Zakariyya
Zakariyya (bahasa Arab: زَكَرِيَّا Zakariyyāʾ, Ibrani: זכריה Zəḵaryāh) adalah tokoh dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Dia adalah salah seorang nabi Bani Israil. Zakariyya berperan sebagai wali dari Maryam dan ayah dari Yahya. Zakariyya hidup di Palestina pada masa kekuasaan Romawi.
Zakariyya زَكَـرِيَّـا • זכריה | |
---|---|
Lahir | Hebron |
Tempat tinggal | Palestina |
Gelar |
|
Suami/istri | Elisyeba |
Anak | Yahya |
Kerabat | Maryam (keponakan) |
Kisah
Nama Zakariyya disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak tujuh kali dan kisahnya disebutkan dalam Surah Ali 'Imran (3): 37-41, Maryam (19): 1-15, Al-Anbiya' (21): 89-90. Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisahnya disebutkan dalam Injil Lukas pasal 1.
Latar belakang
Setelah Sulaiman mangkat, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: kerajaan di utara yang juga disebut Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel lama; dan Kerajaan Yehuda di selatan.[1] Kerajaan Samaria ditaklukkan Asyur pada 720-an SM.[2] Satu setengah abad kemudian, Kerajaan Yehuda ditaklukkan Babilonia Baru pada tahun 587 SM dan Bait Suci (Baitul Maqdis, Masjid Al-Aqsha) yang menjadi pusat ibadah Bani Israil turut dihancurkan. Banyak Bani Israil kemudian diasingkan ke Babilonia. Pada masa-masa selanjutnya, Bani Israil (sebutan untuk keturunan Ya'qub) juga kerap disebut dengan bangsa Yahudi, meski ada juga non-Bani Israil yang menjadi penganut ajaran Yahudi.
Setelah lima puluh tahun di pengasingan, Bani Israil diperkenankan kembali ke Palestina dan Bait Suci kembali dibangun. Antara tahun 332-160 SM, kawasan Palestina dikuasai dinasti-dinasti dari Yunani. Mereka mendorong proses Helenisasi di wilayah bawahannya, menjadikan kebudayaan Yunani sangat dominan di Palestina dan kehidupan sosial-keagamaan Bani Israil. Proses Helenisasi ini memicu umat Yahudi melancarkan Pemberontakan Makabe dan umat Yahudi berhasil berkuasa secara mandiri di bawah kepemimpinan Dinasti Yahudi Hashmonayim. Saat meluaskan wilayahnya, Hashmonayim juga memaksa penduduk taklukan untuk memeluk agama Yahudi, meskipun penduduknya bukanlah Bani Israil. Bangsa Edom kemudian menjadi Yahudi.[3][4] Pada 37 SM, kekuasaan Hashmonayim atas Palestina berakhir, digantikan oleh Herodes yang Agung, raja bawahan Romawi. Herodes adalah keturunan bangsa Edom yang menjadi pemeluk Yahudi pada masa Hashmonayim.[5][6][7][8][9]
Zakariyya adalah nabi Bani Israil yang hidup di Palestina pada abad pertama SM. Alkitab menyebutkan bahwa dia merupakan seorang imam (pendeta) keturunan Harun yang hidup pada masa Raja Herodes.[10] Dalam Yahudi, imam (כֹּהֵן, kohen) di antaranya bertugas menjadi pelayan di Baitul Maqdis dan mengadakan ibadah kurban harian dan hari besar keagamaan.
