Varietas bahasa

sistem kebahasaan yang dibedakan berdasarkan faktor tertentu
Revisi sejak 3 Mei 2019 10.51 oleh Vanished user eBSCVIXVbE7sn (bicara | kontrib) (perbaikan teknis)

Varietas bahasa (bahasa Inggris: language variety, speech variety) atau juga disebut lek (bahasa Inggris: lect) adalah sistem kebahasaan yang dibedakan berdasarkan faktor tertentu. Sistem tersebut bisa berbentuk bahasa, dialek, laras, ragam, atau norma baku.[1] Penamaan "varietas" menggantikan penggunaan istilah "bahasa" yang populer disamakan dengan bahasa baku dan istilah "dialek" yang cenderung diidentikkan dengan bentuk yang dianggap kurang bergengsi, nonbaku, atau "salah".[2] Dalam wacana linguistik, sebutan "varietas baku" dan "varietas nonbaku" diterapkan untuk membedakan bentuk-bentuk bahasa menurut sifat kebakuannya.[3]

Istilah "lek" dan "isolek" dipakai untuk merujuk secara netral kepada sarana komunikasi yang digunakan oleh komunitas tertentu, khususnya ketika pemilihan satuan klasifikasi yang lebih akurat menjadi masalah perdebatan. Sebutan "ragam bahasa" kadang dimaknai sebagai sinonim "varietas bahasa"; namun, penamaan "ragam" sering diartikan dengan makna yang lebih khusus, yaitu hanya merujuk kepada varietas yang diperbedakan menurut konteks pemakaian.

Variasi yang dibedakan menurut keterpisahan leksikal, seperti slang atau jargon, sering dipertimbangkan dalam kaitan dengan ragam atau tingkat keformalan (laras) tertentu; namun, bentuk variasi tersebut terkadang juga diartikan sebagai varietas bahasa tersendiri.[1]

Dialek

O'Grady et al. memaknai dialek sebagai: "varietas bahasa regional atau sosial yang ditandai dengan sifat fonologis, sintaksis dan leksikal tersendiri".[1] Dialek yang khas menandai wilayah tertentu disebut dengan dialek regional atau dialek geografis ("regiolek", "geolek"[4]); terkadang digunakan pula istilah "regionalek"[5] dan "topolek"[6], paling umumnya dalam konteks bahasa Tionghoa. Selain itu, juga dibedakan varietas dialektal yang terkait dengan kelompok etnis (etnolek), kelas sosioekonomis (sosiolek) atau komunitas sosiokultural terpisah yang lain. Studi dialek dan distribusi sosiogeografisnya dilakukan oleh dialektologi.[1]

Varietas baku

Bahasa baku (bahasa standar) adalah sebuah varietas linguistik yang telah melewati proses kodifikasi, yaitu tahap penyusunan tata bahasa, ejaan, dan kosakata yang normatif serta publikasi hasilnya dalam terbitan seperti kamus. Bahasa baku dinilai lebih bergengsi daripada varietas nonstandar dan merupakan sebuah standar komunikasi tulis dalam komunitas yang bersangkutan,[7] yang diajarkan dan dipromosikan semasa proses pendidikan dan dipergunakan sebagai patokan untuk penilaian praktik berbahasa.[8]

Dalam hal linguistik, bahasa baku tidak menunjukkan ciri internal yang menjadikannya lebih berprestise atau lebih bernilai daripada dialek-dialek nonstandar – status normatifnya merupakan hasil kebetulan historis semata.[9] Untuk menekankan fakta ini, sebutan "dialek baku" kadang-kadang digunakan sebagai ganti istilah "bahasa baku".[10]

Dalam beberapa kasus, kaidah-kaidah bahasa standar ditetapkan oleh badan otoritatif, seperti Académie française[11], yang mengodifikasikan norma-norma bahasa Prancis baku. Dalam kasus lain, yang berfungsi sebagai faktor normatif ialah praktik kebahasaan umum. John Algeo menyatakan bahwa bentuk bahasa Inggris baku tergantung pada "apa yang disetujui sebagai baik oleh penutur bahasa Inggris".[12]

Laras dan ragam

Laras bahasa (yang cenderung diidentikkan dengan ragam) adalah bentuk bahasa yang digunakan dalam konteks sosial tertentu.[13] Konteks sosial bisa dipahami dalam hal keformalan[14] serta keadaan situasional yang lebih luas. Baby talk, yaitu varietas bahasa yang digunakan dalam budaya barat oleh orang dewasa untuk berbicara dengan bayi dan anak kecil, merupakan contoh laras yang khusus.[13] Ada pula laras yang khas menandai profesi atau kelompok kepentingan tertentu; istilah "jargon" merujuk secara khusus kepada leksikon yang terdapat pada laras semacam itu.

