Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur (disingkat NTT) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang meliputi bagian timur Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini memiliki ibu kota di Kupang dan memiliki 22 kabupaten/kota. Provinsi ini berada di Sunda Kecil.[4][5]
Nusa Tenggara Timur | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU 64/1958 |
Tanggal | 20 Desember 1958 |
Ibu kota | Kupang |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Viktor Laiskodat |
• Wakil Gubernur | Josef Nae Soi |
• Sekretaris Daerah | Benediktus Polo Maing |
• Ketua DPRD | Emi Nomleni |
Luas | |
• Total | 48.718,10 km2 (1,881,020 sq mi) |
Populasi (2019)[1] | |
• Total | 5.456.203 |
• Kepadatan | 113,83/km2 (29,480/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Kristen 91,51% — Katolik (52,48%) — Protestan (39,03%) Islam (8,28%) Hindu (0,20%) Buddha (0,01%)[2] |
• Bahasa | Indonesia (bahasa resmi) Uab Meto, Manggarai, Rote, Tetun, |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | 85xxx-87xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID-NT |
Pelat kendaraan | Daftar
|
Kode Kemendagri | 53 |
Kode BPS | 53 |
DAU | Rp1.003.991.703.000,00 (2013)[3] |
Lagu daerah | Moree, Bolelebo, Aua Ia Mana Lolobanda, Anak Kambing Saya, O Nina Noi, Potong Bebek Angsa, Desaku, Lerang Wutun, Orere, Putar - Putar Kopi, Bale Nagi |
Flora resmi | Cendana |
Fauna resmi | Komodo |
Situs web | nttprov |
Setelah pemekaran, Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue.
Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat (biasadipanggil Timor)
Arti lambang
Arti lambang Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:
- Berbentuk perisai dengan sudut lima dengan maksud, selain melambangkan makna perlindungan rakyat juga melambangkan Pancasila.
- Dalam perisai terberkas: bintang, komodo, padi dan kapas, tombak dan pohon beringin.
- Bintang melambangkan keagungan Tuhan yang Maha Esa, komodo satu-satunya reptil prasejarah yang hingga kini masih lestari. Binatang purba ini merupakan reptil raksasa yang oleh dunia dinyatakan dilindungi karena jenis hewan ini hanya terdapat di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau Komodo. Banyak wisatawan dari seluruh dunia datang ke pulau ini hanya untuk melihat komodo.
- Padi-kapas melambangkan kemakmuran.
- Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan.
- Pohon beringin melambangkan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara.
- Hari terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Timur dilukiskan melalui jumlah padi (14) dan tahun 1958 tertera langsung pada sudut bawah lambang.
Sejarah
Bentangan kepulauan yang terletak di antara 8°-12°Lintang Selatan dan 118° – 125°Bujur Timur, mempunyai makna tersendiri terhadap kehidupan banyak orang. Gugusan pulau tersebut disapa dengan berbagai sebutan, antara lain, "Sunda Kecil", "Nusa Tenggara", "Nusa Tenggara Timur", dan juga "Flobamora". Sebutan tersebut juga bisa bermakna terdapat banyak suku-suku di wilayah tersebut, namun mempunyai satu tanda kesamaan yaitu sama-sama menyatukan diri sebagai Masyarakat NTT.[6]
Jauh sebelum nama NTT tersebar, gugusan pulau-pulau di selatan Nusantara tersebut telah menjadi perhatian dunia. Harumnya aroma cendana dari Timor telah menerobos sampai Timur Tengah, Tiongkok, dan Eropa, dan berbagai penjuru bumi. Kekuatan aroma cendana tersebut menjadikan para pedagang dari Malaka, Gujarat, Jawa dan Makasar, Tiongkok melakukan pelayaran niaga untuk mencapai wilayah sumber cendana. Dan mereka melakukan kontak dagang secara langsung dengan raja-raja di Timor dan pulau-pulau sekitarnya, sang pemilik wilayah dan pemimpin rakyat.[6]
Catatan sejarah dari Tiongkok, "manuskrip Dao Zhi", sejak tahun 1350 dinasti Sung sudah mengenal Timor dan pulau-pulau sekitar, dan salah satu pelabuhan terkenal di Timor adalah "Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am", yang ramai dikunjungi kapal dari Makassar, Malaka, Jawa, Tiongkok dan kemudian Eropa seperti Spanyol, Britania, Portugis, Belanda.
Tahun 1510, Goa, India dikuasai Portugis, mereka melanjutkan eskpansinya dengan cara menguasai Malaka pada tahun 1511. Malaka dijadikan pusat perdagangan serta kekuasaan wilayah Nusantara. Setelah Portugis berhasil mencapai Maluku, Solor (Flores) pada tahun 1511, armada Ferdinand Magellan dengan dua kapal singgah di Alor dan Kupang, Pulau Timor. Dalam penyeberangan ke selat Pukuafu, kedua kapal ini diterjang badai, salah satu kapal hancur dan karam. Jangkar raksasa salah satu kapal ini masih bisa ditemui di pantai Rote. Satu lainnya berhasil lolos dari amukan ombak lalu melanjutkan perjalanan ke Sabu, kemudian ke Tanjung Harapan lalu kembali ke Spanyol.[6]
Ketika Belanda, dengan VOCnya, mencekram Nusantara, tahun 1614, mereka menempatkan Pdt. M van den Broeck di Kupang dan Rote, untuk melayani umat Kristen di sana. Ini juga bermakna, walau VOC masih berusia muda (berdiri 1602), kongsi dagang itu telah menempatkan kantor, benteng, pegawainya di Timor dan pulau-pulau sekitarnya; dan dengan itu perlu seorang pendeta sebagai pemelihara rohani. Pada era VOC, tahun 1600 – 1799, dan bahkan sampai tahun 1900, tidak banyak catatan sejarah yang bisa menjadi pengetahuan publik; dan sekaligus bisa menjadi tambahan pengetahuan terhadap Masyarakat NTT.
