Seleguri

spesies tumbuhan
Seleguri
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. rhombifolia
Nama binomial
Sida rhombifolia
Sinonim

Sumber:[1][2]

  • Sida alnifolia Lour.
  • S. phillipica DC.
  • S. retusa L.
  • S. semicrenata Link.
  • S. spinosa L.

Sidaguri (Sida rhombifolia) adalah herba yang umum di perkotaan. Sidaguri menyebar ke Assam, India dan bahkan menyebar ke Eropa sebagai obat untuk rematik.[3]

Di Indonesia, sidaguri dikenal dengan sebutan guri, saliguri (Minangkabau); sidaguri (Melayu); sidaguri, otok-otok (Jawa Tengah); sidagori, sadagori (Sunda); taghuri (Madura); kahindu (Sumba); selegui (Bali Aga); dikira; hutu gamo (Halmahera); digo (Ternate); daun pantat ayam (Alor); bitumu, dan sosapu.[1][2][4]

Deskripsi

Sidaguri merupakan herba dengan tinggi 2 m, bercabang, dan ditumbuhi banyak bulu-bulu yang rapat. Warnya putih-hijau. Daunnya tunggal, letaknya berseling, bentuknya bulat telur, seperti jantung,[2] atau melanset, tepinya bergerigi, ujungnya runcing/bertoreh dengan bulu yang rapat, dengan pertulangan menyirip.[2] Bagian bawah daun berambut pendek dengan warna abu-abu, dan berukuran 1-4 cm x 1-1,5 cm.[1] Perbungaannya termasuk tunggal, warnanya kuning cerah. Benang sari tumbuh bersamaan membentuk tabung dari dasar bunga. Mahkota bunga hijau, ujungnya melengkung.[3] Bunga tumbuh dari ketiak daun, mekar sekitar pukul 12 siang, dan layu tiga jam kemudian. Buah sidaguri mengandung ruang/kendaga 8-10 buah, dengan diameter 6-7 mm dan sewaktu sudah tua berwarna hitam. Akarnya putih, dan kotor.[1][2][3]

Manfaat

Di Alor daun dan akar digunakan sebagai obat. Daun dimanfaatkan untuk mengobati bisul; akar dimanfaatkan untuk mengobati asma pada bayi.[5]:56

Referensi

  1. ^ a b c d Dalimartha, Setiawan (2007) [2003]. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 3:140 – 145. Jakarta:Puspa Swara. ISBN 979-3235-73-X.
  2. ^ a b c d e "Sida rhombifolia L" (PDF). Departemen Kesehatan. 15 November 2001. Diakses tanggal 20 Juni 2013. 
  3. ^ a b c Dharma, A.P. (1987). Indonesian Medicinal Plants [Tumbuhan Obat Indonesia]. hal.185 – 186. Jakarta:Balai Pustaka. ISBN 979-407-032-7.
  4. ^ Hidayat, Syamsul (2005). Ramuan Tradisional ala 12 Etnis Indonesia. hal.325. Jakarta:Penebar Swadaya. ISBN 978-489-944-5.
  5. ^ Usman, Masni H. (2011). Etnobotani Pemanfaatan Tumpuhan Obat oleh Masyarakat Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (Tesis Skripsi). Malang: Universitas Islam Negeri Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/969/. 

Pranala luar