Kajian komunikasi

bidang akademik
Revisi sejak 18 Oktober 2017 01.09 oleh Adeninasn (bicara | kontrib)

Komunikasi (bahasa Inggris: communication) adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.[1] Sedangkan 'kajian komunikasi' adalah suatu disiplin akademis yang mempelajari proses komunikasi manusia. Jenis komunikasi terdiri dari tiga tipe, diantaranya adalah komunikasi "verbal" yaitu sebuah proses komunikasi yang dilakukan untuk memahami makna sebuah pesan dengan melibatkan pendengaran; komunikasi "tertulis" yang artinya sebuah pesan didapatkan melalui proses membaca; dan komunikasi "nonverbal" atau proses komunikasi yang melibatkan pengamatan seseorang dalam menyimpulkan makna.[2] Kajian komunikasi terdiri dari beragam topik, mulai dari percakapan langsung hingga komunikasi lewat media seperti penyiaran televisi, dan radio. Kajian komunikasi juga menguji bagaimana sebuah pesan ditafsirkan dengan menggunakan dimensi politik, budaya, ekonomi, semiotika, hermeneutika, dan dimensi sosial dalam konteks komunikasinya. Misalnya adalah Statistika yang merupakan disiplin ilmu dengan pendekatan kuantitatif dalam mengkomunikasikan sains. Statistika juga merupakan topik dalam penelitian kajian komunikasi, yang dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat klaim.[3]

Sejarah

Studi tentang komunikasi manusia berawal dari peradaban Yunani Kuno, dan Roma dengan filsuf penting seperti Sokrates, Cicero, dan Plato. Di zamannya, kajian ini dikenal dengan retorika publik, komunikasi publik atau orasi, dan persuasi. Lalu, seiring dengan perkembangan teknologi, kajian komunikasi menjadi lebih banyak dipelajari khususnya selama Perang Dunia I dan II. Komunikasi modern banyak dikembangkan oleh Paul Lazarsfeld, Kurt Lewin, dan Harold Lasswell sebagai para pendiri awal pranata pendidikan komunikasi.[4] Lazarsfeld adalah seorang ahli matematika, yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran sosialisme. Dia mendalami metodologi komunikasi dengan menggunakan latar belakangnya sebagai matematikawan. Dia banyak mengkaji pengaruh propaganda. Dia juga terkenal dengan teori dua tahap aliran komunikasi; yaitu teori yang menjelaskan bagaimana informasi menyebar dalam opini publik. Teori tersebut masih digunakan hingga masa kini. Sedangkan Harold Lasswell lebih banyak mengkaji pergerakan kekuasaan dalam politik. Dia mendalami pengaruh efek media dalam pesan-pesan propaganda, termasuk penggunaan kajian kritis dan desain penelitian kualitatif. Dia juga banyak dipengaruhi pemikiran pragmatisme, dan psikoanalisa Freud. Lasswell terkenal dengan kontribusinya tentang model-model komunikasi. Selain itu, salah satu tokoh komunikasi lainnya adalah Kurt Lewin; seorang psikolog eksperimental di Universitas Berlin, dan banyak berkontribusi dalam penelitian ilmiah teoretis. Dalam merumuskan teori-teorinya tentang psikologi, dia banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu alam seperti fisika dan kedokteran. Sedangkan, Carl Hovland banyak mengkaji persuasi dengan pendekatan psikoanalisa Freud dan pemikiran behaviorisme dari Clark L. Hull. Hovland banyak mengkaji masalah-masalah sosial dengan pendekatan multidisipliner di Institut Hubungan Manusia di Universitas Yale.

