Pangeran Sjarif Ali Al Aidroes
Pangeran Sjarif Ali Al Aidroes[4]atau Pangeran Sjarif Ali Al Idroes[5] adalah kepala Landschap Sabamban yang sering disebut juga Kepangeranan Sebamban atau Kerajaan Sabamban tetapi bukan merupakan Kesultanan Sabamban, salah satu daerah yang termasuk wilayah pemerintahan Hindia Belanda di Borneo Timur (sekarang termasuk wilayah provinsi Kalimantan Selatan.[6] Kepala pemerintahaan Sabamban bergelar Pangeran (bukan Sultan). Di wilayah Kalimantan Tenggara tersebut terdapat terdapat pula Kerajaan Pagatan, Kerajaan Kusan dan Kerajaan Pasir yang statusnya daerahnya setara tetapi sedikit lebih tinggi (kerajaan). Daerah-daerah di Kalimantan Tenggara tersebut pada 17 Agustus 1787 merupakan daerah yang diserahkan Sultan Tahmidullah II kepada VOC diwakili Residen Walbeck kemudian menjadi properti milik perusahaan VOC, selanjutkan menjadi milik Hindia Belanda yang menggantikan VOC.
Pangeran Syarif Ali bin Abdurrahman al-Aydrus (al-'Aydarūs/Idrus)[1] | |
---|---|
Wali | Lihat daftar |
Kelahiran | Kerajaan Kubu (Hindia Belanda) |
Kematian | Landschap Sabamban (Hindia Belanda) |
Ayah | Syarif Abdurrahman bin Syarif Idrus (Tuan Besar Raja Kubu ke-1) bin Abdurrahman bin Ali bin Hassan bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad bin Hussin bin Abdullah al-Aydrus.[2] |
Ibu | Syarifah Aisyah binti Syarif Abdurrahman Alkadrie - Sultan I Pontianak |
Agama | Islam Sunni |
Pangeran Syarif Ali al-Aydrus mengepalai daerah Sebamban dengan berpenduduk sekitar 250 jiwa, tidak termasuk para penambang, kebanyakan orang Banjar dan beberapa orang Bugis. Daerah Sebamban ini menghasilkan intan, emas, batubara, beras, dan kayu.[7]
Syarif Ali al-Aydrus adalah cucu dari Raja (Tuan Besar) Kubu - Syarif Idrus al-Aydrus, pada awalnya menetap di daerah Kubu, Kalimantan Barat (bersama keluarga bangsawan Kerajaan Kubu).[8]
Pada masa itu Dia telah memiliki satu istri dan berputra dua orang yaitu: Syarif Abubakar al-Aydrus dan Syarif Hasan al-Aydrus. Karena ada suatu konflik kekeluargaan, akhirnya Syarif Ali al-Aydrus memutuskan untuk hijrah ke Kalimantan Selatan dengan meninggalkan istri dan kedua putranya yang masih tinggal di Kerajaan Kubu, melalui sepanjang pesisir selatan Kalimantan hingga sampai di daerah Banjar.
Di daerah Banjar tersebut, dia mendirikan Kerajaan Sabamban dan menjadi Raja yang Pertama, bergelar Pangeran Syarif Ali al-Aydrus. Pada saat dia menjadi Raja Sabamban ini, dia menikah lagi dengan 3 (tiga) wanita; Yang pertama Putri dari Sultan Adam dari Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan, yang Kedua dari Bugis (Putri dari Sultan Bugis di Sulawesi Selatan), yang ketiga dari Bone (Putri dari Sultan Bone di Sulawesi Selatan). Pada saat dia telah menjabat sebagai Sultan Sabamban inilah, kedua putra dia dari Istri Pertama di Kubu, Kalimantan Barat yaitu Syarif Abubakar Alaydrus dan Syarif Hasan Alaydrus menyusul Dia ke Angsana, Tanah Bumbu (Kesultanan Sabamban), dan menetap bersama Ayahandanya.
Keturunan
Dari Ketiga istri dia di Banjar-Kalimantan Selatan serta satu Istri dia di Kubu-Kalimantan Barat tersebut, Pangeran Syarif Ali memiliki 12 (duabelas) putra. Putra-putra dia yaitu: Dari Istri Pertama (Kubu-Kalimantan Barat):
- Syarif Hasan bin Pangeran Syarif Ali Al-Idrus, putra dia: Sultan Syarif Qasim Alaydrus, Raja II Sabamban menjabat sebagai Raja setelah sepeninggal Kakeknya yaitu Pangeran Syarif Ali bin Syarif Abdurrahman Al-Idrus, hingga akhirnya Kerajaan Sabamban ini hilang dari bumi Kalimantan Selatan.
