Sulawesi
Sulawesi, dahulu dikenal sebagai Celebes (/ˈsɛlɪbiːz/ atau /sɪˈliːbiːz/), adalah sebuah pulau di Indonesia. Sulawesi merupakan salah satu dari empat Kepulauan Sunda Besar, dan merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia, yang terletak di sebelah timur Kalimantan, sebelah barat Kepulauan Maluku, dan sebelah selatan Mindanao dan Kepulauan Sulu, Filipina. Di Indonesia, hanya Pulau Sumatra, Kalimantan dan Papua yang lebih besar luas wilayahnya, dan hanya Pulau Jawa dan Sumatra yang memiliki populasi lebih banyak dari Sulawesi.
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 02°S 121°E / 2°S 121°E |
Kepulauan | Kepulauan Sunda Besar |
Luas | 180.681 km2 |
Peringkat luas | ke-11 |
Titik tertinggi | Rantemario (3,478 m) |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi (ibu kota) | |
Kota terbesar | Makassar (1,339,374 jiwa; Sensus 2010) |
Kependudukan | |
Penduduk | 18.455.058 jiwa (tahun 2014) |
Kepadatan | 105.7 jiwa/km2 |
Kelompok etnik | Tolaki, Moronene, Wolio, Makassar, Bugis, Kaili, Mandar, Minahasa, Gorontalo, Toraja, Buton, Pamona, Mori, Banggai, Saluan, Balantak, Bajau, Mongondow, Muna. |
Bentang alam di Sulawesi mencakup empat semenanjung: Semenanjung Minahasa di bagian utara; Semenanjung Timur; Semenanjung Selatan; dan Semenanjung Tenggara. Ada tiga teluk yang memisahkan semenanjung-semenanjung ini: yaitu Teluk Tomini di antara Semenanjung Minahasa dan Timur; Teluk Tolo di antara Semenanjung Timur dan Tenggara; dan Teluk Bone di antara Semenanjung Selatan dan Tenggara. Selat Makassar membentang di sepanjang sisi barat pulau dan memisahkan pulau ini dari Kalimantan.
Etimologi
Nama Sulawesi diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah yaitu kata sula yang berarti nusa (pulau) dan kata mesi yang berarti besi (logam), yang mungkin merujuk pada praktik perdagangan bijih besi hasil produksi tambang-tambang yang terdapat di sekitar Danau Matano, dekat Sorowako, Luwu Timur.[1] Sedangkan bangsa/orang-orang Portugis yang datang sekitar abad 14-15 masehi adalah bangsa asing pertama yang menggunakan nama Celebes untuk menyebut pulau Sulawesi secara keseluruhan.
Geografi
Sulawesi adalah pulau terbesar kesebelas di dunia, meliputi area seluas 174.600 km2 (67.413 sq mi). Bagian tengah pulau ini bergunung-gunung dengan permukaan kasar, sehingga semenanjung di Sulawesi pada dasarnya jauh satu sama lain, yang lebih mudah dijangkau melalui laut daripada melalui jalan darat. Ada tiga teluk yang membagi semenanjung-semenanjung di Sulawesi, dari utara ke selatan, yaitu Teluk Tomini, Tolo dan Bone.[n 1] Ketiganya memisahkan Semenanjung Minahasa atau Semenanjung Utara, Semenanjung Timur, Semenanjung Tenggara dan Semenanjung Selatan.
Selat Makassar membentang di sepanjang sisi barat pulau ini.[5] Sulawesi dikelilingi oleh Kalimantan di sebelah barat, oleh Filipina di sebelah utara, oleh Maluku di timur, serta oleh Flores dan Timor di selatan.
Kepulauan kecil
Kepulauan Selayar membentuk semenanjung yang membentang ke selatan dari bagian barat daya Sulawesi hingga ke Laut Flores, dan secara administratif merupakan bagian dari Sulawesi Selatan. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud membentang ke utara dari ujung timur laut Sulawesi, sementara Pulau Buton dan pulau-pulau tetangganya berbatasan dengan semenanjung tenggara. Kepulauan Togean berada di tengah Teluk Tomini, dan Pulau Peleng serta Kepulauan Banggai membentuk sebuah gugusan pulau antara Sulawesi dan Maluku. Semua pulau yang disebutkan di atas, dan pulau-pulau yang lebih kecil secara administratif, merupakan bagian dari enam provinsi di Sulawesi.
