Rasyidiyah Khalidiyah

yayasan dan pesantren di Indonesia

Rasyidiyah Khalidiyah atau disingkat Rakha adalah sebuah yayasan sekaligus pesantren yang berlokasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Indonesia. Terdiri atas Raudatul atfal, Kelompok bermain, Tempat penitipan anak, Madrasah ibtidaiyah, Madrasah sanawiah yang terdiri dari Normal Islam Putera dan Normal Islam Puteri, Madrasah aliah yang terdiri atas Normal Islam Putera dan Normal Islam Puteri, Sekolah Tinggi Agama Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an, dan Ma'had Ali.

Rasyidiyah Khalidiyah
Rakha
Gambaran umum
SingkatanRakha
Didirikan13 Oktober 1922
SifatYayasan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

Berawal dari sebuah rumah sederhana di Desa Pakapuran, Amuntai Utara, Hulu Sungai Utara, yayasan sekaligus pesantren yang dulu bernama Arabische School ini didirikan pada 13 Oktober 1922 atau 12 Rabi'ul Awwal 1341 H oleh seorang alumnus Universitas Al-Azhar 1912-1922, Tuan Guru Haji Abdurrasyid.[1]

Pada tahun 1884, Tuan Guru Haji Abdurrasyid lahir dari keluarga petani sederhana yang taat beragama, Haji Ramli dan Khadijah. Beliau mempelajari Al-Qur'an dari seorang guru di kampung saat teman-teman beliau bersekolah di Inlandsche School dan khatam pada usia tujuh tahun.[2]

Tuan Guru Haji Abdurrasyid menuntut pelajaran agama Islam di pesantren-pesantren dan rumah-rumah guru agama dari kampung ke kampung dengan izin orang tua. Beliau mengikuti kuliah pada 1912 di Universitas Al-Azhar, Kairo selama sepuluh tahun.[3]

Tuan Guru Haji Abdurrasyid bertindak sebagai pengajar dengan sistem halaqah di rumah sendiri.[1] Seiring waktu, daya tampung rumah beliau menjadi tidak mungkin lagi karena santri yang berdatangan sangat banyak. Sebuah surau yang berseberangan dengan rumah beliau di tepi Sungai Tabalong menjadi tempat baru dibarengi pergantian sistem penyelenggaraan yang dilengkapi dengan meja, kursi dan papan tulis yang klasikal.[4]

Setelah itu, Tuan Guru Haji Abdurrasyid hanya memberikan nasihat kepada seluruh santri secara umum pada saat tertentu. Sistem estafet atau yang beliau sebut "beranting" digunakan.[1] Masyarakat menyambut dengan baik sistem pengajaran yang digunakan beliau. Kampung Pakapuran menjadi ramai dan para penuntut ilmu yang datang dari berbagai tempat bahkan sebagian yang jauh sampai memondok di rumah penduduk sekitar surau.[5]

Referensi

  1. ^ a b c H. Syafriansyah, “Sejarah Singkat Pesantren Rasyidiyah Amuntai Kalsel”, dalam Mimbar Rasyidiyah Khalidiyah Media Informasi dan Komunikasi, edisi 01 tahun 2005, hlm. 12.
  2. ^ 50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972, hlm. 23.
  3. ^ 50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972, hlm. 23-24.
  4. ^ 50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972, hlm. 24.
  5. ^ 50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972, hlm. 25.