- Syarif Abubakar bin Pangeran Syarif Ali Al-Idrus
Dari Istri ke-dua, Putri Kesultanan Banjar, Istri ke-tiga (Putri Sultan Bugis) dan Istri ke-empat (Putri Sultan Bone), menurunkan putra-putra dia:
- Syarif Musthafa bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus,
- Syarif Thaha bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus,
- Syarif Hamid bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Ahmad bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Muhammad bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Umar bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Thohir bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Shalih bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus
- Syarif Utsman bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus dan
- Syarif Husein bin Sultan Syarif Ali Al-Idrus.
Pada saat Pangeran Syarif Ali mulai menjadi penguasa di Sebamban, dia menikah lagi dengan putri penguasa Batulicin bernama Putri Petta Walu’e dan memiliki 6 orang putra putri yaitu:[9][10]
- Pangeran Syarif Hamid
- Putri Qomariah
- Pangeran Syarif M. Thoha
- Pangeran Syarif Mustafa
- Pangeran Syarif Ahmad
- Putri Petta Bau
Setelah wafatnya Sultan Syarif Ali Al-Idrus, Jabatan Sultan tidak diteruskan oleh putra-putra dia, akan tetapi yang menjadi Sultan II Sabamban adalah justru cucu dia yaitu Sultan Syarif Qasim Al-Idrus, putra dari Syarif Hasan (Syarif Hasan adalah putra Sultan Syarif Ali Al-Idrus dari Istri Pertama/Kubu, waktu Syarif Ali masih menetap di Kubu-Kalimantan Barat).
Jadi sepanjang sejarahnya, Kesultanan Sabamban ini hanya dijabat oleh dua Sultan saja, yaitu pendirinya Sultan Syarif Ali Al-Idrus sebagai Sultan I dan cucu dia sebagai Sultan II Sabamban yaitu Sultan Syarif Qasim Al-Idrus.
Sementara itu, setelah tidak adanya lagi Kesultanan Sabamban tersebut, anak-cucu keluarga bangsawan dari keturunan Sultan Syarif Ali Al-Idrus ini, menyebar ke seluruh wilayah Kalimantan Selatan pada umumnya dan ada yang hijrah ke Malaysia, Filipina, pulau Jawa dan di belahan lain Nusantara hingga saat ini.
Silsilah kekerabatan
SULTAN BANJAR I 1500-1546 ♂ Sultan Suriansyah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR II ♂ Sultan Rahmatullah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR III ♂ Sultan Hidayatullah I | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BANJAR IV ♂ Sultan Mustain Billah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA KOTAWARINGIN I ♂ Pangeran Dipati Anta-Kasuma | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Poetri Gélang (Dayang Gelang) ↓(bersuami)
Moerong Giri Moestapha[13][14] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PUTRA MAHKOTA
Pangeran Putra | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Gusti Jakar Kencana
RAJA MATAN 1665–1725 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Syarif Sayyid 'Abdu'l Rahman al-Idrus | ♂ Pangeran Agung Martadipura (RAJA TANAH MERAH 1725–1730) | ♀ Putri Kesumba (diperisteri PANEMBAHAN MEMPAWAH I Opu Daeng Menambon bin Daeng Rilakka (Rilèkké-ريلاك) | ♀ Nyai Tua (Utin Kabanat) | ♂ Habib Syarif Hussein Alkadrie | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Syarif Idrus Al-Idrus Raja /Tuan Besar I Kubu | PANEMBAHAN MEMPAWAH II ♂ Gusti Jamiril, Panembahan Adiwijaya Kesuma | SRI PADUKA RATU SULTAN ♀ Utin Chandra Midi (menikah 1750) | SULTAN PONTIANAK I (1771-1808) ♂ Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie bin Habib Husin | ♀ Nyai Kusuma Sari | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Syarif Muhammad (1795 – 1829) Yang di-Pertuan Besar Kubu. | ♂ Syarif Abdurrahman Al-Idrus | ♀ Syarifah Aisyah Alkadrie | PANEMBAHAN MEMPAWAH (27 Agustus 1787 – 1808) SULTAN PONTIANAK II 1808-1819 ♂ Sultan Syarif Kasim Alkadrie | PANEMBAHAN MEMPAWAH (1808-1823) ♂ Syarif Hussein Alkadrie | ♀ Syarifah Salmah Alkadrie (anak Putri Syahranum) | SULTAN PONTIANAK III (1819-1855) ♂ Sultan Syarif Osman Alkadrie | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
RAJA SEBAMBAN I
