Kenikir
Kenikir | |
---|---|
Bunga kenikir jingga di Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | C. caudatus
|
Nama binomial | |
Cosmos caudatus | |
Sinonim[1] | |
|
Kenikir atau ulam raja merupakan tumbuhan tropis anggota suku kenikir-kenikiran (Asteraceae), yang berasal dari Amerika Latin dan Amerika Tengah[2] tetapi tumbuh liar dan mudah didapati di Florida, Amerika Serikat, serta di egara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Spesies ini dibawa ke Asia Tenggara melalui Filipina oleh penjelajah Spanyol di abad ke-16[3]. Tumbuhan dengan bunga berwarna ungu ini dijadikan sebagai sayuran lalap yang populer di Indonesia. Di Malaysia daun mudanya dimakan mentah bersama nasi, atau dicacah dan dicampur dengan budu, sambal terasi, tempoyak, serta cincalok. Spesies ini disebut ulam raja di Malaysia yang berarti salad raja.[3]
Pertelaan
Kenikir adalah tumbuhan tahunan yang berbatang pipa dengan garis-garis yang membujur. Tingginya dapat mencapai 1 m dan daunnya bertangkai panjang dan duduk daunnya berhadapan, sehingga terbagi menyirip menjadi 2-3 tangkai.[2] Baunya seperti damar apabila diremas. Bunganya tersusun pada bongkol yang banyak terdapat di ujung batang dan pada ketiak daun-daun teratas, berwarna merah[4] berbintik-bintik kuning di tengah-tengahnya, dan bijinya berbentuk paruh.[2]
Persebaran dan habitat
Tersebar di Amerika Tengah yang suhunya panas. Ia menyukai iklim panas yang tak begitu lembab, tanah yang berpasir dan subur, tanah terbuka dan penyinaran matahari yang penuh.[2] Di Indonesia, kenikir banyak ditanam di Jawa dan dataran rendah hingga pegunungan sampai ketinggian 1200 mdpl. Biasanya ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias.[2]
Pemanfaatan
Sayuran
Daun kenikir yang masih muda dan pucuknya dapat digunakan untuk sayuran, dimakan mentah-mentah dan direbus lalap. Masyarakat Jawa sudah biasa menggunakan sebagai salah satu pelengkap pecel. Sayuran ini dapat ditemui di pasar-pasar. Tumbuhan ini dapat digunakan untuk penyedap dan merangsang nafsu makan.[4][5] Dilaporkan, kenikir dapat mengusir serangga (dengan menanam kenikir di antara tumbuhan tersebut[6]), dan alang-alang.
Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji, namun sayang sekali tumbuhan ini pada musim hujan mudah diserang hama jamur.[2]
Khasiat pengobatan
Ulamnya yang digelarkan "Ulam Raja" telah digunakan secara tradisional untuk memperbaiki peredaran darah dan mencuci darah, serta untuk menguatkan tulang, dan mengobati lemah lambung.[4][5] Ulamnya mempunyai keupayaan antioksidan (AEAC) yang amat tinggi, yaitu setiap 100 gram salad yang segar mempunyai kemampuan antioksidan yang sama dengan 2400 miligram asam L-askorbik. Lebih dari dua puluh jenis bahan antioksidan telah dikenal pasti dalam kenikir. Bahan-bahan antioksidan yang utama disebabkan oleh adanya sejumlah proantosianidin yang wujudnya sebagai dimer, melalui heksamer, kuersetin glikosida, asam klorogenik, asam neoklorogenik, asam kripto-klorogenik, serta penangkap (+)-. Kemampuan kenikir untuk mengurangi tekanan oksidatif mungkin sebagian terdiri daripada kandungan antioksidannya yang tinggi. Dan juga, tumbuhan ini mengandung zat kimia yang mengandung minyak atsiri,[2] saponin dan flavonoida polifenol.[4]
Berdasarkan kajian tempatan, kenikir mengandung 3 persen protein, 0,4 persen lemak dan karbohidrat serta kaya dengan kalsium dan vitamin A. Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (jalur mitokondria).[4]
Catatan taksonomis
Sebuah tumbuhan bernama tahi kotok (Tagetes erecta) dilaporkan oleh Setiawan Dalimartha bahwa orang Jawa menyebut tumbuhan ini kenikir.[7] Ini mungkin karena postur tubuh dan tinggi tumbuhan ini hampir sama dengan tahi kotok. Padahal, jelas berbeda. Sementara kenikir berbau harum, maka tahi kotok berbau tidak enak.[7]
Referensi
- ^ Flann, C (ed) 2009+ Global Compositae Checklist
- ^ a b c d e f g Sastrapradja, Setijati; Lubis, Siti Harti Aminah; Djajasukma, Eddy; Soetarno, Hadi; Lubis, Ischak (1981). Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi:Sayur-Sayuran. 6. Jakarta: LIPI bekerja sama dengan Balai Pustaka. hlm. 57. OCLC 66307472.
- ^ a b Bodeker, G. (2009). Health and Beauty from the Rainforest: Malaysian Traditions of Ramuan. Kuala Lumpur: Didier Millet. ISBN 978-981-4217-91-0.
- ^ a b c d e "Khasiat Kenikir". Solopos. 24 July 2012. Diakses tanggal 21 Desember 2012.
- ^ a b Priati 2010, hlm. 42.
- ^ Hariana 2005, hlm. 49.
- ^ a b Dalimartha 2003, hlm. 151.
Bacaan lanjutan
- Dalimartha, Setiawan (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (dalam bahasa Indonesia). 3. Jakarta: Puspa Swara. hlm. 150–153. ISBN 979-3235-73-X.
- Hariana, Arief (2005). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya (dalam bahasa Indonesia). 2. Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN 979-489-957-7.
- Priati, Yayat (2010). Pengenalan Dini Obat Alami (edisi ke-1). Tangerang: Panca Anugrah Sakti. ISBN 978-979-1420-65-5.
Pranala luar
- (Melayu) Kementerian Pertanian dan Industri Asas Tani Malaysia
- (Inggris) Tapak web PubMed oleh Perpustakaan Pengobatan Nasional dan Institut-institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat