RHA Wiriadinata
Laksamana Muda Udara (Anumerta) Raden Atje Wiriadinata (lahir di Situraja, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 15 Agustus 1920) dan mengawali karier militernya di Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) AURI dengan pangkat OMO (Opsir Muda Oedara) II.
RHA Wiriadinata | |
---|---|
Wakil Gubernur DKI Jakarta (Bidang Pemerintahan dan Keamanan) | |
Masa jabatan 13 Mei 1966 – 26 Januari 1979 | |
Presiden | Soekarno Soeharto |
Gubernur | Ali Sadikin Tjokropranolo |
Pendahulu Soewondo Pengganti Abdul Chourmain | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Situraja, Sumedang, Jawa Barat | 15 Agustus 1920
Meninggal | 23 Mei 1986 RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Indonesia | (umur 65)
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Udara |
Masa dinas | 1945—1986 |
Pangkat | Marsekal Muda TNI |
Satuan | Korps Pasukan Khas |
Sunting kotak info • L • B |
Karier Perjuangan
Perang Kemerdekaan
Saat perang kemerdekaan melawan Belanda pasukan ini begitu disegani karena hanya mereka satu-satunya yang memiliki senjata 12,7 mm. Karena kehebatannya, Wiriadinata kemudian diangkat menjadi Komandan Pertempuran Panembahan Senopati 105 (PPS-105) yang kemudian terkenal dengan nama Pasukan Garuda Mulya yang beroperasi disekitar daerah Yogyakarta dan Surakarta (Solo).[1]
Karier Militer
Pada tahun 1950-an, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Kapten (U) mengikuti Sekolah Para Dasar Angkatan II di Lanud Andir, Bandung. Wiriadinata kemudian diangkat menjadi komandan PGT pertama pada tahun 1952 sekaligus merangkap sebagai Komandan Lanud Andir. Ia juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA) di Lanud Margahayu, Bandung. Wiriadinata terlibat langsung dalam penumpasan berbagai gerakan separatis di Indonesia seperti DI/TII di Jawa Barat dan Sul-Sel, RMS di Maluku dan PRRI/PERMESTA di Sumatra dan Sulawesi.
Penumpasan PRRI di Sumatera Barat
Saat operasi 17 Agustus di Padang, Sumatera Barat pada tahun 1958, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Letkol (U) dipercaya menjadi wakil komandan operasi bersama Letkol (L) John Lie sedangkan pimpinan operasi dipegang oleh Kolonel Inf Ahmad Yani. Berdasarkan Surat keputusan Men/Pangau Nomor: III/PERS/MKS/1963 tanggal 22 Mei 1963, maka pada tanggal 9 April 1963 Komodor (U) RA. Wiriadinata dikukuhkan menjadi Panglima KOPPAU dan menjabat selama 1 tahun. Kemudian pada tahun 1964 digantikan oleh Komodor (U) Ramli Sumardi. Setelah itu, Wiriadinata diberi jabatan sebagai Irjen Mabes AURI dengan pangkat Marsekal Muda (U) hingga tahun 1967.
Menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta (1966-1977)
Pada tahun 1966, Presiden Soekarno menunjuk Wiriadinata sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Letjen (KKO) Ali Sadikin, yang kebetulan juga berasal dari Sumedang (Ali Sadikin berasal dari Cangkudu, Sumedang Selatan). Duet ini kemudian memimpin Jakarta selama dua periode hingga 1977 yang dikenal sebagai “periode emas” DKI Jakarta. Setelah itu Presiden RI kedua Soeharto mengangkat Wiriadinata sebagai Wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983.
Diabadikan menjadi nama Lanud
Sebagai penghormatan kepada Marsda TNI RHA Wiriadinata, pada tahun 2001 TNI Angkatan Udara melakukan penggantian nama atas Lanud Cibeureum, Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi Lanud Wiriadinata. Penggantian ini berasal dari usulan Paguyuban Masyarakat Pasundan mengingat besarnya jasa Wiriadinata kepada TNI Angkatan Udara dan juga negara.[2]
Referensi
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: - |
Komandan Korps Pasukan Khas 1952-1960 |
Diteruskan oleh: Kapten (Udara) Sugiri Sukani |