Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) adalah tanaman hias yang berasal dari Genus Kalanchoe. Tanaman ini terkenal karena metode reproduksinya melalui tunas daun (tunas/adventif).

Cocor bebek
Kalanchoe pinnata Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Tumbuhan
Jenis buahkapsul Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanPlantae
DivisiTracheophytes
OrdoSaxifragales
FamiliCrassulaceae
GenusKalanchoe
SpesiesKalanchoe pinnata Edit nilai pada Wikidata
Pers., 1805
Tata nama
BasionimCotyledon pinnata (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Cocor bebek populer digunakan sebagai tanaman hias di rumah tetapi banyak pula yang tumbuh liar di kebun-kebun dan pinggir parit yang tanahnya banyak berbatu.

Mengenal cocor bebek

Deskripsi

Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda (kadang kadang abu-abu). Bunga majemuk, buah kotak. Bila dimakan cocor bebek rasanya agak asam dan dingin.[1]

Penyebarannya

Cocor bebek menjadi tanaman yang umum di daerah beriklim tropika seperti Asia, Australia, Selandia Baru, India Barat, Makaronesia, Maskarenes, Galapagos, Melanesia, Polinesia, dan Hawaii.[2] Di banyak daerah tersebut, seperti di Hawaii, tanaman ini dianggap sebagai spesies yang invasif.[3]

Alasan utama penyebarannya yang besar adalah karena kepopuleran tanaman ini sebagai tanaman hias.

Kegunaan

Cocor bebek mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium malat, kalsium oksalat, asam formiat, dan tanin. Cocor bebek digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan sakit kepala, batuk, sakit dada, borok, dan penyakit kulit lainnya, menyembuhkan demam, memperlancar haid yang tidak teratur, obat luka, serta bisul.[4]

Galeri

Referensi

  1. ^ "Cocor Bebek Pembasmi Wasir". HA Manan. Harian Suara Merdeka. 22 Maret 2003. 
  2. ^ "Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers". USDA GRIN Taxonomy for Plants. 
  3. ^ "Kalanchoe pinnata". Hawaii's Most Invasive Horticultural Plants. 
  4. ^ "Khasiat di Balik Tanaman Hias". Rafira. Harian Pikiran Rakyat. 14 September 2003.