Pinang

Spesies tumbuhan dalam keluarga Arecaceae
Pinang
Lukisan dari Koehler
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. catechu
Nama binomial
Areca catechu

Pohon pinang yang dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree dan dalam Bahasa latin bernama Areca catechu ini yang merupakan salah satu jenis tumbuhan monokotil yang tergolong palem-paleman. Pohon pinang masuk ke dalam famili Arecaceae pada ordo Arecales. Pohon ini merupakan salah satu tanaman dengan nilai ekonomi dan potensi yang cukup tinggi. Tanaman yang memiliki batang lurus dan ramping ini memiliki banyak sekali manfaat dan umum dikenal sebagai tanaman obat. Pemanfaatan tanaman pinang selain untuk ekspor ke China dan beberapa negara Asia Selatan, di beberapa daerah Sumatera dan Kalimantan dimanfaatkan untuk acara seremonial seperti ramuan sirih pinang untuk upacara adat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mengubah pola pemanfaatan tanaman pinang seperti untuk keperluan farmasi dan industri, sementara India dan China saat ini telah mengolah pinang menjadi permen.

Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang. Pelbagai nama daerah di antaranya adalah pineung (Aceh), pining (Batak Toba), penang (Md.), jambe (Sd., Jw.), bua, ua, wua, pua, fua, hua (aneka bahasa di Nusa Tenggara dan Maluku) dan berbagai sebutan lainnya.[1]

Deskripsi

 
Pohon pinang. Benggala barat, India

Batang lurus langsing, dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter lk 15 cm, meski ada pula yang lebih besar. Tajuk tidak rimbun.

Pelepah daun berbentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek; helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85 x 5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi.

Tongkol bunga dengan seludang (spatha) yang panjang dan mudah rontok, muncul di bawah daun, panjang lebih kurang 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap, sumbu ujung sampai panjang 35 cm, dengan 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya dengan banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning; benang sari 6. Bunga betina panjang lebih kurang 1,5 cm, hijau; bakal buah beruang 1.

Buah buni bulat telur terbalik memanjang, merah oranye, panjang 3,5 – 7 cm, dengan dinding buah yang berserabut. Biji 1 berbentuk telur, dan memiliki gambaran seperti jala.[2]

Di Jawa, pinang tumbuh hingga ketinggian 1.400 m dpl.




Bagian yang dapat digunakan beserta manfaatnya

 
Buah pinang yang masak

Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang makan sirih, selain gambir dan kapur.

Bagian utama tanaman pinang yang biasa dimanfaatkan yakni biji dan batangnya. Biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita.[3] Sementara itu, beberapa macam pinang bijinya menimbulkan rasa pening apabila dikunyah. Zat lain yang dikandung buah ini antara lain arecaidine, arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa unsur lainnya. Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah dan bahan penyamak.[1] Selain digunakan sebagai ramuan dalam mengobati sakit disentri, biji pinang juga dapat mengobati luka kulit, mengecilkan rahim setelah melahirkan, mengobati mata rabun dan cacingan, diare berdarah, menghasilkan zat pewarna merah, penyamak dan masih banyak manfaat lainnya. Masyarakat Biak dan Serui (Papua) memanfaatkan biji pinang muda sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama satu minggu. Biji dan kulit biji bagian dalam juga dapat digunakan untuk menguatkan gigi rapuh bersama-sama dengan sirih (penyamak). Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit mata oleh suku Dayak Kendayan di Kalimantan Barat[4]. Biji pinang mengandung alkaloida seperti arekaina (arecaine), arekolina (arecoline), guvakolin, guvasine dan isoguvasine yang dapat bersifat racun, adiktif dan merangsang otak bila dalam kandungan berlebih. Senyawa arekolin yang terdapat dalam buah pinang berkhasiat sebagai obat cacing dan penenang. Arecoline yang merupakan sebuah ester metiltetrahidrometil-nikotinat berwujud minyak basa keras. Senyawa lain yang terkandung dalam biji pinang adalah arecaidine atau arecaine, choline atau bilineurine, guvacine, guvacoline dan tannin dari kelompok ester glukosa yang menggandeng beberapa gugusan pirogalol. Sifat astringent dan hemostatik dari zat tannin inilah yang berkhasiat untuk menguatkan gusi dan menghentikan perdarahan. Selain itu, buah pinang juga mengandung tannn, lemak, kanji dan resin. Tannin dan alkaloida merupakan dua senyawa yang dominan pada biji pinang dimana kandungan tanin berkisar 15% yang tergolong senyawa polifenol yang dapat larut dalam gliserol dan alkohol, alkaloid berkisar 0,3-0,6%, sedangkan komposisi kecilnya adalah arecaidine, guvacine, guvacoline dan arecoline. Unsur pokok yang lain pada pinang terdiri dari lemak, karbohidrat, protein dan lain-lain. Biji pinang juga dapat diolah menjadi minyak atsiri untuk menjadi bahan dasar pengganti solar[5]

