris) Ironically, the Song of Roland has Roland being slain by Moors, when historically his death was at the hands of Basques like Íñigo himself.
  13. ^ a b c d (Inggris) Traub, S.J.,George and Mooney, Ph.D., Debra. A Biography of St. Ignatius Loyola, Xavier University
  14. ^ a b (Inggris) Richard Cohen (August 5, 2003). By the Sword: A History of Gladiators, Musketeers, Samurai, Swashbucklers, and Olympic Champions. Modern Library Paperbacks. 
  15. ^ (Inggris) In Spanish the title was "Gentilhombre", but this should not be understood as synonymous with the English term gentleman, which denotes a man of good family. See Thomas Rochford, Ignatius Loyola: the pilgrim and man of prayer who founded the Society of Jesus "St. Ignatius Loyola: the pilgrim and man of prayer who founded the Society of Jesus", accessed Nov. 15, 2007.]
  16. ^ (Inggris) Rochford, Thomas. "St. Ignatius Loyola: the pilgrim and man of prayer who founded the Society of Jesus". Society of Jesus. Diakses tanggal 2007-11-15. 
  17. ^ (Inggris) Sr Mary Immaculate Bodenstedt, "The Vita Christi of Ludolphus the Carthusian", a Dissertation, Washington: Catholic University of America Press 1944 British Library Catalogue No. Ac2692.y/29.(16).
  18. ^ (Inggris) "The Vita Christi" by Charles Abbot Conway Analecta Cartusiana 34
  19. ^ (Inggris) "Ludolph's Life of Christ" by Father Henry James Coleridge in The Month Vol. 17 (New Series VI) July — December 1872, pp. 337–370
  20. ^ (Inggris) "The Cave an artistic heritage". The Cave. Place of pilgrimage and worship. Diakses tanggal 4 August 2014. 
  21. ^ (Inggris) Jean Lacouture, Jesuits, A Multibiography, Washington, D.C.: Counterpoint, 1995, p. 18.
  22. ^ (Inggris) Demski, Eric (2014). Living by the Sword. Bloomington, Indiana: Trafford Publishing. hlm. 289. ISBN 978-1-490-73607-5. ISBN 1-49073607-7. 
  23. ^ (Inggris) Jean Lacouture, Jesuits, A Multibiography, Washington, D.C.: Counterpoint, 1995, p. 24.
  24. ^ Yaitu Universitas Complutense Madrid masa kini, bukan Universitas Alcalá yang baru didirikan pada tahun 1977.
  25. ^ (Inggris) Jesuits, A Multibiography by Jean Lacouture, pp. 27–29, Washington, D.C.: Counterpoint, 1995
  26. ^ (Inggris) Michael Servetus Research Website that includes graphical documents in the University of Paris of: Ignations of Loyola, Francis Xavier, Alfonso Salmerón, Nicholas Bobadilla, Peter Faber and Simao Rodrigues, as well as Michael de Villanueva ("Servetus")
  27. ^ a b (Inggris) History of The World by John Clarke Ridpath, Vol. V, pp. 238, New York: Merrill & Baker, 1899
  28. ^   J.H. Pollen (1913). "History_of_the_Jesuits_Before_the_1773_Suppression". Dalam Herbermann, Charles. Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  29. ^ Ignatius Loyola, Spiritual Exercises, Rule 13 Henry Bettenson, ed., Documents of the Christian Church, 2nd ed. (London: Oxford University Press, 1963), p. 260.
  30. ^ For information on the O'Conner and other translations, see notes in A Pilgrim's Journey: The Autobiography of Ignatius of Loyola Page 11-12.

Pranala luar