Merbah cerukcuk

spesies burung
Revisi sejak 3 Juli 2018 04.43 oleh Wie146 (bicara | kontrib) (revisi, +ref)
Merbah Cerukcuk
Merbah cerukcuk dari Bali
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Pycnonotidae
Genus:
Spesies:
P. goiavier
Nama binomial
Pycnonotus goiavier
(Scopoli, 1786)
Sinonim
  • Muscicapa goiavier Scopoli, 1786[1]

Merbah cerukcuk[2]:286 adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cica, cucak, cerukcuk atau jogjog,[3]:77 orang Jawa menyebut terucuk atau cerocokan, mengikuti bunyi suaranya yang khas. Dalam bahasa Inggris disebut Yellow-vented Bulbul.

Pengenalan

Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm.[4]:270,[2]:286

Mahkota cokelat gelap kehitaman, alis dan sekitar mata putih, dengan kekang (garis di depan mata) hitam. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat, sisi bawah (tenggorokan, dada dan perut) putih. Sisi lambung dengan coretan-coretan coklat pucat, dan penutup pantat berwarna kuning.[4]:270,[2]:286

Iris mata berwarna coklat, paruh hitam dan kaki abu-abu merah jambu.[4]:270,[2]:286

Kebiasaan dan ekologi

Merbah cerukcuk menyukai tempat-tempat terbuka, semak belukar, tepi jalan, kebun, dan hutan sekunder.[2]:286 Burung ini sering berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain,[2]:286 atau bahkan dengan jenis burung yang lain. Tidur berkelompok dengan jenisnya, di ranting-ranting perdu atau pohon kecil.

Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah aneka serangga dan buah-buahan yang lunak. Cerukcuk juga memangsa ulat dan hewan kecil lainnya seperti cacing.[4]:270 Selain itu ia juga menghabiskan waktu lebih lama untuk mencari makanan di atas tanah daripada jenis merbah lainnya.[2]:286

Pemeriksaan terhadap isi perut beberapa spesimen merbah cerukcuk dari Aceh mendapatkan sisa-sisa buah ara (Ficus), bebijian sejenis lada liar, dan sisa tubuh serangga besar.[3]:78 Sementara, penelitian di sebuah perkebunan kelapa sawit di Serawak, mendapatkan bahwa burung ini menyukai serangga-serangga ordo Coleoptera dan Homoptera sebagai mangsanya; selain juga memangsa aneka nyamuk (ordo Diptera), cacing tanah, buah-buah kecil (beri) seperti buah senggani (Melastoma), dedaunan, dan serat-serat buah kelapa sawit.[5] Di pekarangan rumah di Jawa, burung ini kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak.

Berbunyi nyaring dan berisik, cok, cok, ..cok-cok!;[3]:78 siulan pendek cuk-co-li-lek.. berulang, kadang-kadang dengan cepat; atau nyanyian bersuara lemah mirip gumam atau gerutuan burung.

Sarang cerukcuk berbentuk cawan, bulat dan kokoh. Sarang biasanya dibuat di semak-semak atau perdu, di tengah atau tepi lahan pertanian, acap kali tidak jauh dari atas tanah, pada percabangan ranting pohon; malahan tidak jarang dibangun di antara ranting-ranting terkecil di ujung cabang. Bagian dalam sarang tersusun dari anyaman daun rumput, serat tumbuhan, tangkai daun atau ranting yang halus, sementara di bagian luarnya terbentuk dari serpihan rumput yang lebar dan daun-daun bambu.[3]:78,[4]:270 Merbah ini bersifat oportunistik, sering pula menggunakan bahan-bahan lain yang cocok yang tersedia di lingkungannya, seperti potongan kertas, tali rafia, dan juga plastik untuk membangun sarangnya.[6] Di Jawa Tengah didapati pula sarang yang dibangun di sela-sela buah pisang.

Sarang dibuat oleh burung jantan dan betina secara bersama-sama, membutuhkan waktu hingga seminggu hingga selesai.[6]

Telur berjumlah dua atau tiga butir, berwarna keputihan berbintik coklat atau ungu. Tercatat bersarang sepanjang tahun, dengan puncaknya Maret sampai Juni.[3]:78,[4]:270

Penyebaran

Burung ini menyebar luas di Asia Tenggara, Semenanjung Malaya, Sunda Besar dan Filipina.[7]:264-5 Di Indonesia didapati di Sumatra dan pulau-pulau di bagian timurnya, Kalimantan, Jawa dan Bali.[2]:286 Diduga diintroduksi ke Lombok dan Sulawesi Selatan.[8]:136 Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m dpl.[4]:270[2]:286