Sedangkan batangnya kerap diperjual belikan, terutama di kota-kota besar di Jawa menjelang perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus, sebagai sarana untuk lomba panjat pinang. Meski kurang begitu awet, kayu pinang yang tua juga dimanfaatkan untuk bahan perkakas atau pagar. Batang pinang tua yang dibelah dan dibuang tengahnya digunakan untuk membuat talang atau saluran air. batang pohon pinang biasa digunakan dalam salah satu lomba yang identik dengan kemerdekaan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan talang atau saluran air.

Selain bagian biji dan batangnya, bagian lain seperti umbut pinang muda dapat digunakan untuk mengobati patah tulang dan sakit pinggang (salah urat) serta dapat dimakan sebagai lalapan atau acar.

Daun pinang berguna untuk mengatasi masalah tidak nafsu makan dan sakit pinggang. Selain sebagai obat, pelepah daun digunakan untuk pembungkus makanan dan bahan campuran untuk topi. Sabut pinang yang rasanya hangat dan pahit digunakan untuk mengobati masalah pencernaan, sembelit dan edema.

Selain itu, bagian lain yang banyak dimanfaatkan dari pohon yang dapat mencapai ketinggian total 1400 mdpl ini adalah akarnya yang biasa digunakan sebagai bahan peracun untuk menyingkirkan musuh pada zaman dahulu, pembungkus kue dan makanan.

 
Perkebunan pinang di Taiwan

Akar pinang jenis pinang itam, pada masa lalu digunakan sebagai bahan peracun untuk menyingkirkan musuh atau orang yang tidak disukai. Pelepah daun yang seperti tabung (dikenal sebagai upih) digunakan sebagai pembungkus kue-kue dan makanan. Umbutnya dimakan sebagai lalapan atau dibikin acar.

Pinang juga kerap ditanam, di luar maupun di dalam ruangan, sebagai pohon hias atau ornamental.




Persyaratan Tumbuh, Persebaran, Kecepatan Tumbuh dan Produksi

Perbedaan Varietas

Di Indonesia terdapat varietas unggul yakni Pinang Betara dan terdapat banyak jenis Pinang, namun yang sudah dilepas Menteri Pertanian yakni Pinang Betara,  sedangkan di India memiliki jenis pinang unggul seperti Pinang Mangala, Sumangala, Subamangala, Mohitnagar, Srimangala, Samruthi (Andaman), Hirehalli dwarf, VTLAH 1, 2 dan Thirthahalli dwarf.

  • Pinang Betara

Pinang Betara berasal dari Betara, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Buah mudanya berwarna hijau tua dan berwarna oranye ketika matang. Bentuk buahnya oval seperti telur dan sabut berwarna putih agak kecoklatan pada bagian dalamnya, sedangkan bagian luarnya berwarna oranye. Tempurungnya berwarna putih kekuningan, sedangkan bijinya berwarna agak kecoklatan. Tanaman ini berkembang di lahan gambut dimana umur 4-5 tahun merupakan umur mulai berbunga dan 6-7 tahun merupakan umur mulai panen

  • Pinang Aceh
  • Pinang Bulawan

Pinang Bulawan merupakan varietas unggul yang berasal dari Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara. Pinang ini memiliki keunggulan pada ukuran buah yang besar, kadar tannin yang tinggi serta potensi produksi yang tinggi.

