Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai

bandar udara di Indonesia

Bandar Udara Internasional Ngurah Rai (bahasa Inggris: Ngurah Rai International Airport) (IATA: DPSICAO: WADD) atau disebut juga Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai adalah bandar udara internasional yang terletak di sebelah selatan Bali, Indonesia, tepatnya di daerah Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, sekitar 13 km dari Denpasar. Bandar Udara Internasional Ngurah Rai merupakan bandara tersibuk ketiga di Indonesia, setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Bandara Internasional Juanda.

Bandar Udara Internasional Ngurah Rai

Ngurah Rai International Airport
Informasi
JenisPublik
PemilikPemerintah Indonesia
PengelolaPT Angkasa Pura I
MelayaniDenpasar
LokasiKuta, Badung, Bali, Indonesia
Maskapai penghubung
Ketinggian dpl4 mdpl
Koordinat08°44′53″S 115°10′03″E / 8.74806°S 115.16750°E / -8.74806; 115.16750
Situs webhttp://www.baliairportexperience.com/
Peta
Lua error in Modul:Location_map at line 537: Tidak dapat menemukan definisi peta lokasi yang ditentukan. Baik "Modul:Location map/data/Denpasar" maupun "Templat:Location map Denpasar" tidak ada.
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
kaki m
09/27 9,842 3,000 Aspal
Statistik (2017)
Penumpang22,863,647 (Kenaikan 24.10%)
Pergerakan Pesawat99,983(Kenaikan 11.7%)
Pesawat DC-3 Dakota Belanda di lapangan terbang Kuta tahun 1949
Bandara Ngurah Rai.

Nama bandara ini diambil dari nama I Gusti Ngurah Rai, seorang pahlawan Indonesia dari Bali.

Sejarah

Bandar Udara Ngurah Rai dibangun tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats (semacam Departemen Pekerjaan Umum). Landas pacu berupa airstrip sepanjang 700 m dari rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa Tuban. Karena lokasinya berada di Desa Tuban, masyarakat sekitar menamakan airstrip ini sebagai Pelabuhan udara Tuban.[1] Tahun 1935 sudah dilengkapi dengan peralatan telegraph dan  KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaar Maatschappij) atau Royal Netherlands Indies Airways mendarat secara rutin di South Bali (Bali Selatan), yang merupakan nama lain dari Pelabuhan Udara Tuban.
Tahun 1942 South Bali Airstrip dibom oleh Tentara Jepang, yang kemudian dikuasai untuk tempat mendaratkan pesawat tempur dan pesawat angkut mereka. Airstrip yang rusak akibat pengeboman diperbaiki oleh Tentara Jepang dengan menggunakan Pear Still Plate (sistem plat baja).
Lima tahun berikutnya 1942-1947, airstrip mengalami perubahan. Panjang landas pacu menjadi 1,2 km dari semula 700 m. Tahun 1949 dibangun gedung terminal dan menara pengawas penerbangan sederhana yang terbuat dari kayu. Komunikasi penerbangan menggunakan transceiver kode morse.[1]
Untuk meningkatkan kepariwisataan Bali, Pemerintah Indonesia kembali membangun gedung terminal internasional dan perpanjangan landas pacu kearah barat yang semula 1,2 km menjadi 2,7 km dengan overrun 2×100 meter. Proyek yang berlangsung tahun 1963-1969 diberi nama Proyek Airport Tuban dan sekaligus sebagai persiapan internasionalisasi Pelabuhan Udara Tuban.
Proses reklamasi pantai sejauh 1,5 km dilakukan dengan mengambil material batu kapur yang berasal dari Ungasan dan batu kali serta pasir dari Sungai Antosari – Tabanan.
Seiring selesainya temporary terminal dan runway pada Proyek Airport Tuban, pemerintah meresmikan pelayanan penerbangan internasional di Pelabuhan Udara Tuban, tanggal 10 Agustus 1966.[1]
Penyelesaian Pengembangan Pelabuhan Udara Tuban ditandai dengan peresmian oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Agustus 1969, yang sekaligus menjadi momen perubahan nama dari Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai (Bali International Airport Ngurah Rai).
Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dan kargo, maka pada tahun 1975-1978 Pemerintah Indonesia kembali membangun fasilitas-fasilitas penerbangan, antara lain dengan membangun terminal internasional baru. Gedung terminal lama selanjutnya dialihfungsikan menjadi terminal domestik, sedangkan terminal domestik yang lama digunakan sebagai gedung kargo, usaha jasa katering, dan gedung serba guna.[1]

Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap I

Proyek FBUKP tahap I (1990 – 1992)  meliputi Perluasan Terminal yang dilengkapi dengan garbarata (aviobridge), perpanjangan landas pacu menjadi 3 km, relokasi taxiway, perluasan apron, renovasi dan perluasan gedung terminal, perluasan pelataran parkir kendaraan, pengembangan gedung kargo, gedung operasi serta pengembangan fasilitas navigasi udara dan fasilitas catu bahan bakar pesawat udara.[1]

Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap II

Proyek FBUKP tahap II (1998-2000), pengembangan bandara dikerjakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, antara lain dengan memanfaatkan hutan bakau seluas 12 ha untuk digunakan sebagai fasilitas keselamatan penerbangan.[1]

Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap III

Rencana Proyek FBUKP tahap III meliputi Pengembangan Gedung Terminal, Gedung Parkir, dan Apron. Luas terminal domestik saat ini hanya akan dikembangkan hingga total luasnya mencapai 12.000 m² yang nantinya akan digunakan sebagai terminal internasional. Adapun eksisting terminal internasional akan dialihfungsikan menjadi terminal domestik. Dengan kondisi tersebut, Bandara Ngurah Rai akan mampu menampung hingga 25 juta penumpang.[1]

Terminal

Bandara ini memiliki satu terminal domestik dan satu terminal internasional.

Terminal Domestik

Saat ini, terminal domestik menempati area terminal internasional lama. Terminal domestik keberangkatan memiliki 8 gerbang, gerbang 1A, 1B, 1C, 2, 3, 4, 5, dan 6. Terminal domestik kedatangan memiliki 4 pengambilan bagasi.

Terminal Internasional

 
Area pengambilan bagasi terminal kedatangan internasional Bandara Ngurah Rai, Bali

Terminal internasional sudah selesai direnovasi. Untuk keberangkatan berada di lantai 3 dan kedatangan ada di lantai 1. Terminal internasional keberangkatan memiliki 14 gerbang. Gerbang 1A, 1B, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9A, dan 9B berada di lantai 3 dan gerbang 10, 11, dan 12 ada di lantai 1. Untuk gerbang keberangkatan internasional difasilitasi garbarata (aviobridge). Terminal internasional kedatangan memiliki 7 pengambilan bagasi.[2] Terdapat pula fasilitas Visa on Arrival (VOA) dan imigrasi serta bea cukai (custom) di area kedatangan internasional.