Anak jenis

Sejauh ini, Pycnonotus goiavier memiliki enam anak jenis (subspesies) yang diakui dunia ilmiah:[9]

  • P. g. jambu Deignan, 1955 – menyebar di Burma bagian selatan (Tenasserim), Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam.
  • P. g. analis (Horsfield, 1821) – Semenanjung Malaya, Sumatra (termasuk Kep. Riau dan Lingga, Bangka, Belitung), Jawa (termasuk P. Kangean), Bali, Lombok dan Sumbawa.
  • P. g. gourdini G.R. Gray, 1847 – Kalimantan (termasuk P. Maratua), serta Karimunjawa.
  • P. g. goiavier (Scopoli, 1786) – Filipina bagian utara dan tengah (Luzon, Polillo dan Mindoro bagian selatan, hingga ke Panay, Guimaras, Negros dan Masbate).
  • P. g. samarensis Rand & Rabor, 1960 – Filipina tengah (Ticao, Samar, Biliran, Buad, Cebu, Olango, Camotes, Leyte, Bohol).
  • P. g. suluensis Mearns, 1909 – Filipina bagian selatan, mulai dari Dinagat, Nipa dan Camiguin Sur hingga ke Mindanao, Basilan dan Kepulauan Sulu.

Ras P. g. personata dari Sumatra dianggap bersinonim dengan P. g. analis; demikian pula ras P. g. karimuniensis dari Pulau Karimunjawa di Laut Jawa dianggap sinonim P. g. gourdini. Sementara itu, beberapa kajian belakangan ini menunjukkan bahwa ras wilayah Sunda (P. g. analis) kemungkinan merupakan spesies yang tersendiri, terpisah dari ras utama di Filipina (P. g. goiavier).[9]

Konservasi

 

Meski bukan termasuk burung yang berharga mahal, merbah cerukcuk termasuk salah satu jenis burung yang banyak ditangkapi untuk dipelihara, terutama di desa-desa. Beberapa sebabnya di antaranya: (a) Disukai karena mudah jinak, terutama burung yang muda, (b) Relatif mudah didapati di sekitar pemukiman pedesaan, (c) Mudah dikenali tempat bersarangnya.

Merbah cerukcuk dan cucak kutilang mungkin merupakan burung yang paling banyak dipelihara oleh anak-anak di Jawa. Terutama yang disukai adalah burung yang masih muda atau masih kecil, sehingga dapat dijinakkan. Burung yang telah jinak kerap kali tidak akan pergi jauh dari kandangnya, walaupun dilepaskan dengan bebas. Setiap saat atau setidaknya sore hari akan kembali untuk meminta makanan kepada pemeliharanya. Dalam tangkaran, burung ini biasanya diberi makan buah-buahan seperti pepaya dan pisang, dan serangga kecil seperti ulat, belalang atau cengkerik.

Kini di Jawa merbah cerukcuk telah semakin langka dan agak sukar ditemui di alam.

Catatan kaki

  1. ^ Scopoli, G.A. 1786. Deliciae florae et faunae Insubricae [...] Pars II: 96. Ticini : Ex Typographia Reg. & Imp. Monasterii S. Salvatoris. Praesidib. Rei litter. permittentibus 1787
  2. ^ a b c d e f g h i MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor :Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. ISBN 979-579-013-7
  3. ^ a b c d e Hoogerwerf, A. 1949. De Avifauna van de Plantentuin te Buitenzorg (Java). Bogor :Uitgave van de Kon. Plantentuin van Indonesië.
  4. ^ a b c d e f g MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan burung-burung di Jawa dan Bali. Jogyakarta :Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-150-2
  5. ^ Amit, B., A.A. Tuen, K. Haron, M.H. Harun, & N. Kamarudin. 2015. "The diet of Yellow-vented Bulbul (Pycnonotus goiavier) in oil palm agroecosystems". Journal of Oil Palm Research, Vol. 27(4): 417-424 [December 2015], accessed Jul 03 2018
  6. ^ a b Wee, Y.C. 2009. "Observation on the behaviour of the Yellow-vented Bulbul, Pycnonotus goiavier (Scopoli) in two instances of failed nesting". Nature in Singapore, 2: 347-352.
  7. ^ King, B., M. Woodcock, & E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. London :Collins. ISBN 0-00-219206-3
  8. ^ Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. Bogor :BirdLife IP & Dove Publication. ISBN 979-95794-2-2
  9. ^ a b HBW Alive: Yellow-vented Bulbul (Pycnonotus goiavier), diakses pada 03/VII/2018

Pranala luar