Selama Perang Dunia II, kajian tentang propaganda dan interaksi manusia banyak dipelajari. Para pengkaji mengerti betapa pentingnya mengkaji pembuatan pesan dan proses pertukarannya; kemudian membangun pusat-pusat komunikasi di institusinya masing-masing. Kajian modern tentang komunikasi manusia selama beberapa dekade sangat berkembang, dengan pendekatan metodologi yang berbeda pula berdasar topik kajiannya. Para pengkaji mempelajari topik-topik yang berhubungan denga sub bidang seperti komunikasi kesehatan, komunikasi massa, komunikasi interpersonal, komunikasi antarbudaya, persuasi dan penguaruh sosial, komunikasi politik, dan teknologi komunikasi. Para pengkaji ini mulai melalui pendekatan dengan meneliti komunikasi manusia melalui beragam pendekatan ontologi dan epistemologi; termasuk retorika, semiotika, fenomenologi, sibernetika, sosiopsikologi, dan tradisi teori kritis.[5] Oleh sebab itu, istilah "komunikasi" digunakan untuk menjelaskan beragam tradisi yang berbeda ini.

Di penghujung abad 20, domain akademis dengan beragam departemen komunikasi termasuk komponen-komponen pertunjukkan seperti perunjukan tokoh dalam literatur, bercerita; komponen-komponen humaniora seperti analisis retorika, berfikir kritis; dan komponen-komponen ilmu sosial seperti percobaan-percobaan ilmiah; serta komponen-komponen kedoketran atau biologi seperti penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bicara dan bahasa, dan audiologi. Departemen komunikasi juga berhubungan dengan pelatihan-pelatihan profesional yang berhubungan dengan media seperti jurnalistik, produksi media massa, desain web, dan telekomunikasi. Beberapa kajian komunikasi dengan metode penelitian kuantitatif seperti desain survei, eksperimen, analisis konten kuantitatif, dan meta-analisis berada pada satu bidang keilmuan yang disebut komunikologi. Komunikologi mulai dibangun oleh murid Wilbur Schram; orang pertama yang mendirikan Departemen Ilmu Komunikasi Umum, pada awal tahun 1950-an di Universitas Michigan. Universitas Michigan adalah universitas pertama di Amerika Serikat yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam kajian komunikasi.[6]

Batasan kajian dan pendekatan teori

Kajian komunikasi menghubungkan aspek-aspek ilmu sosial dan humaniora. Secara alami, kajian komunikasi merupakan fokus bidang akademis. Sebagai halnya ilmu sosial, disiplin ilmu ini seringkali terkait dengan sosiologi, psikologi, antropologi, biologi, ilmu politik, ekonomi, kebijakan publik, dan lain sebagainya.[7] Fokus pengembangan penelitian dalam kajian komunikasi merupakan bagian dari jenjang komunikasi secara umum. Bagi mahasiswa sarjana, fokus kajian ini adalah untuk mempersiapkan mereka dalam memahami proses komunikasi di masyarakat; dan perkembangan kajian komunikasi dalam bidang yang lebih spesifik.[8]

Penedekatan holistik dalam kajian komunikasi dengan konteks politik misalnya untuk menguji beragam kemungkinan, seperti aktor dan saluran televisi, atau media apa saja yang dapat mengubah lansekap semiotika, dan mengubah persepsi; lalu mengubah kredibilitas dan mengubah latar belakang, dan mengubah pergerakan tampilan, dari seorang kandidat politik. Bidang komunikasi politik modern banyak dipengaruhi oleh paktek-praktek pembingkaian doktrin-doktrin operasi informasi, yang diturunkan dari sifat alamiahnya dengan dasar seperti kajian militer dan strategi. Berdasarkan pandangan ini, konsep tindakan dalam lingkungan informasi sangat relevan. Lingkungan informasi adalah suatu kumpulan dari individu-individu, organisasi, dan sistem yang mengumpulkan, memproses, dan menyebarkan atau bertindak berdasarkan informasi. Lingkungan ini terdiri dari tiga dimensi yang saling terhubung; seperti individu-individu yang saling berinteraksi, organisasi-organisasi, dan sistem. Dimensi-dimensi ini dikenal sebagai dimensi fisik, informasional, dan kognitif.[9]