Maryam
Al-Qur'an menyebutkan bahwa istri 'Imran bernazar anak yang dikandungnya akan menjadi abdi Allah. Dia melahirkan anak perempuan yang dinamai Maryam. Zakariyya kemudian menjadi wali dan pemelihara Maryam.[11]
Para ulama memberikan keterangan tambahan terkait ayat tersebut. Disebutkan bahwa 'Imran dan istrinya, bernama Hannah dalam sebagian tradisi, sudah berusia lanjut. Saat melihat burung yang memberi makan anaknya, dia berkeinginan memiliki anak dan berdoa pada Allah agar mengabulkan permohonannya. Hannah kemudian mengandung dan dia menazarkan anaknya untuk menjadi abdi di Baitul Maqdis. Namun saat melahirkan, ternyata dia melahirkan anak perempuan, padahal hanya anak laki-laki yang bisa menjadi abdi. Namun Allah menerima nazar Hannah dan dia menamai anaknya Maryam.[12][13][14]
Setelah disapih, Hannah menyerahkan Maryam ke Baitul Maqdis. Zakariyya menghendaki agar dia menjadi wali Maryam karena istrinya, Elisyeba, adalah saudari Hannah. Sebagian pendapat menyebutkan bahwa Hannah adalah bibi Elisyeba dari pihak ibu. Para imam yang lain juga menginginkan hak asuh atas Maryam sehingga diadakanlah undian. Zakariyya dan para imam yang lain mengumpulkan pena mereka masing-masing di sebuah wadah, kemudian menyuruh seorang anak kecil mengambil salah satu pena. Ternyata pena Zakariyya yang diambil. Namun masih ada ketidakpuasan sehingga diadakan undian ulang dengan melemparkan pena mereka ke sungai. Pemilik dari pena yang tidak terbawa arus sungai akan menjadi pengasuh Maryam. Setelah pena mereka dilemparkan, semua pena hanyut kecuali pena milik Zakariyya. Masih ada ketidakpuasan dan diadakan undian ulang. Pemilik dari pena yang terbawa arus sungai akan menjadi pengasuh Maryam. Setelah pena mereka dilemparkan, hanya pena Zakariyya yang hanyut. Zakariyya kemudian ditetapkan sebagai wali Maryam.[15]
Doa
Al-Qur'an menyebutkan bahwa saat mengunjungi Maryam di ruang khusus ibadahnya, Zakariyya melihat makanan. Saat ditanya asal makanan ini, Maryam menjawab bahwa itu dari Allah. Kemudian Zakariyya berdoa agar juga dikaruniai keturunan.[16]
Para ulama menjelaskan bahwa Maryam mendapatkan buah-buahan yang bukan musimnya sebagai bentuk mukjizat. Zakariyya yang melihat kesalehan Maryam dan karunia Allah yang dikaruniakan padanya menjadi ingin memiliki keturunan sendiri.[17]
Dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa Zakariyya memohon dengan suara lembut di ruang ibadahnya dan dia sudah berusia senja kala itu. Dia mengkhawatirkan kerabatnya sepeninggalnya dan memohon anak yang akan menjadi pewaris keluarga Ya'qub.[18][19] Beberapa penafsir menyebutkan bahwa Zakariyya khawatir bahwa setelah dirinya meninggal, kerabatnya tidak bisa mengurus dan memandu Bani Israil dengan hukum Allah sebagaimana mestinya, sehingga dia memohon dikaruniai anak yang saleh dan berbakti agar bisa melanjutkan tugasnya kelak dan menjadi pewaris spiritualnya.[17][20] Dalam hukum Musa sendiri juga dijelaskan bahwa secara hukum, kedudukan imam itu diwariskan dari ayah ke anak di kalangan keturunan Harun.[21]
Al-Qur'an kemudian menjelaskan bahwa setelahnya, malaikat datang dan mengabarkan bahwa Zakariyya akan memiliki seorang putra yang bernama Yahya. Zakariyya menanyakan caranya dia memiliki anak, padahal dia sudah berusia senja dan Elisyeba sendiri adalah wanita mandul. Melalui malaikat, Allah menjelaskan bahwa itu adalah hal yang mudah. Zakariyya meminta tanda dan Allah membalas bahwa Zakariyya tidak akan mampu bicara selama tiga hari tiga malam, padahal dia dalam keadaan sehat.[22][23]
Alkitab menjelaskan bahwa malaikat Jibril mendatangi Zakariyya saat dia mendapat jadwal tugas untuk membakar ukupan atau dupa di dalam Baitul Maqdis, sementara jamaah berdoa di luar. Jibril menyatakan bahwa Zakariyya akan dikaruniai anak yang akan menjadi utusan Tuhan yang kuat dan berkuasa seperti Ilyas. Zakariyya menjelaskan bahwa dia dan istrinya sudah tua dan Jibril membalas bahwa Zakariyya tidak akan bisa bicara sampai Yahya lahir karena dia tidak percaya dengan kabar yang dibawa Jibril. Di luar, jamaah heran karena Zakariyya begitu lama berada di dalam. Saat keluar, Zakariyya tidak bisa bicara dan terus-menerus menggunakan isyarat tangan. Orang-orang paham bahwa Zakariyya telah mendapat penglihatan saat di dalam.[24]
Zakaria dalam Qur'an
Kisah Nabi Zakaria dalam Al-Qur’an ada di dalam Surah Maryam: 1 -15
- Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad
- (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,
- yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
- Ia berkata:”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku.
- dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawali ku sepeninggal ku, sedang istri ku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,
- yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’kub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku seorang yang diridhai”.
- Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.
- Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada seorang anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua”.
- Allah berfirman:“Demikianlah”. Tuhan berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali”.
- Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. Tuhan berfirman “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat”.
- Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
- Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
- dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,
- dan seorang yang berbakti kepada dua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.
- Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.
Catatan
Pada masa hidup Isa Al-Masih, para rahib Yahudi masih melanjutkan tugas mereka memimpin upacara kebaktian atau peribadatan di Bait Allah yang didirikan oleh Daud (masjid Daud). Ada 24 giliran kebaktian, setiap giliran disebut sesuai dengan nama-nama keturunan Harun. Setiap rahib mendapat giliran bertugas selama seminggu dalam setiap enam bulan. Jadi 24 giliran kebaktian tersebut diselesaikan dalam 24 minggu, dan setahun 48 giliran dalam 48 minggu.
Giliran pertama disebut Jehoiarib yang dimulai hari Sabat (Sabtu) pada bulan Nisan menurut kalender Yahudi. Bulan Nisan bersamaan dengan musim semi (spring), sedangkan Maaziah merupakan giliran ke-24 atau giliran terakhir pada pertengahan pertama tiap tahun.
Dengan mengetahui pembagian giliran kebaktian agama Yahudi itu, dapat diketahui kapan lahirnya Yahya bin Zakaria (yang lebih dulu enam bulan dari kelahiran Isa Al-Masih).
Pada saat Zakariya (Zacharias) berada di Bait Allah, malaikat Jibril datang kepadanya menyampaikan kabar gembira tentang anak yang akan lahir dari kandungan istri nya. Injil Lukas 1:5 menyatakan: Pada zaman Herodes, raja negeri Yudea, salah seorang imam namanya Zakaria, yaitu bagian daripada Abia, dan ia mempunyai seorang istri keturunan Harun, namanya Elisabeth".
Ungkapan "bagian Abia" dalam ayat ini mendapat penjelasan dalam Kitab 1 Tawarikh 24:10 bahwa Abia atau Abijah adalah giliran ke-8. ini berarti memasuki minggu ke-9 setelah awal bulan pertama, Nisan. Jadi, Zakaria bertugas antara tanggal 27 Iyar sampai dengan tanggal 15 Sivan menurut kalender Yahudi (1 sampai 8 Juni) setelah dihitung dari 6 April tahun 5 SM yang bertepatan dengan Sabat pada bulan Nisan. Diketahui bayi biasanya berada dalam kandungan selama 9 bulan 10 hari. Jika diperhitungkan sejak waktu Zakaria menerima kabar gembira tentang kehamilan istri nya sampai lahirnya Yahya, akan ditemukan tanggal 27 Maret (1 Nisan) sebagai hari kelahiran Yahya.
Rujukan
- ^ 1 Raja–raja 12: 1–24
- ^ Broshi, Maguen (2001). Bread, Wine, Walls and Scrolls. Bloomsbury Publishing. hlm. 174. ISBN 1841272019.
- ^ Flavius Josephus Antiquities 13.257–258
- ^ Josephus, Ant. xiii, 9:1., via
- ^ Herod at Encyclopædia Britannica: "...thus, Herod was, although a practicing Jew, of Arab origin on both sides."
- ^ "National Geographic Magazine - NGM.com". ngm.nationalgeographic.com.
- ^ Aryeh Kasher dan Eliezer Witztum, King Herod: A Persecuted Persecutor: A Case Study in Psychohistory, hlm. 19-23
- ^ Jan Retsö, The Arabs in Antiquity: Their History from the Assyrians to the Umayyads, Routledge (2013), hlm. 374
- ^ Richard R. Losch, All the People in the Bible, Wm. B. Eerdmans Publishing (2008), hlm. 155
- ^ Lukas 1: 5
- ^ Ali 'Imran (3): 35-37
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 787.
- ^ Wheeler, Brannon M. (2002). Prophets in the Quran: an introduction to the Quran and Muslim exegesis. Continuum International Publishing Group. ISBN 0-8264-4957-3.
- ^ Da Costa, Yusuf (2002). The Honor of Women in Islam. LegitMaddie101. ISBN 1-930409-06-0.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 789-790.
- ^ Ali 'Imran (3): 37-38
- ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 770.
- ^ Ali 'Imran (3): 38
- ^ Maryam (19): 1-6
- ^ Lives of the Prophets, Leila Azzam, Zacharias and John
- ^ Keluaran 28: 1
- ^ Ali 'Imran (3): 39-41
- ^ Maryam (19): 7-11
- ^ Lukas : 8–25
Daftar pustaka
- Ibnu Katsir (2014). Kisah-Kisah Para Nabi. Diterjemahkan oleh Muhammad Zaini. Surakarta: Insan Kamil Solo. ISBN 978-602-6247-11-7.
Pranala luar
Nabi dan Rasul dalam Islam |
---|
Portal Islam |