Ibnu Masawayh

dokter asal Iran
Revisi sejak 29 Oktober 2017 04.28 oleh Nurrohmadlah (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '''' == Ibnu Masawayh (Dokter Spesialis Diet)== ''' '''Abu Zakariyya Yuhanna Ibnu Masawayh''', atau nama populernya Ibnu Masawayh adalah seorang dokter yang te...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ibnu Masawayh (Dokter Spesialis Diet)

Abu Zakariyya Yuhanna Ibnu Masawayh, atau nama populernya Ibnu Masawayh adalah seorang dokter yang termahsyur pada abad 3 H/9 M., dan meninggal pada tahun 249 H/857 M. Karirnya sebagai seorang dokter ternama dimulai sejak pemerintahan al-Rasyid hingga al-Mutawakkil. Salah satu sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan pada masanya adalah karya terjemahannya dari karya-karya Yunani. Ini merupakan bahan penting untuk "Baitul Hikmah" (rumah kearifan.) yang terkenal itu. Di kalangan masyarakat "high class", yang biasanya terdiri dari Khalifah, Ibnnu Masawayh terutama dikenal dan dikagumi kemampuan intelektualnya di bidang ilmu kedokteran. Ia pernah bekerja sebagai dokter istana. Pasien-pasiennya, umumnya menganggap dia sebagai seorang dokter spesialis diet. Meskipun demikian, pendukung-pendukungnya tidak banyak. Dalam hal materi ia sama sekali tidak menonjol.[1]
Ibnu Masawayh bersahabat baik dengan Ibrahim bin al-Mahdi, yang punya minat besar terhadap sains Yunani seperti halnya syair-syair Arab. Ia juga diperkenelakan dengan putra-putra al-Rasyid, yang salah seorang diantaranya adalah Abu al-Abbas Muhammad. Kemasyhuran namanya yang melejit dengan cepat bukannya tanpa saingan dan kecaman sama sekali. Ini dapat dilihat dari adanya "kekuatan" dari keluarga Bukhtyashu yang berhasil mensuplai empat generasi dokter ke istana para Khalifah waktu itu. Semua keluarga Bukhtyashu adalah penganut kepercayaan Nestorian, yang ketika bekerja di istana tetap tidak meninggalkan kepercayaan itu.
Mereka meskipun mempunyai keyakinan yang berbeda-beda, yang memisahkan mereka dari Byzantium, namun tetap berhubungan dengan ajaran-ajaran Yunani. Mereka memiliki naskah-naskah "16" dari Galen yang disiapkan dan dibangun bersama dengan orang-orang Alexandria, dan bahkan menunjukkan suatu keinginan besar untuk melebihi komentar-komentar hingga ajaran-ajaran Galen yang orisinal. Mereka juga dipengaruhi oleh sinkretisme yang bertujuan untuk menyatukan ke dalam satu kesatuan tunggal, berbagai macam disiplin ilmu yang berbeda-beda: astrologi, kedokteran, dan alklemi, berdasarkan supremasi yang berkaitan dengan pseudo-Plato.
Ada dua buah karya penting Ibnu Masawayh berbahasa Arab yang pantas disebutkan yaitu: "an-Nawadir ath-Thibiyya", sebuah kumpulan aphomerisme medis serta "Kitab al-Azmina", sebuah deskripsi tentang berbagai ragam masini sepanjang tahun. Lebih dari itu, karya Ibnu Masawayh dalam bahasa Latin, yakni "Mesue", yang isi dan penguraiannya lebih panjang, memperoleh penghargaan yang tinggi di Barat.
Sampai pada abad ke-15 M, seorang ahli kedokteran Amalfi, Petus Gulosius, tetap berpendapat bahwa buku tersebut mangandung banyak mutiara pengetahuan serta memberi kepuasan sebagai bahan pelajaran. Sebaliknya, banyak sarjana seperti Lecrere misalnya, kadang-kadang ragu mengenai kesaksian Leo Africanus untuk mengenal Ibnu Masayah lewat karyanya "Mesue", namun pembaca-pembacanya di Barat tetap tertarik pada Ibnu Masawayh terutama sebagai seorang dokter praktek yang ulung. Bahkan sebelumnya, tokoh lain, yakni ar-Razi dalam karyanya "Contines" mengakui, bahkan memuji jasa-jasa Ibnu Masawayh. Dan ini dapat diketahui dari banyaknya bahan yang dikutip dari bukunya, khususnya detil tentang praktek medis di samping dua buah buku lain yang digunakannya, yaknni "Book of Fevers", sebuah duplikat karya Hippocrates (Kitab al-Humayyat) dan "Book of Furitying Remedies" (Kitab al-Adwiya al=Munakiyya). Kedua buku tersebut di atas adalah karangan Ibnu Masawayh. Kendatipun pada kenyataan kedua buku tersebut kurang begitu terkenal, tetapi nama Ibnu Masawayh tetap tergolong sebagai salah satu nama besar dalam dunia kedokteran Arab dan merupakan seorang tokoh paling tipikal di bidang sains pada masanya.[2]

  1. ^ Arsyad, Natsir, M, Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah, (Bandung: Mizan, 1995), cet IV, hal. 63.
  2. ^ ibid