Amerika Serikat memiliki Asosiasi Komunikasi Nasional (AKN) yang mengidentifikasi sembilan sub disiplin kajian komunikasi, yang digunakan untuk memperluas disiplin ilmu diantaranya adalah: komunikasi teknis, kritik budaya, komunikasi kesehatan, komunikasi antarbudaya, komunikasi interpersonal untuk kelompok, komunikasi massa, komunikasi organisasi, komunikasi politik atau retoris, dan komunikasi lingkungan; dimana mahasiswa di sana dapat mengambil program studi ini sebagai pilihan. Program dan mata kuliah lain yang seringkali terhubung dalam program komunikasi diantaranya adalaha jurnalistik, studi kritik film, teater, hubungan masyarakat, ilmu politik seperti strategi kampanye, komunikasi publik, kajian efek media dalam pemilu seperti radio, televisi, dan produksi film. Kini sudah banyak program yang menjadi sub bidang dari kajian komunikasi seperti komunikasi termediasi komputer (bahasa Inggris: computer mediated communication) dan penelitian-penelitaian mengenai dampak media baru terhadap komunikasi.

Bentuk umum komunikasi

Komunikasi massa memiliki peran vital dalam mempengaruhi jumlah audiens. Pada dasarnya komunikasi massa memiliki dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi interpersonal dan komunikasi dengan media. Adapun bentuk umum dalam komunikasi terdiri dari komunikasi intrapersonal, komunikasi diadik, komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan komunikasi massa.

Komunikasi intrapersonal

Komunikasi intrapersonal terjadi pada diri sendiri, dimana pengirim dan penerima pesan terjadi hanya pada satu orang. Jadi umpan balik bekerja tanpa interupsi. Contohnya seseorang dapat berkomunikasi tentang kesakitan, pemikiran, perasaan, emosi, dan lain sebagainya kepada dirinya sendiri.[10]

Komunikasi diadik

Komunikasi diadik terjadi jika dua orang terlibat dalam proses komunikasi; dimana sumber pesan menjadi penerima pesan, dan sebaliknya.[10] Hal ini terjadi karena proses komunikasi terjadi dinamis dan pemberian respon terjadi antara sumber dan penerima pesan.

Komunikasi kelompok

Pada bentuk komunikasi diadik, proses komunikasi hanya melibatkan dua orang. Sedangkan bentuk komunikasi kelompok terdapat lebih dari dua orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Dalam bentuk komunikasi ini, semua orang dapat menjadi sumber pemberi pesan, dan saling memberikan respon satu sama lain.[10] Dalam bentuk komunikasi kelompok, terdapat empat pola yang seringkali banyak digunakan, diantaranya:

  • Pola lingkaran

Dalam komunikasi pola lingkaran, pengirim pesan merupakan pemimmpin kelompok dengan anggota kelompok sebagai penerimanya; dimana pemimpin kelompok mengirimkan pesannya secara langsung kepada salah satu anggota kelompok, dan anggota kelompok yang menerima pesan tersebut ditugaskan untuk menyampaikan pesan tersebut kepada anggota kelompok lainnya. Tidak ada dari anggota kelompok lainnya yang menerima pesan tersebut langsung dari pemimpin kelompok. Dalam pola ini, pesan dari pengirim pesan sampai ke seluruh anggota kelompok dengan cara saling menginformasikan pesan tersebut dalam anggota kelompok, karena akan membutuhkan banyak waktu untuk bertemu sang pengirim pesan.[11]

  • Pola rantai

Dalam komunikasi pola rantai, akan ditemui masalah yang sama seperti pada komunikasi pola lingkaran. Bagian terburuk dari pola ini adalah, penerima pesan terakhir mungkin sengkali menerima pesan yang tidak sama atau 'termodifikasi' dari pesan awalnya. Dalam kasus ini, pemimpin kelompok tidak dapat menemukan apakah penerima terakhir tersebut menerima informasi yang benar atau tidak; karena tidak ada umpan balik yang dapat mengidentifikasi distorsi pesan ini.[11]

