Yahya
Yahya (bahasa Arab: يحيىٰ Yaḥyā), disebut Yohanes Pembaptis (Ibrani: יוחנן המטביל Yokhanan HaMatbil) dalam Kristen, adalah tokoh dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Dia adalah putra Zakariyya. Yahya dipandang sebagai nabi dan dihormati dalam Kristen, Islam, Baha'i, dan Mandaeisme. Dia hidup sekitar abad pertama Masehi di Palestina saat kawasan tersebut menjadi wilayah bawahan Romawi.
Yahya يحيى • יוֹחָנָן | |
---|---|
Tempat tinggal | Palestina |
Nama lain | Yohanes |
Gelar |
|
Orang tua | |
Kerabat | Maryam (sepupu) |
Nama
Terdapat pendapat mengenai makna dan asal-usul nama "Yahya" yang digunakan Al-Qur'an. Yahya bukanlah ejaan bahasa Arab dari bahasa aslinya. Namanya dalam bahasa Ibrani adalah Yohanan (יוֹחָנָן, Yôḥānān) dan dieja dalam bahasa Arab sebagai Yuhana (يُوحَنَّا, Yūḥanna). Secara bahasa, nama Yahya yang digunakan dalam Al-Qur'an sama dengan nama Ibrani "Yehia" (יְחִיָּה). Yehia sendiri adalah nama orang yang hidup pada masa Dawud atau sekitar sepuluh abad sebelum masa Yahya dan bertugas sebagai penjaga tabut perjanjian, peti yang berisi barang-barang suci Bani Israil, seperti gulungan Taurat dan relik peninggalan Musa dan Harun.[1][2]
Para penafsir sering menghubungkan nama Yahya dengan arti "mempercepat" atau "menghidupkan", mengacu pada kemandulan ibu Yahya yang disembuhkan oleh Allah, serta khotbah Yahya yang, sebagaimana diyakini umat Islam, "membuat hidup" iman Bani Israil.[3] Arti dari nama ini sama dengan arti dari nama Yehia, yang bermakna "Yahweh hidup".[2] Sebagaimana sosok Yehia yang menjadi penjaga tabut perjanjian, sangat mungkin nama "Yahya" digunakan umat Kristen Arab pada abad ke-6 dan ke-7 M sebagai julukan kehormatan pada Yohanan (Yuhana) karena dia dipandang sebagai penjaga dari "tabut perjanjian yang baru". Perjanjian baru di sini merujuk pada 'Isa Al-Masih yang membawa syariat atau hukum baru, yakni Injil, untuk melengkapi dan menyempurnakan syariat lama umat Yahudi, yaitu Taurat.[4][5]
Kisah
Nama Yahya disebutkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) sebanyak lima kali[a] dan kisahnya disebutkan dalam Surah Ali 'Imran (3): 39; Maryam (19): 7, 12-15; dan Al-Anbiya' (21): 89-90. Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Yahya disebutkan dalam Injil Matius 3, 11, 14; Markus 6; Lukas 1, 3, 9 dan Yohanes 1.
Latar belakang
Setelah Sulaiman mangkat, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: kerajaan di utara yang juga disebut Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel lama; dan Kerajaan Yehuda di selatan.[6] Kerajaan Samaria ditaklukkan Asyur pada 720-an SM.[7] Satu setengah abad kemudian, Kerajaan Yehuda ditaklukkan Babilonia Baru pada tahun 587 SM dan Bait Suci (Baitul Maqdis, Masjid Al-Aqsha) yang menjadi pusat ibadah Bani Israil turut dihancurkan. Banyak Bani Israil kemudian diasingkan ke Babilonia. Pada masa-masa selanjutnya, Bani Israil (sebutan untuk keturunan Ya'qub) juga kerap disebut dengan bangsa Yahudi, meski ada juga non-Bani Israil yang menjadi penganut ajaran Yahudi.
Setelah lima puluh tahun di pengasingan, Bani Israil diperkenankan kembali ke Palestina dan Bait Suci kembali dibangun. Antara tahun 332-160 SM, kawasan Palestina dikuasai dinasti-dinasti dari Yunani. Mereka mendorong proses Helenisasi di wilayah bawahannya, menjadikan kebudayaan Yunani sangat dominan di Palestina dan kehidupan sosial-keagamaan Bani Israil. Proses Helenisasi ini memicu umat Yahudi melancarkan Pemberontakan Makabe dan umat Yahudi berhasil berkuasa secara mandiri di bawah kepemimpinan Dinasti Yahudi Hashmonayim. Saat meluaskan wilayahnya, Hashmonayim juga memaksa penduduk taklukan untuk memeluk agama Yahudi, meskipun penduduknya bukanlah Bani Israil. Bangsa Edom kemudian menjadi Yahudi.[8][9] Pada 37 SM, kekuasaan Hashmonayim atas Palestina berakhir, digantikan oleh Herodes yang Agung, raja bawahan Romawi. Herodes adalah keturunan bangsa Edom yang menjadi pemeluk Yahudi pada masa Hashmonayim.[10][11][12][13][14] Setelah Herodes Agung mangkat pada 4 SM, wilayah Palestina dibagi-bagi untuk tiga putranya: Herodes Arkhelaus, Herodes Antipas, dan Herodes Filipus II. Ketiganya menyandang gelar etnark (semacam gubernur), bukan raja sebagaimana ayah mereka.[15] Sebagaimana ayah mereka, ketiganya juga penguasa bawahan Kaisar Romawi.