  • Pinang Merah

Pinang merah (Gyrtostachys lakka Becc) atau biasa disebut pinang raja diduga kuat berasal dari Semenanjung Malaka, Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan. Ciri-ciri pinang ini antara lain memiliki batang yang langsing, daunnya majemuk menyirip warnanya hijau, dan pelepahnya berwarna kemerahan. Tanaman ini juga tumbuh secara merumpun. Pinang merah bisa tumbuh hingga tingginya mencapai 10 m dengan diameter sekitar 12 cm. Pinang merah mempunyai bunga yang berbentuk malai. Posisi bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam kedudukan yang berselang-seling. Sedangkan buah pinang merah berukuran kecil, bentuknya bulat telur, dengan ukuran panjang sekitar 1 cm dan diameter terlebar 6 mm. Karena kuat dan keras, batang pohon pinang merah yang sudah tua sering digunakan untuk membuat antan

  • Pinang Hutan

Pinang hutan (Pinanga Kuhlii B1) tumbuh subur di daratan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pertumbuhan pinang ini secara merumpun dengan bentuk batang yang ramping dan berbuku-buku. Pinang hutan bisa tumbuh hingga mencapai tinggi 2-6 m dan diameternya antara 2-5 cm. Pinang ini mempunyai tangkai daun yang panjangnya sampai 60 cm, penampang pelepah berbentuk persegi panjang, memiliki sisik, serta berwarna cokelat kemerahan. Bunga yang dimiliki tanaman pinang hutan berbentuk bulir, panjangnya sekitar 15-20 cm, dan mengandung 5-20 anak bulir. Seluruh bunga ini tersusun dalam dua deretan pada anak bulirnya. Sementara untuk anak buahnya berbentuk bulat telur dengan ujung yang runcing. Pohon pinang hutan biasanya menumbuhkan bunga pada bulan Mei atau Juni. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik apabila ditanam di tanah yang berada di ketinggian 10-1.600 m dpl.

  • Pinang Irian

Pinang irian (Prychosperma macarthurii Nicholson) merupakan pinang asli Pulau Irian Jaya. Kini pinang irian sudah menyebar luas ke seluruh penjuru Indonesia, bahkan laris manis sebagai tanaman hias di Benua Eropa. Pinang irian tumbuh secara merumpun dengan tinggi batang dapat mencapai 4-5 m. Pinang ini mempunyai daun yang bersirip genap, rupa ujung anak daunnya bergerigi, serta pelepah daun menutupi ujung batangnya. Bunga pinang irian memiliki bentuk malai menggantung dan berpasangan. Setiap bunga betina selalu diapit oleh dua bunga jantan sekaligus. Pohon pinang irian mempunyai buah yang berbentuk bulat lonjong. Biasanya para petani memperbanyak tanaman ini menggunakan biji atau anakan. Meskipun pinang irian sangat indah bila dijadikan tanaman hias, Anda harus berhati-hati karena tanaman ini banyak mengandung zat tanin yang bersifat racun.