Berbeda dengan dialek yang khusus untuk komunitas tutur tertentu dan berhubungan dekat dengan lingkungan geografis atau kelompok sosial, laras dikaitkan dengan situasi komunikasional, tujuan fungsional atau tingkat keformalan spesifik; karena itu, laras-laras bisa menjadi subvarian yang berbeda-beda di dalam satu dialek atau standar. Dengan demikian, dialek dan register dapat dipahami sebagai dimensi variasi linguistik yang berbeda.

Idiolek

Idiolek diartikan sebagai "penggunaan bahasa yang khusus untuk seorang individu".[15] Bentuk bahasa individu dapat dipengaruhi oleh kontak dengan dialek regional dan sosial, register profesional, dan dalam kasus orang multibahasa, juga oleh kontak dengan bahasa yang berbeda-beda.[16]

Referensi

  1. ^ a b c d Meechan & Rees-Miller (2001), hlm. 537–590
  2. ^ Schilling-Estes (2006), hlm. 311–341
  3. ^ Schilling-Estes & Wolfram (2015), hlm. 13–16
  4. ^ Land, Christopher D.;. "Varieties of the Greek language". Dalam Porter, Stanley E.; Pitts, Andrew;. The Language of the New Testament: Context, History, and Development (dalam bahasa Inggris). hlm. 250. 
  5. ^ Masaila, Kanstantsin; (2014). Čínská fonetická abeceda pinyin a její sociolingvistický rozměr (dalam bahasa Cheska). Praha: Charles University. hlm. 11. 
  6. ^ "topolect". The American Heritage Dictionary of the English Language (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-4). Boston: Houghton Mifflin Harcourt. 2010. 
  7. ^ Suhardi & Sembiring (2007), hlm. 61
  8. ^ Dovalil, Vít; (2017). "JAZYKOVÝ STANDARD". Dalam Karlík, Petr; Nekula, Marek; Pleskalová, Jana. Nový encyklopedický slovník češtiny (dalam bahasa Cheska). 
  9. ^ Katubi (2008). Bahasa Dan Nasionalisme Di Indonesia: Kajian Politik Bahasa. Masyarakat Indonesia. 34. hlm. 33–35. ISSN 0125-9989. 
  10. ^ McArthur, Tom; (1998). "standard dialect". The concise Oxford companion to the English language (dalam bahasa Inggris). Nowy Jork: Oxford University Press. ISBN 9780191727023. OCLC 49356842. 
  11. ^ Le Dictionnaire (dalam bahasa Prancis). Diakses tanggal 2019-03-20. 
  12. ^ Algeo, John; (1993). "What Makes Good English Good?". Dalam L. Miller Cleary; M.D. Lin. Linguistics for Teachers (dalam bahasa Inggris). New York: McGraw. hlm. 473–482. 
  13. ^ a b Ottenheimer, Harriet Joseph; (2006). The Anthropology of Language (dalam bahasa Inggris). Belmont: Wadsworth Cengage. 
  14. ^ Joos, Martin; (1961). The Five Clocks (dalam bahasa Inggris). New York: Harcourt, Brace and World. 
  15. ^ Freeborn, Dennis; Peter French & David Langford (1993). Varieties of English (dalam bahasa Inggris). Houndsmill/London: MacMillan Press. 
  16. ^ Gregory, Michael; Carroll, Susanne (1978). Language and situation: language varieties and their social contexts (dalam bahasa Inggris). London: Routledge. 

Kepustakaan

  • Meechan, Marjory; Rees-Miller, Janie (2001). "Language in social contexts". Dalam O’Grady, William; Archibald, John; Aronoff, Mark; Rees-Miller, Janie. Contemporary linguistics: an introduction (dalam bahasa Inggris). Boston: Bedford/St. Martin’s. 
  • Suhardi, B.; Sembiring, B. Cornelius (2007). "Aspek sosial bahasa". Dalam Kushartanti; Yuwono, Untung; Lauder, Multamia R. M. T. Pesona bahasa: langkah awal memahami linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9792216812. OCLC 156874430. 
  • Schilling-Estes, Natalie; (2006). Fasold, Ralph W.; Connor-Linton, Jeff, ed. An introduction to language and linguistics (dalam bahasa Inggris). Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 311–341. ISBN 9780521847681. OCLC 62532880. 
  • Schilling-Estes, Natalie; Wolfram, Walt (2015). American English: dialects and variation (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-3). Hoboken: John Wiley & Sons. hlm. 13–16. ISBN 9781118391457. OCLC 919202335.