Yahya adalah nabi Bani Israil. Alkitab menyebutkan bahwa dia adalah putra Zakariyya dan Elisyeba, keduanya merupakan keturunan Harun dari suku Lewi. Zakariyya sendiri adalah seorang imam atau pendeta (כֹּהֵן, kohen).[16]
Doa
Al-Qur'an menyebutkan bahwa Zakariyya menjadi wali dan penjaga Maryam. Saat mengunjungi Maryam di ruang khusus ibadahnya, Zakariyya melihat makanan. Saat ditanya asal makanan ini, Maryam menjawab bahwa itu dari Allah. Kemudian Zakariyya berdoa agar juga dikaruniai keturunan.[17]
Para ulama menjelaskan bahwa Maryam mendapatkan buah-buahan yang bukan musimnya sebagai bentuk mukjizat. Zakariyya yang melihat kesalehan Maryam dan karunia Allah yang dikaruniakan padanya menjadi ingin memiliki keturunan sendiri.[18] Terkait hubungan kekeluargaan, disebutkan bahwa Hannah, ibu Maryam, adalah saudari Elisyeba, istri Zakariyya. Pendapat lain menyebutkan bahwa Hannah adalah bibi Elisyeba dari pihak ibu.[19]
Dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa Zakariyya memohon dengan suara lembut di ruang ibadahnya. Disebutkan bahwa dia sudah berusia senja kala itu dan istrinya adalah seorang wanita mandul. Dia mengkhawatirkan kerabatnya sepeninggalnya dan memohon anak yang akan menjadi pewaris keluarga Ya'qub.[20][21] Beberapa penafsir menyebutkan bahwa Zakariyya khawatir bahwa setelah dirinya meninggal, kerabatnya tidak bisa mengurus dan memandu Bani Israil dengan hukum Allah sebagaimana mestinya, sehingga dia memohon dikaruniai anak yang saleh dan berbakti agar bisa melanjutkan tugasnya kelak dan menjadi pewaris spiritualnya.[18][22] Dalam hukum Musa sendiri juga dijelaskan bahwa secara hukum, kedudukan imam itu diwariskan dari ayah ke putranya di kalangan keturunan Harun.[23]
Al-Qur'an kemudian menjelaskan bahwa setelahnya, malaikat datang dan mengabarkan bahwa Zakariyya akan memiliki seorang putra yang bernama Yahya. Zakariyya menanyakan caranya dia memiliki anak, padahal dia sudah berusia senja dan Elisyeba sendiri adalah wanita mandul. Melalui malaikat, Allah menjelaskan bahwa itu adalah hal yang mudah. Zakariyya meminta tanda dan Allah membalas bahwa Zakariyya tidak akan mampu bicara selama tiga hari tiga malam, padahal dia dalam keadaan sehat.[24][25]
Alkitab menjelaskan bahwa malaikat Jibril mendatangi Zakariyya saat dia mendapat jadwal tugas untuk membakar ukupan atau dupa di dalam Baitul Maqdis, sementara jamaah berdoa di luar. Jibril menyatakan bahwa Zakariyya akan dikaruniai anak yang akan menjadi utusan Tuhan yang kuat dan berkuasa seperti Ilyas. Zakariyya menjelaskan bahwa dia dan istrinya sudah tua dan Jibril membalas bahwa Zakariyya tidak akan bisa bicara sampai Yahya lahir karena dia tidak percaya dengan kabar yang dibawa Jibril. Di luar, jamaah heran karena Zakariyya begitu lama berada di dalam. Saat keluar, Zakariyya tidak bisa bicara dan terus-menerus menggunakan isyarat tangan. Orang-orang paham bahwa Zakariyya telah mendapat penglihatan saat di dalam.[26]
Ada yang berpendapat bahwa saat itu Zakariyya telah berusia 77 tahun atau lebih muda.[27] Pendapat lain menyebutkan 92 tahun.[28]
Alkitab menyebutkan bahwa saat kandungan Elisyeba memasuki usia enam bulan, Maryam mengandung 'Isa.[29] Setelah Elisyeba melahirkan, putranya disunat saat berusia delapan hari.[30]