  • Pinang Biru

Pinang biru (Pinanga coronata B1 Mart) adalah jenis tanaman pinang yang tumbuh merumpun dengan tinggi pohon sekitar 5-6 m. Tumbuhan pinang biru mempunyai daun yang bersirip dan bersel udang dengan warna cokelat kemerahan. Berbeda dengan anak daunnya yang memiliki 10-25 sisik yang berbentuk menyerupai pita/lonjong. Pinang ini paling banyak ditemukan di hutan basah yang terletak di ketinggian 10-600 m dpl. Tanaman pinang biru memiliki bunga yang berbentuk bulir dan terdiri atas 5-20 rangkaian memanjang. Bunga tersebut terletak merunduk dan berwarna putih kekuningan. Bunga jantan berbentuk bulat telur, sedangkan bunga betina berkelopak dengan rupa mahkota yang mirip. Tanaman pinang biru juga mempunyai buah berwarna hijau yang berbentuk lonjong meruncing ke bagian ujung. Setelah masak, buah tadi akan berubah warna menjadi jingga kemudian ungu kemerahan.

  • Pinang Kelapa

Pinang kelapa (Actinorhytis calapparia BI Wendi) ialah pinang yang asalnya dari Pulau Sulawesi. Namun tumbuhan ini sudah menyebar luas ke seluruh pelosok negeri sebagai tanaman hias. Masyarakat suku jawa biasa menyebut tanaman ini sebagai jawar. Berbeda dengan masyarakat suku sunda yang lebih suka menyebutnya jambe sinagar. Metode perbanyakan pinang kelapa bisa dilakukan melalui biji dan anakan. Istilah kelapa yang disematkan pada tanaman pinang ini bukan lantaran bentuknya menyerupai pohon kelapa. Tetapi tanaman ini dinamakan pinang kelapa karena bisa tumbuh lebih tinggi dan lebih besar daripada jenis-jenis pinang yang lain. Pohon pinang kelapa mampu tumbuh hingga tingginya mencapai lebih dari 20 m. Keistimewaan lainnya dari pinang ini yaitu rupa tajuknya yang indah sekali. Sedangkan ekstrak buah pinang kelapa bisa dimanfaatkan sebagai bedak bayi dan keperluan menyirih [6]

Perdagangan

 
Buah pinang yang masih muda di pohonnya

Saat ini biji pinang sudah menjadi komoditi perdagangan. Ekspor dari Indonesia diarahkan ke negara-negara Asia selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal. Negara-negara pengekspor pinang utama adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Myanmar.

 
Pohon pinang (tengah) di Setra Gandamayit, tempat bersemayam Batari Durga (membawa pedang). Relief Candi Sukuh dari abad ke-15.

Biji pinang yang diperdagangkan terutama adalah yang telah dikeringkan, dalam keadaan utuh (bulat) atau dibelah. Di negara-negara importir tersebut biji pinang diolah menjadi semacam permen sebagai makanan kecil.

Budaya

Pinang sudah sangat lama menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat Nusantara. Relief pada Candi Borobudur dan Candi Sukuh, keduanya berselisih sekitar delapan abad, menampilkan pohon pinang secara jelas. Di Bandar Udara Sentani, ada tanda larangan memakan buah pinang di bandara karena membuat masalah, yaitu bercak-bercak merah bekas ludah. [1]

Pinang juga menjadi bahan pepatah, yaitu:

Bagai pinang dibelah dua

Yakni perumpamaan yang sering digunakan untuk menunjukkan rupa atau perilaku yang mirip.

Referensi

  1. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 460-465.
  2. ^ Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 141.
  3. ^ Sutrisno, R.B. 1974. Ihtisar Farmakognosi, edisi IV. Pharmascience Pacific, Jakarta. Hal. 155.
  4. ^ Kristina, N.N., dan Syahid S.F., 2007, Penggunaan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera), Pinang (Areca catechu) dan Aren (Arenga pinnata) sebagai Tanaman Obat (serial online), http://balittro,litbang.deptan.go.id, diakses pada 28 Maret 2019 pukul 23.00 WIB
  5. ^ Anonim. 2011. Direktorat Jenderal Perkebunan.
  6. ^ Abidin, Zaenal. 2017. Jenis-jenis Pinang Ada Banyak, Lho. [online]. http://pakarbudidaya.blogspot.com/2017/09/jenis-jenis-pinang-ada-banyak-lho.html. Diakses pada 24 April 2019 pukul 20.20 WIB

Pranala luar