Maskapai Penerbangan dan Tujuan

Penumpang

MaskapaiTujuan
AirAsia Kuala Lumpur–Internasional
AirAsia Philippines Manila
AirAsia X Kuala Lumpur–Internasional
Air New Zealand Auckland
Air Niugini Port Moresby
Batik Air Balikpapan, Bandung, Chennai, Guilin, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Kuala Lumpur—International, Perth, Surabaya
Cathay Dragon Hong Kong
Cathay Pacific Hong Kong
Cebu Pacific Manila
China Airlines Hong Kong, Taipei–Taoyuan
Musiman: Kaohsiung
China Eastern Airlines Shanghai–Pudong
Musiman: Beijing–Ibu Kota
China Southern Airlines Guangzhou, Shenzhen
Citilink Balikpapan, Bandung, Batam, Dili, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Surabaya
Charter: Nanjing, Ningbo, Wuxi
Emirates Auckland, Dubai—Internasional
EVA Air Taipei–Taoyuan
Garuda Indonesia Bandung, Bangkok–Suvarnbahumi, Beijing—Ibu Kota, Chengdu, Delhi, Guangzhou, Haikou, Hong Kong, Jakarta–Soekarno–Hatta, Jayapura, Kupang, Makassar, Manado, Mataram–Lombok, Melbourne, Mumbai, Osaka—Kansai, Perth, Semarang, Seoul—Incheon, Shanghai—Pudong, Singapura, Surabaya, Sydney, Timika, Tokyo—Narita, Xi'an, Yogyakarta, Zhengzhou
Charter: Guilin
Charter Musiman: Kunming, Shenyang
Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Explore dan Explore Jet
Ende, Kupang, Labuan Bajo, Mataram—Lombok, Maumere, Palembang, Tambolaka
Charter: Pulau Natal
Hong Kong Airlines Hong Kong
Indonesia AirAsia Bandung, Bangkok—Don Mueang, Jakarta–Soekarno–Hatta, Kuala Lumpur—Internasional, Perth, Singapura
Indonesia AirAsia X Jakarta—Soekarno—Hatta, Surakarta/Solo, Surabaya, Tokyo—Narita, Yogyakarta
Jetstar Airways Adelaide, Brisbane, Cairns, Darwin, Melbourne, Perth, Singapura, Sydney
Jetstar Asia Airways Singapura
KLM Amsterdam, Singapura
Korean Air Seoul–Incheon
Lion Air Batam, Bandung, Jakarta–Soekarno–Hatta, Kupang, Mataram–Lombok, Makassar, Semarang, Surakarta/Solo, Surabaya, Yogyakarta
Charter: Changsha, Changzhou, Chengdu, Chongqing, Guangzhou, Haikou, Hangzhou, Harbin, Hong Kong, Nanchang, Ürümqi, Wenzhou, Wuhan, Xi'an
LOT Polish Airlines Musiman: Warsaw—Chopin
Malaysia Airlines Kuala Lumpur–Internasional
Malindo Air Brisbane, Kuala Lumpur–Internasional, Melbourne, Sydney
NAM Air Bima, Dili, Labuan Bajo, Maumere, Semarang, Surabaya, Tambolaka, Yogyakarta
Philippine Airlines Manila
Qantas Melbourne, Sydney
Qatar Airways Doha
Royal Brunei Airlines Bandar Seri Begawan
Scoot Singapura
SilkAir Singapura
Singapore Airlines Singapura
Sriwijaya Air Dili, Jakarta—Soekarno—Hatta, Surabaya
Charter: Changsha, Fuzhou, Guangzhou, Haikou, Hangzhou, Jinjiang, Wuhan
Thai AirAsia Bangkok–Don Mueang
Thai Airways Bangkok–Suvarnabhumi
Thai Lion Air Bangkok–Don Mueang
TransNusa Ende, Labuan Bajo, Ruteng, Tambolaka
Virgin Australia Brisbane, Port Hedland, Sydney
Wings Air Bima, Ende, Kupang, Labuan Bajo, Malang, Mataram–Lombok, Maumere, Semarang, Tambolaka, Waingapu
Xiamen Airlines Fuzhou, Xiamen

Kargo

MaskapaiTujuan
Garuda Indonesia Cargo Osaka–Kansai, Singapura

Transportasi darat

Angkutan kota

Angkutan kota yang dikenal juga dengan angkot (di Bali lebih dikenal dengan sebutan "Bemo" walaupun tidak beroda tiga) tersedia setiap saat menuju ke terminal umum. Angkot merupakan alternatif transportasi paling ekonomis.

Taksi tarif

(Airport Taxi Service) tersedia dengan membeli tiket sebelum keluar dari terminal baik di domestik maupun internasional. Selain taksi resmi banda, taksi lain dilarang beroperasi membawa penumpang keluar dari bandara. Namun, semua taksi boleh mengantar penumpang ke bandara.

Sewa mobil

Bandara ini juga menyediakan sewa mobil dari operator lokal dan internasional, meliputi: TRAC, Avis, Thrifty, dan Hertz.
Adapun sewa mobil Bali lainnya yang biasa digunakan untuk keperluan pariwisata.

Lihat pula

Referensi

Pranala luar