Al-Qur'an menyatakan bahwa Allah memberi nama anak itu Yahya dan "Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya."[31] Alkitab menjelaskan bahwa keluarga besarnya hendak menamai anak itu Zakariyya sebagaimana nama bapaknya, tetapi Elisyeba menolak dan ingin menamainya Yahya (Yohanan/Yohanes). Mereka membalas bahwa tidak ada yang memiliki nama seperti itu di keluarga besar mereka. Zakariyya kemudian menulis di batu tulis bahwa namanya adalah Yahya.[32][33][34]
Seruan
Seruan dan dakwah Yahya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat hadits disebutkan bahwa Yahya mengumpulkan Bani Israil di Bait Suci atau Baitul Maqdis sampai penuh sesak. Kemudian dia menyampaikan pada mereka lima hal: menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, shalat (ibadah), puasa, sedekah, dan berdzikir (menyebut nama Allah).[35]
Alkitab menyebutkan bahwa Yahya sehari-hari mengenakan jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, sedangkan makanannya belalang dan madu hutan. Dia menyeru orang-orang untuk bertobat dan penduduk dari berbagai daerah mendatangi seruannya. Yahya melakukan ritual baptis di sungai Yordan pada mereka sebagai bentuk pertobatan.[36][37][38] Yahya juga menyeru bahwa setelah dirinya, akan datang sosok yang lebih mulia dan agung darinya.[39][40][41] Sosok itu ditafsirkan sebagai 'Isa bin Maryam.
Herodes
Pada masa itu, Herodes seorang penguasa Palestina merencanakan akan menikah dengan anak perempuan saudaranya sendiri yaitu Hirodia. Hirodia sendiri merasa senang jika diperistrikan oleh seorang raja. Yahya melarang pernikahan ini karena bertentangan dengan syariat kitab Taurat dan Zabur. Seluruh istana pun gempar, mereka setuju dengan pendapat Yahya. Sehingga membuat raja menjadi malu dan murka, kemudian ia dan Hirodia berusaha mencari jalan untuk membungkam mulut Yahya dengan cara apapun. Dikisahkan bahwa Yahya belum pernah menikahi seorang wanita, karena dia sudah terbunuh di usia muda dan dianggap sebagai nabi yang telah mati syahid. Ia mati syahid karena telah dipenggal oleh sang raja atas keinginan keponakannya tersebut.
Yahya dalam Qur'an
Menurut Qur'an, Yahya adalah anak Zakariya, dan kelahirannya dikabarkan oleh Malaikat Jibril. ([Qur'an Maryam:7], [Qur'an Ali Imran:39]). Yahya diberi hikmah semenjak masih kanak-kanak (19:12). Dia mematuhi orang tuanya dan bukan orang sombong lagi durhaka ([Qur'an Maryam:13]). Yahya dipuji di dalam Quran dan Allah memberkahi hari ketika dia dilahirkan. ([Qur'an Maryam:15]).
Yahya disebut sebagai orang yang benar, mulia. ([Qur'an Al-An'am:85], 3:39). Ia diutus untuk menyampaikan firman Allah (3:39).
Kisah Yahya diceritakan kembali oleh Ja'far pada Raja Abyssinia sebelum Migrasi ke Abyssinia [42].
Penanggalan
Pada masa hidup Isa Al-Masih, para imam (pendeta) Yahudi masih melanjutkan tugas mereka memimpin upacara kebaktian atau peribadatan di Bait Allah yang didirikan oleh Daud (masjid Daud). Ada 24 giliran kebaktian, setiap giliran disebut sesuai dengan nama-nama keturunan Harun. Setiap imam mendapat giliran bertugas selama seminggu dalam setiap enam bulan. Jadi 24 giliran kebaktian tersebut diselesaikan dalam 24 minggu, dan setahun 48 giliran dalam 48 minggu.
Giliran pertama disebut Jehoiarib yang dimulai hari Sabat (Sabtu) pada bulan Nisan menurut kalender Yahudi. Bulan Nisan bersamaan dengan musim semi (spring), sedangkan Maaziah merupakan giliran ke-24 atau giliran terakhir pada pertengahan pertama tiap tahun.
Dengan mengetahui pembagian giliran kebaktian agama Yahudi itu, dapat diketahui waktu lahirnya Yahya bin Zakaria (yang lebih dulu enam bulan dari kelahiran Isa Al-Masih).
