Komando Mandala atau disingkat KOLA, adalah sebuah komando yang dibentuk oleh Soekarno pada tanggal 2 Januari 1962 setelah Operasi Trikora dikomandokan di Yogyakarta, melalui keputusan Presiden No. I/1962. Komando Mandala dibentuk untuk membebaskan Irian Barat, bersifat gabungan yang mempunyai wilayah meliputi:

Konflik Papua Bagian Barat
Berkas:Handbook-map.jpg
Peta Papua bagian barat pada tahun 1960-an
Tanggal19 Desember 1961 - 15 Agustus 1962
LokasiPapua bagian barat
Hasil Papua bagian barat digabungkan kepada Indonesia.
Pihak terlibat

 Indonesia

 Uni Soviet[1]

 Belanda

Tokoh dan pemimpin
Soekarno Jan de Quay
Kekuatan
Tidak diketahui Tidak diketahui
Korban
Tidak diketahui Tidak diketahui

Komando ini berpusat di Makasar, Sulawesi Selatan.

Berkat Komando Mandala, Ellsworth Bunker, perwakilan Amerika Serikat mengajukan usul terhadap permasalahan Belanda - Indonesia yang akhirnya dapat di selesaikan dengan Irian Barat kembali ke tangan Indonesia.

Latar belakang

Ketika tentara Jepang mengalami kekalahan di Asia, dari Sekutu, maka di Indonesia mulai masuk AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) bersama Belanda melalui NICA yang bertujuan mengambil alih pendudukan Jepang di Indonesia. Dan sesuai perjanjian Konferensi Meja Bundar, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia tanpa syarat kecuali Irian Barat. Indonesia ingin agar semua daerah bekas penjajahan Hindia Belanda menjadi wilayahnya, namun Belanda menolaknya. Dan sesuai keputusan dari Konferensi Meja Bundar, persoalan Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah terbentuknya Republik Indonesia Serikat ( RIS ). Namun pada 19 Februari 1952, Belanda secara diam-diam melanggar hasil keputusan dari KMB dengan memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam konstitusinya.[2]

Setelah Indonesia mencoba beberapa kali melalui usaha diplomasi melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa mengalami kegagalan, maka dimulai usaha melalui operasi militer dengan diinstruksikannya Trikora oleh presiden Soekarno di Yogyakarta pada 19 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Nomor I/1962 tentang perintah pembentukan Komando Mandala (KOLA) untuk membebaskan Irian Barat, dimana komando ini bersifat gabungan.[2]

Tugas Komando Mandala:

  1. Melaksanakan Trikora dengan melakukan operasi militer untuk merebut Irian Barat yang diduduki Belanda.
  2. Memimpin dan mempergunakan pasukan bersenjata maupun segala macam barisan perlawanan rakyat dan lain-lain sebagai kekuatan Nasional yang berada di Irian Barat.[3]

Tanggal 11 Januari 1962, Presiden Soekarno menunjuk Brigjen TNI Soeharto sebagai Panglima Komando Mandala, dengan pelantikannya dilaksanakan pada 13 Januari 1962, dimana pangkatnya dinaikkan satu tingkat menjadi Mayor Jenderal. Kedudukannya berada langsung dibawah Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat (Pangbes KOTI/Permirbar) yang juga dijabat oleh Presiden Soekarno. Dalam posisinya sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI)/Pangbes KOTI/Permirbar, beliau mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1962 dengan isi sebagai berikut:

Langkah pertama yang dilakukan adalah pembentukan Komando Operasi, yaitu Komando Mandala (KOLA) Pembebasan Irian Barat dengan panglima komando Mayor Jenderal Soeharto. Selanjutnya dibentuk juga komponen mandala dari tiga angkatan dengan menunjuk panglima komponen Mandala dari setiap angkatan. Komando ini bertugas sebagai pelaksana operasi militer perebutan kembali Irian Barat dari kolonialisme Belanda.[4]

Operasi Militer ini direncanakan dalam tiga tahap, dimana tahap pertama adalah tahap Inflitrasi (sampai akhir 1962), yaitu tahapan pendaratan pasukan dari udara dan laut dengan tujuan untuk penguasaan wilayah dan membawa serta rakyat Irian Barat untuk membebaskan wilayahnya. Tahap kedua, adalah tahap Eksploitasi (mulai awal 1963) dengan mengadakan serangan terbuka kepada pusat militer Belanda dan semua pos militer pentingnya. Dan tahap ketiga adalah tahap Konsolidasi (awal 1964), yaitu menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh wilayah Irian Barat.[4]

Referensi

  1. ^ "Indonesia and the U.S.S.R". The Sydney Morning Herald. 13 May 1965. hlm. 2. Diakses tanggal 19 February 2015. 
  2. ^ a b Saragih 2019, hlm. 45 - 51.
  3. ^ ABRI, Pusjarah (1995). Trikora Pembebasa Irian Barat. Jakarta: Pusjarah ABRI. hlm. 92. 
  4. ^ a b Saragih 2019, hlm. 3-5.

Daftar Pustaka

Saragih, Maylina (2019). Heroisme PGT Dalam Operasi Serigala. Subdisjarah Dispenau. 

Pranala luar