Jalan Ir. H. Juanda (Depok)

jalan raya di Indonesia
Revisi sejak 24 Agustus 2019 23.55 oleh ScaniaV8Power (bicara | kontrib) (Latar belakang: Perubahan ejaan + kaidah kebahasaan)

Jalan Juanda, Depok adalah nama salah satu jalan utama di Kota Depok yang melintas di atas Sungai Ciliwung yang membentang sepanjang 4 Km antara ruas jalan Margonda disisi barat dan jalan raya Bogor disisi timur. Nama jalan ini diambil dari nama Ir. H. Djuanda Kartawidjaja salah seorang tokoh nasional sekaligus sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.244/1963. Ir. H. Djuanda Kartawidjaja wafat di Jakarta pada 7 November 1963 karena serangan jantung dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.[1]

Jalan Ir.H.Juanda Kota Depok

Latar belakang

 
Agus Sutondo selaku Ketua Komisi D Bidang Pembangunan dan Ketua Panitia Khusus RTRW Kota Depok 2000-2010 memberikan penjelasan dengan dinas terkait tentang perencanaan pembangunan akses jalan serta rencana pengembangan jalan meliputi pembangunan akses jalan (Juanda) dan ruas Jalan Tol Cinere-Jagorawi dan Depok-Antasari

Dahulu, jalan Juanda adalah jalan setapak yang digunakan sebagai perlintasan jalur pipa gas milik Pertamina. Namun seiring dengan perubahan status Kota Administratif Depok menjadi Kotamadya Depok serta meningkatnya perdagangan dan jasa yang semakin pesat, maka diperlukanlah percepatan pembangunan akses jalan yang diharapkan mampu meningkatkan roda perekonomian masyarakat.

Dikarenakan hal tersebut, maka perlu disusun suatu rencana Tata Ruang Kota yang strategis, guna mewujudkan perencanaan kota yang terpadu dan terarah. Karena itu perlu dijabarkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok yang dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Depok. Peraturan Daerah dimaksud adalah Perda Kota Depok Nomor 12 Tahun 2001 tentang RTRW Kota Depok Tahun 2000-2010.,[2]

Dalam RTRW Kota Depok 2000-2010 direncanakan pembangunan jaringan jalan yang meliputi penetapan fungsi jalan dan peningkatan kapasitas serta jaringan jalan. Penetapan fungsi jalan meliputi: jalan tol, jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder.

 
Peresmian Jalan Ir.H.Juanda

Rencana jaringan jalan dimaksud, di antaranya, rencana ruas Jalan Tol Cinere-Jagorawi, ruas jalan tol Depok-Antasari dan rencana pembangunan jalan baru dari jalan raya bogor-margonda melalui jalur pipa gas (jalan juanda) serta beberapa jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder. Peruntukan jaringan jalan inilah akhirnya akses pembangunan jalan (Juanda) dapat terwujud.

Setelah pembangunan jalan terwujud, walikota Depok memberikan daftar usulan nama jalan pada DPRD Kota Depok periode 1999-2004. Ada tiga nama jalan yang diusulkan, yakni jalan Ir. H. Juanda, jalan Muhammad Toha dan jalan Jenderal Sudirman. Komisi D bidang pembangunan DPRD Kota Depok, dengan berbagai pertimbangan mengusulkan nama jalan Ir. H. Juanda. Usulan nama jalan Juanda disampaikan oleh Agus Sutondo selaku ketua Komisi D beserta anggota Komisi D bidang pembangunan. Usulan ini mendapat respon positif dari anggota DPRD Kota Depok dan penetapan nama Ir. H. Juanda sebagai nama jalan sehingga pada akhirnya diterapkan.

Peresmian jalan

 
Pasar Tumpah Setiap Hari Minggu Pagi di Jalan Ir.H.Juanda Kota Depok

Jalan ini diresmikan pada Rabu, 3 Desember 2003 oleh Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Soenarno. Jalan tersebut berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa transportasi dan distribusi serta memperpendek waktu tempuh dari koridor barat ke timur maupun sebaliknya.[3]

Peresmiannya kala itu ditandai dengan pengguntingan pita oleh Menkimpraswil didampingi walikota Depok H. Badrul Kamal, Sekretaris Jenderal Dep. Kimpraswil Ir. Budiman Arif, Direktur Tata Perkotaan dan Perdesaan Ir. Patana Rantetoding dan DPRD Depok serta pejabat Instansi terkait. Saat ini berbagai pusat perkantoran berjejer di sepanjang jalan yang membentang dari barat ke timur ini, sehingga setiap harinya jalan ini tak pernah sepi dari lalu-lalang kendaraan dan aktivitas masyarakat. Setiap Minggu pagi, sebagian ruas jalan ini dipergunakan untuk kegiatan pasar tumpah.[4]

Referensi

Pranala luar