Geologi
Pulau ini terbentuk melalui lekukan tepi laut dalam yang mengelilinginya hingga wilayah pedalaman berupa pegunungan yang tinggi, dan sebagian besar non-vulkanik. Gunung berapi aktif ditemukan di Semenanjung Minahasa yang berada di utara Sulawesi, dan terus membentang ke utara menuju Kepulauan Sangihe. Semenanjung utara Sulawesi merupakan tempat bagi beberapa gunung berapi aktif seperti Gunung Lokon, Gunung Awu, Soputan dan Karangetang.
Menurut rekonstruksi lempeng, pulau ini diyakini terbentuk melalui proses tumbukan terran antara Lempeng Asia (yang membentuk semenanjung barat dan barat daya) dan Lempeng Australia (yang membentuk semenanjung tenggara dan Banggai), dengan busur kepulauan yang sebelumnya berada di Samudera Pasifik (dan membentuk semenanjung utara dan timur).[6] Karena ketidakstabilan riwayat tektoniknya, berbagai sesar terbentuk dan akibatnya pulau ini menjadi rawan gempa bumi.
Sulawesi, berbeda dengan sebagian besar pulau lainnya di wilayah biogeografis Wallacea, tidak sepenuhnya memiliki sifat samudera, namun merupakan pulau komposit di pusat zona tabrakan Asia-Australia. Bagian dari pulau ini sebelumnya menyatu, entah pada batas benua Asia atau Australia sebelum akhirnya terpisah dari benua asalnya melalui proses vikarian.[7] Di sebelah barat, pembukaan Selat Makassar memisahkan Sulawesi Barat dari Sundaland pada zaman Eosen sekitar 45 juta tahun yang lalu.[7] Di sebelah timur, pandangan awam tentang tumbukan yang melibatkan beberapa fragmen mikro-benua yang terpisah dari Pulau Nugini dengan batas volkanik aktif di Sulawesi Barat pada waktu yang berbeda sejak zaman Miosen Awal sekitar 20 juta tahun yang lalu, baru-baru ini digantikan oleh hipotesis bahwa fragmen tambahan tersebut merupakan hasil dari tabrakan tunggal yang terjadi pada zaman Miosen antara Sulawesi Barat dengan Titik Sula, yang merupakan ujung barat dari sabuk lipat kuno asal Variskan pada zaman Paleozoikum Akhir.[7]
Sejarah
Sejak abad ke-13, akses terhadap barang perdagangan berharga dan sumber mineral besi mulai mengubah pola lama budaya disulawesi, dan ini memungkinkan individu yang ambisius untuk membangun unit politik yang lebih besar. Tidak diketahui mengapa kedua hal tersebut muncul bersama-sama, mungkin salah satu adalah hasil yang lain. Pada 1400an, sejumlah kerajaan pertanian yang baru telah muncul di barat lembah Cenrana, serta di daerah pantai selatan dan di pantai timur dekat Parepare yang modern.[8]
Orang-orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau ini (yang dipercayai sebagai negara kepulauan karena bentuknya yang mengerut) adalah pelaut Portugis pada tahun 1525, dikirim dari Maluku untuk mencari emas, yang kepulauan memiliki reputasi penghasil.[9] Belanda tiba pada tahun 1605 dan dengan cepat diikuti oleh Inggris, lalu mendirikan pabrik di Makassar.[10] Sejak 1660, Belanda berperang melawan Kerajaan Gowa Makasar terutama di bagian pesisir barat yang berkuasa. Pada tahun 1669, Laksamana Speelman memaksa penguasa, Sultan Hasanuddin, untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang menyerahkan kontrol perdagangan ke Perusahaan Hindia Belanda. Belanda dibantu dalam penaklukan mereka oleh panglima perang Bugis Arung Palakka, penguasa kerajaan Bugis Bone. Belanda membangun benteng di Ujung Pandang, sedangkan Arung Palakka menjadi penguasa daerah dan kerajaan Bone menjadi dominan. Perkembangan politik dan budaya tampaknya telah melambat sebagai akibat dari status quo. Pada tahun 1905 seluruh Sulawesi menjadi bagian dari koloni negara Belanda dari Hindia Belanda sampai pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II. Selama Revolusi Nasional Indonesia, "Turk" Westerling Kapten Belanda membunuh sedikitnya 4.000 orang selama Kampanye Sulawesi Selatan [11] Setelah penyerahan kedaulatan pada Desember 1949, Sulawesi menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Dan pada tahun 1950 menjadi tergabung dalam kesatuan Republik Indonesia.[12]
Pada saat kemerdekaan Indonesia, Sulawesi berstatus sebagai provinsi dengan bentuk pemerintahan otonom di bawah pimpinan seorang Gubernur. Provinsi Sulawesi ketika itu beribu kota di Makassar, dengan Gubernur DR.G.S.S.J. Ratulangi.[13] Bentuk sistem pemerintahan provinsi ini merupakan perintis bagi perkembangan selanjutnya, hingga dapat melampaui masa-masa di saat Sulawesi berada dalam Negara Indonesia Timur (NIT) dan kemudian NIT menjadi negara bagian dari negara federasi Republik Indonesia Serikat (RIS).[14] Saat RIS dibubarkan dan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sulawesi statusnya dipertegas kembali menjadi provinsi.[15] Status Provinsi Sulawesi ini kemudian terus berlanjut sampai pada tahun 1960.
Gubernur Sulawesi[16]
- DR. G. S.S.J. Ratulangi (1945 – 1949)
- Bernard Wilhelm Lapian (1949 – 1951)
- R. Sudiro (1951 – 1953)
- Andi Burhanuddin (1953)
- Lanto Daeng Pasewang (1953 - 1956)
- Andi Pangerang Pettarani (1956 – 1960)
Mulai tahun 1960 Sulawesi terdiri dari dua buah Daerah Tingkat I [17], yaitu:
- Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara dan
- Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah.
Pada tahun 1964 dibentuk Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, yang dipisahkan dari Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah diubah menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara. Demikian pula Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dibentuk terpisah dari Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara diubah menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.[18]
Mulai tahun 1999 pemakaian istilah Daerah tingkat I dihilangkan, sehingga ke-empat wilayah di atas sebutannya berubah masing-masing menjadi provinsi. Memasuki era Reformasi seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, terbentuk provinsi Gorontalo pada tahun 2000, dan kemudian provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2004.
Pemerintahan
Pemerintahan di Sulawesi dibagi menjadi enam provinsi berdasarkan urutan pembentukannya yaitu provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sulawesi Tengah merupakan provinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di Banggai Kepulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di provinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter dari permukaan laut.
Kota besar
Berikut 10 kota besar di Sulawesi berdasarkan jumlah populasi tahun 2010.[19]
Urutan | Kota, Provinsi | Populasi |
---|---|---|
1 | Makassar, Sulawesi Selatan | 1,339,374 |
2 | Manado, Sulawesi Utara | 675,354 |
3 | Kendari, Sulawesi Tenggara | 289,153 |
4 | Palu, Sulawesi Tengah | 335,297 |
5 | Gorontalo, Gorontalo | 1,097,990 |
6 | Bitung, Sulawesi Utara | 387,932 |
7 | Palopo, Sulawesi Selatan | 148,033 |
8 | Baubau, Sulawesi Tenggara | 137,118 |
9 | Parepare, Sulawesi Selatan | 129,542 |
10 | Kotamobagu, Sulawesi Utara | 107,216 |
Lihat Pula Daftar kota di Indonesia menurut jumlah penduduk.
Sumber daya alam
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Daftar gunung di Sulawesi
- Gunung Gawalise (2.023 mdpl)
- Gunung Nokilalaki
- Gunung Lokon (1.689 mdpl)
- Gunung Klabat
- Gunung Soputan
- Gunung Mekongga (2.620 mdpl)
- Gunung Mahawu
- Gunung Bawakaraeng (2.705 mdpl)
- Gunung Latimojong (3.680 mdpl)
- Gunung Karangetang
- Gunung Awu
- Gunung Bawah Laut
- Gunung Gandang Dewata (3307 mdpl)
Empat semenanjung utama
- Semenanjung Timur
- Semenanjung Selatan
- Semenanjung Tenggara
- Semenanjung Minahasa
Bahasa
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Bugis-Makassar
Suku Bugis-Makassar adalah suku yang lebih dominan di Pulau Sulawesi ini. Di mana suku ini dapat ditemui di mana-mana di Pulau Sulawesi. Suku Bugis mayoritas adalah pedagang jadi tidak heran jika rata-rata pasar di pulau ini dikuasai oleh Suku Bugis. Suku Bugis adalah suku yang taat beragama. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang.
