Syam'un
Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) K.H. Syam'un (5 April 1894 – 28 Februari 1949) adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten.
Syam'un | |
---|---|
Bupati Serang ke-13 | |
Masa jabatan 1945–1949 | |
Presiden | Soekarno |
Pendahulu R. A. A. Hilman Djajadiningrat Pengganti Mas Parmadidjaja | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Beji, Bojonegara, Bojonegara, Serang, Banten | 5 April 1894
Meninggal | 28 Februari 1949 Kamasan, Cinangka, Serang, Banten | (umur 54)
Penghargaan sipil | Pahlawan Nasional Indonesia |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1943—1949 |
Pangkat | Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
| |
Sunting kotak info • L • B |
Riwayat Hidup
Brigjen KH. Syam’un adalah pendiri Perguruan Islam Al-Khairiyah Citangkil, Kota Cilegon. Beliau lahir pada 5 April 1894 dari pasangan taat beragama H. Alwiyan dan Hj. Hajar. Brigjen KH. Syam’un masih keturunan dari KH. Wasid tokoh “Geger Cilegon” 1888 (perjuangan melawan Pemerintah Kolonial Belanda).
Pada umur 11 Tahun, KH. Syam’un melanjutkan studi ke Mekkah (1905—1910) dan berguru di Masjid Al-Haram tempat ahli-ahli ke-Islaman terbaik di dunia berkumpul membagi ilmu. Pendidikan akademinya dilalui di Al-Azhar University Cairo Mesir (1910—1915).
KH. Syam’un pernah bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), sebuah gerakan pemuda bentukan Jepang. Dalam PETA, jabatan KH. Syam’un adalah Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I PETA wilayah Serang.
Selama menjadi Dai Dan Tyo KH. Syam’un sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang. Keterlibatan KH. Syam’un dalam dunia militer mengantarkannya menjadi pimpinan Brigade I Tirtayasa Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian berganti menjadi TNI Divisi Siliwangi.
Karier KH. Syam’un diketentaraan terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945—1949. Pada awal Kemerdekaan, KH.Syam'un berhasil meredam gejolak sosial di Banten, peristiwa itu terkenal dengan peristiwa Dewan Rakyat pimpinan ce Mamat.
Pada Tahun 1948 meletus Agresi Militer Belanda II yang mengharuskan KH. Syam’un bergerilya dari Gunung Karang Kab. Pandeglang hingga kampung Kamasan Kecamatan Cinangka Kab. Serang.
Daerah ini menjadi tempat tinggal salah satu gurunya KH. Jasim. Di Kampung ini juga, Brigjen KH. Syam’un meninggal pada Tahun 1949 karena sakit saat memimpin gerilya dari hutan sekitar Kamasan. Pada saat meninggal, pangkat militer KH Syam'un adalah Kolonel, kerena jasa jasanya, kemudian mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi Brigadir Jenderal Anumerta.
Pahlawan Nasional
Pada tanggal 8 November 2018, Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Ir. Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dengan diterbitkannya Keppres No 123/TK/Tahun 2018, tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. [1]