(bin Syarif Abdurrahman Al-Idrus) | ♂ Syarif Abu Bakar Alkadrie | ♀ Syarifah Fatimah Alkadrie | SULTAN PONTIANAK IV(1855-1872) ♂ Sultan Syarif Abdul Hamid I Alkadrie | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Syarif Musthafa | ♂ Pangeran Sjarif Hasan 25 Juni 1860.[16][17]
(bin al marhoem Pangeran Sjarif Ali Al Idroes)[18] | SULTAN PONTIANAK V (1872-1895) ♂ Sultan Syarif Yusuf Alkadrie | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Habib Hasyim | RAJA SEBAMBAN II
(bin Syarif Hasan Al-Idrus) | ♀ Syarifah Thaha Alkadrie ↓(bersuami) Syarif Mahmud Alkadrie bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie SULTAN PONTIANAK V 1872-1895 | Syarif Mahmud Alkadrie | SULTAN PONTIANAK VI (1895-1944) ♂ Sultan Syarif Muhammad Alkadrie | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Habib Hasan Badri | ♂ Syarif ........ Al-Idrus | ♂ Syarif Usman Alkadrie | ♀ Ratu Anom Negara Syarifah Fatimah Alkadrie binti Sultan Syarif Muhammad Alkadrie | Ratu Perbu Wijaya Syarifah Khadijah Alkadrie | SULTAN PONTIANAK VII ♂ Sultan Syarif Abdul Hamid II Alkadrie | ♂ Pangeran Agung Syarif Mahmud Alkadrie | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Syarif Abu Bakar Al-Idrus | PEMANGKU SULTAN PONTIANAK (1945) ♂ Syarif Thaha Alkadrie | ♂ Syarif Slamet Alkadrie | ♂ Syarif Yusuf Max Nico Alkadrie | SULTAN PONTIANAK VIII (2004-2017) ♂ Sultan Syarif Abu Bakar Alkadrie | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Muhamad Effendi Al-Eydrus | RAJA SEBAMBAN III
♂ Syarif Sayid Umar | ♂ H. Syarif Toto Thaha Alkadrie | SULTAN PONTIANAK IX (2017-sekarang) ♂ Sultan Syarif Machmud Melvin Alkadrie | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Didahului oleh: - |
Raja Sabamban 1860-1863 |
Diteruskan oleh: Syarif Qasim Alaydrus |
Rujukan
- ^ Syamsu As, Muhammad (1999). Ulama pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya; Volume 4 dari Politik Indonesia Kontemporer; Volume 4 dari Seri buku sejarah Islam (edisi ke-2). Indonesia: Lentera. hlm. 297. ISBN 9798880161. ISBN 9789798880162
- ^ Sejarah Nasional Indonesia: Edisi Revisi 2013. Indonesia: Uwais Inspirasi Indonesia. 2013. hlm. 204. ISBN 6232271211. ISBN 9786232271210
- ^ http://algembira.blogspot.com/2008/10/habib-mustafa-alaydrus-tambarangan.html
- ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië voor 1858. 31. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1858. hlm. 134.
- ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië voor 1860 (dalam bahasa Belanda). 33. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1860. hlm. 141.
- ^ (Belanda) Pieter Johannes Veth, Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten, Volume 3, P. N. van Kampen, 1869
- ^ (Belanda) Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853
- ^ Muhammad Syamsu As, Ulama pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, Lentera, 1996
- ^ http://wawanpelita2.blogspot.com/2013/02/kerajaan-batulicin.html
- ^ http://pagatan.com/kerajaan-sebamban/
- ^ Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde" (dalam bahasa Belanda). 6. Lange & Co.: 242.
- ^ Tomi (2014). Pasak Negeri Kapuas 1616-1822. Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 200. ISBN 602961357X. ISBN 9786029613575
- ^ J. Pijnappel (1854). Beschrijving van het Westelijke gedeelte van de Zuid- en Oosterafdeeling van Borneo (de afdeeling Sampit en de Zuidkust) (dalam bahasa Belanda). 3. hlm. 280.
- ^ "Institut voor taal-, land- en volkenkunde von Nederlandsch Indië, The Hague, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde von Nederlandsch Indië (Netherlands)". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Belanda). 3. M. Nijhoff. 1860. hlm. 280.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaDe Indische Bij 1843
- ^ "Landsdrukkerij". Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië 1870 (dalam bahasa Belanda). 43. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1870. hlm. 181.
- ^ "Landsdrukkerij". Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië 1871 (dalam bahasa Belanda). 44. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1871. hlm. 198.
- ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië voor 1861 (dalam bahasa Belanda). 34. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1861. hlm. 141.