Lingkungan
Isu lingkungan terbesar di Sulawesi adalah penggundulan hutan. Pada tahun 2007, para ilmuwan menemukan bahwa 80 persen hutan Sulawesi telah hilang atau terdegradasi, terutama berpusat di dataran rendah dan hutan bakau.[20] Hutan digunduli untuk berbagai kepentingan dan proyek pertanian besar. Hilangnya hutan telah mengakibatkan banyak spesies endemik Sulawesi terancam punah. Selain itu, 99 persen lahan basah Sulawesi telah hilang atau rusak.
Ancaman lingkungan lainnya termasuk perburuan daging dan penambangan ilegal.[20]
Taman nasional dan cagar alam
Pulau Sulawesi memiliki enam taman nasional dan sembilan belas cagar alam. Selain itu, Sulawesi memiliki tiga kawasan lindung lautan. Banyak taman nasional di Sulawesi yang terancam penebangan, pertambangan ilegal, dan penggundulan hutan untuk pertanian.[20]
Lihat juga
Catatan
- ^ Pada dasanya, Teluk Tomini[2] dan Bone[3] didefinisikan sebagai teluk (besar) oleh Organisasi Hidrografi Internasional, sedangkan Teluk Tolo dinyatakan sebagai teluk (kecil) dan merupakan bagian dari Laut Maluku.[4]
Referensi
Rujukan
- ^ Watuseke, F. S. 1974. On the name Celebes. Sixth International Conference on Asian History, International Association of Historians of Asia, Yogyakarta, 26th-30th August. Unpublished.
- ^ IHO (1953), §48 (d).
- ^ IHO (1953), §48 (k).
- ^ IHO (1953), §48 (c).
- ^ "Makassar Strait". Encyclopedia Britannica. Encyclopedia Britannica, Inc. Diakses tanggal 23 Agustus 2017.
- ^ Researchers find biggest exposed fault on Earth 28 November 2016
- ^ a b c Von Rintelen & al. (2014).
- ^ Caldwell, I.A. 1988. 'South Sulawesi A.D. 1300–1600; Ten Bugis texts.' Ph.D thesis, The Australian National University; Bougas, W. 1998. 'Bantayan; An early Makassarese kingdom 1200 -1600 AD. Archipel 55: 83-123; Caldwell, I. and W.A. Bougas 2004. 'The early history of Binamu and Bangkala, South Sulawesi.' Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 64: 456-510; Druce, S. 2005. 'The lands west of the lake; The history of Ajattappareng, South Sulawesi, AD 1200 to 1600.' Ph.D thesis, The University of Hull.
- ^ Crawfurd, J. 1856. A descriptive dictionary of the Indian islands and adjacent countries. London: Bradbury & Evans.
- ^ Bassett, D. K. (1958). English trade in Celebes, 1613-67. Journal of the Royal Asiatic Society 31(1): 1-39.
- ^ Kahin (1952), p. 145
- ^ Westerling, R. 1952. Challenge to Terror
- ^ Sejarah Provinsi Sulawesi Utara
- ^ Kementerian Penerangan, Republik Indonesia: Provinsi sulawesi, 1953, hal. 176-177
- ^ Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1950
- ^ [1]
- ^ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1960
- ^ Undang Undang nomor 13 tahun 1964
- ^ "Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities". City Population. Diakses tanggal 2010-04-28.
- ^ a b c "Sulawesi Profile" – mongabay.com
Daftar pustaka
- Limits of Oceans and Seas, 3rd ed. (PDF), International Hydrographic Organization, 1953.
- Von Rintelen, T.; et al. (2014), "A Snail Perspective on the Biogeography of Sulawesi, Indonesia: Origin and Intra-Island Dispersal of the Viviparous Freshwater Gastropod Tylomelania"", PLoS ONE, Vol. 9, No. 6, hlm. e98917, doi:10.1371/journal.pone.0098917.
Pranala luar
- Panduan perjalanan Sulawesi di Wikiwisata