  • Pola Y

Komunikasi pola Y merupakan komunikasi yang lebih kompleks dan juga memiliki masalah komunikasi yang sama seperti dalam pola lingkaran ataupun pola rantai; karena anggota kelompok terbagi menjadi tiga kelompok kecil, dan suatu anggota kelompok kecil tidak dapat berkomunikasi dengan anggota kelompok kecil lainnya, kecuali lewat pemimpin kelompok.[11]

  • Pola Roda

Komunikasi kelompok dengan pola roda, adalah pola komunikasi terbaik dibandingkan tiga pola sebelumnya; dimana pemimpin kelompok memiliki kontak langsung dengan seluruh anggota kelompok. Pada komunikasi pola ini hampir dipastikan tidak akan ada masalah komunikasi, masalah waktu maupun umpan balik dari anggota kelompok. Namun, semua anggota kelompok tidak dapat terhubung satu sama lain.[11]

Komunikasi publik

Dalam komunikasi publlik, pesan diberikan hanya oleh satu orang atau satu entitas dengan jumlah penerima pesan yang sangat banyak. Berbeda dengan bentuk komunikasi kelompok; dimana semua entitas yang terlibat dapat saling memberikan respon, baik sebagai pemberi atau penerima pesan; maka dalam komunikasi publik, semua audiens lebih difokuskan perhatiannya pada pemberi pesan.[10]

Komunikasi massa

Bentuk komunikasi massa, biasanya memiliki jumlah audiens yang sangat banyak, dan tidak dapat dikelompokkan dalam satu tempat. Oleh sebab itu, bentuk komunikasi massa akan membutuhkan alat atau teknologi supaya proses komunikasi dapat berlangsung. Namun, karena tidak adanya akses kepada penerima pesan, maka media lain seperti surat kabar, radio, televisi atau internet sangat dibutuhkan. Selain itu, dalam bentuk komunikasi ini respon audiens sangat sedikit dan lambat.[10] Bidang khusus yang lebih fokus mempelajari komunikasi massa adalah kajian media.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ "komunikasi - Wiktionary bahasa Indonesia". id.wiktionary.org. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  2. ^ "Leadership and Organizational Behavior". 2016-03-10. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  3. ^ Hayes, Andrew F. (2005). Statistical Methods for Communication Science. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. hlm. 8–9. 
  4. ^ Schramm, W. L. (1997). The beginnings of communication study in America: A memoir. Thousand Oaks: Sage. 
  5. ^ Craig, Robert T. (1999-05-01). "Communication Theory as a Field". Communication Theory (dalam bahasa Inggris). 9 (2): 119–161. doi:10.1111/j.1468-2885.1999.tb00355.x. ISSN 1468-2885. 
  6. ^ Rogers, Everett M. (2001), "The Department of Communication at Michigan State University as a Seed Institution for Communication Study", Communication Studies, 52 (3): 234–248 
  7. ^ Calhoun, Craig (2011). "Communication as Social Science (And More)" (PDF). International Journal of Communication. McGill University. 5: 1479–1496. 
  8. ^ Morreale, Sherwyn; Osborn, Michael; Pearson, Judy (2000). "Why Communication is Important: A Rationale for the Centrality of the Study of Communication" (PDF). Journal of the Association for Communication Administration. National Communication Association. 29: 1–25. 
  9. ^ "Chairman of the Joint Chiefs of Staff, U.S. Army (2012). Information Operations. Joint Publication 3-13. Joint Doctrine Support Division, 116 Lake View Parkway, Suffolk, VA." (PDF). Dtic.mil. Diakses tanggal 2017-05-01. 
  10. ^ a b c d e "Forms of Communication". Communication Theory (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-14. 
  11. ^ a b c d "Patterns of Communication". Communication Theory (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-14. 

Bacaan lanjut

Cohen, Herman. (1994). VA, Annandale, ed. The History of Speech Communication: The Emergence of a Discipline, 1914-1945. Speech Communication Association. 
Gehrke, Pat J. (2009). The Ethics and Politics of Speech: Communication and Rhetoric in the Twentieth Century. Carbondale, IL: Southern Illinois University Press. 

Pranala luar