Pada saat Zakariya (Zacharias) berada di Bait Allah, malaikat Jibril datang kepadanya menyampaikan kabar gembira tentang anak yang akan lahir dari kandungan istrinya. Injil Lukas 1:5 menyatakan: Pada zaman Herodes, raja negeri Yudea, salah seorang imam namanya Zakaria, yaitu bagian daripada Abia, dan ia mempunyai seorang istri keturunan Harun, namanya Elisabeth".
Ungkapan "bagian Abia" dalam ayat ini mendapat penjelasan dalam Kitab 1 Tawarikh 24:10 bahwa Abia atau Abijah adalah giliran ke-8. ini berarti memasuki minggu ke-9 setelah awal bulan pertama, Nisan. Jadi, Zakaria bertugas antara tanggal 27 Iyar sampai dengan tanggal 15 Sivan menurut kalender Yahudi (1 sampai 8 Juni) setelah dihitung dari 6 April tahun 5 SM yang bertepatan dengan Sabat pada bulan Nisan. Diketahui bayi biasanya berada dalam kandungan selama 9 bulan 10 hari. Jika diperhitungkan sejak waktu Zakaria menerima kabar gembira tentang kehamilan istri nya sampai lahirnya Yahya, akan ditemukan tanggal 27 Maret (1 Nisan) sebagai hari kelahiran Yahya.
Pranala luar
Catatan
- ^ Dalam Al-Qur'an, nama Yahya disebutkan lima kali, yakni pada surah:
- Ali 'Imran (3): 39
- Al-An'am (6): 85
- Maryam (19): 7, 12
- Al-Anbiya' (21): 90
Rujukan
- ^ 1 Tawarikh 15: 24
- ^ a b "Topical Bible: Jehiah". biblehub.com.
- ^ A. Jeffrey, Foreign Vocab. of the Qur'an, Baroda 1938, hlm. 290–291
- ^ Ali 'Imran (3): 50
- ^ cf. 1 Tawarikh 15: 24 dengan Matius 3: 3
- ^ 1 Raja–raja 12: 1–24
- ^ Broshi, Maguen (2001). Bread, Wine, Walls and Scrolls. Bloomsbury Publishing. hlm. 174. ISBN 1841272019.
- ^ Flavius Josephus Antiquities 13.257–258
- ^ Josephus, Ant. xiii, 9:1., via
- ^ Herod at Encyclopædia Britannica: "...thus, Herod was, although a practicing Jew, of Arab origin on both sides."
- ^ "National Geographic Magazine - NGM.com". ngm.nationalgeographic.com.
- ^ Aryeh Kasher dan Eliezer Witztum, King Herod: A Persecuted Persecutor: A Case Study in Psychohistory, hlm. 19-23
- ^ Jan Retsö, The Arabs in Antiquity: Their History from the Assyrians to the Umayyads, Routledge (2013), hlm. 374
- ^ Richard R. Losch, All the People in the Bible, Wm. B. Eerdmans Publishing (2008), hlm. 155
- ^ Jeffers, James S. (2000). The Greco-Roman World of the New Testament Era: Exploring the Background of Early Christianity. Intervarsity-Press. hlm. 125. ISBN 978-0830815890. Diakses tanggal 29 September 2016.
- ^ Lukas 1: 5
- ^ Ali 'Imran (3): 37-38
- ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 770.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 789.
- ^ Ali 'Imran (3): 38
- ^ Maryam (19): 1-6
- ^ Lives of the Prophets, Leila Azzam, Zacharias and John
- ^ Keluaran 28: 1
- ^ Ali 'Imran (3): 39-41
- ^ Maryam (19): 7-11
- ^ Lukas 1: 8–25
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 772.
- ^ Historical Dictionary of Prophets In Islam and Judaism, B. M. Wheeler, Zechariah, father of John
- ^ Lukas 1: 39–45
- ^ Lukas 1: 57–59
- ^ Maryam (19): 7
- ^ Lukas 1: 59–63
- ^ Young's Literal Translation of the Bible. Luke 1:59, 1:5, et al. http://www.biblestudytools.com/ylt/luke/1.html
- ^ King James Bible. Luke 1:59, 1:5, et al. https://www.kingjamesbibleonline.org/Luke-Chapter-1/
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 778.
- ^ Matius 3: 1–6
- ^ Markus 1: 1–6
- ^ Lukas 3: 2–6
- ^ Matius 3: 11–12
- ^ Markus 1: 7–8
- ^ Lukas 3: 16–18
- ^ The Sealed Nectar Jumrah Aqabah kedua on sunnipath.com
Daftar pustaka
- Ibnu Katsir (2014). Kisah-Kisah Para Nabi. Diterjemahkan oleh Muhammad Zaini. Surakarta: Insan Kamil Solo. ISBN 978-602-6247-11-7.
Nabi dan Rasul dalam Islam |
---|
Portal Islam |