Belanda waktu itu masih dikuasai oleh pemerintah boneka dari kekaisaran Prancis di bawah Napoleon. Keadaan tersebut dimanfaatkan Britania untuk memperluas jajahannya dengan merebut jajahan Belanda. Armada Britania mengganggu daerah kekuasaan Belanda, sehingga pada tahun 1799 hampir seluruh wilayah Indonesia (kecuali Jawa, Palembang, Banjarmasin dan Timor) jatuh dalam kekuasaan Britania. Dua kapal Britania memasuki pelabuhan Kupang pada l0 Juni l797, namun berhasil dipukul mundur oleh Greving yang mengarahkannya pada Mardijkers. Saat VOC dibubarkan pada tahun 1799, segala hak dan kewajiban Indonesia diambil alih oleh pemerintah Belanda. Peralihan ini tidak membawa perubahan apapun, karena pada waktu itu Belanda menghadapi perang yang dilancarkan oleh negara tetangga.[6]
Di era kolonial sampai 1942, rakyat NTT, harus terbagi-bagi sesuai keinginan Belanda, dalam bentuk Raja – Swapraja, fetor – Kefetoran, dan seterusnya; dan kemudian menjadi daerah taklukan di bawah pemerintahan residen. Ketika Jepang berkuasa di Nusantara, wilayah NTT yang strategis, ditata ulang sebagai basis pertahanan. Penataan administrasi pemerintahan pun nyaris tidak mengalami perubahan, hanya ada perubahan istilah.[6]
Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, NTT sebagai bagian Nusantara yang dijajah Belanda, bebas dari cengkraman kolonial. Akan tetapi, karena keinginan Belanda untuk tetap berkuasa di Nusantara termasuk NTT, maka mereka melakukan berbagai upaya untuk tetap berada di bumi NTT. Keadaan tersebut, membangkitkan semangat “Nasionalisme – Kebebasan – Kemerdekaan NTT” pada dalam diri Rakyat NTT. Semangat yang tak pantang menyerah tersebut melahirkan Pemerintahan Negara Indonesia Timur dan Pemerintahan Otonom NTT. Bisa dikatakan, status NTT hampir sama dengan Yogyakarta pada waktu itu, yang menyatakan diri setia kepada Soekarno–Hatta. Perjuangan yang gigih Rakyat NTT tidak berhenti, dan juga tidak pernah terbit dalam pikiran untuk melepaskan diri dari RI, yang baru merdeka. Ada semangat kesatuan Indonesia pada jiwa dan darah A.H. Koroh, I.H. Doko, Th. Oematan, Pastor Gabriel Manek, Drs. A. Roti, Y.S. Amalo, agar NTT tidak berada dalam kekuasaan penjajah, tetapi menjadi bagian dari RI. Ketika Indonesia masih belum berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari Provinsi Administratif dengan nama "Provinsi Sunda kecil". Nama "Sunda kecil" kemudian diganti dengan nama "Nusa Tenggara", berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1957 berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan dengan UU No. 64, tahun 1958, sehingga "Provinsi Nusa Tenggara" dibagi menjadi tiga Daerah Swatantra Tingkat 1, yaitu masing-masing Swatantra Tingkat 1 Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sejak 20 Desember 1958, pulau Flores, Sumba, Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu bagian dari provinsi.[6]
Bahasa Daerah
Berdasarkan persebaran bahasa di setiap Kabupaten, dapat diketahui bahasa daerah Provinsi NTT adalah sebagai berikut
- Di Kabupaten Sikka terdapat 6 bahasa daerah yaitu:
- Sara Sikka Krowe, merupakan bahasa daerah yang banyak dipakai oleh Etnis Ata Sikka Krowe dengan sub-etnis lainnya seperti Ko'ung Sikka-Lela, Ko'ung Koting, Ko'ung Nele-Halat-Baluele, Ko'ung ili Wetak-Arat, Ko'ung tiewekloang Watublapi, Ko'ung Wagete-Mudung-Hoder, Ko'ung Bola-Wolokoli-Wolon Walu dan Ko'ung Doreng Halehebing
- Sara Sikka Muhan atau Sikka Krowe Muhan digunakan oleh etnis Ai yang mendiami wilayah Kringa dan sekitarnya
- Sara Muhan, digunakan oleh penduduk di sebelah timur utama perbatasan wilayah Kabupaten Flores Timur-Larantuka-Muhang Jawa
- Sara Lu'a Kapa Raja disebut juga bahasa Palu'e yang digunakan di Pulau Api Rokatenda oleh sub entis Nge Rajawawi dan Nge Lajakrapaw, Nge Kimaloja, Nge Kinje, Nge Pima dan Nge Uwi Muri.
- Sara Lio Krowe dipakai oleh subetnis Mbengu, Bu, Mego dan Nuo Lolo
- Sara Tindung Bajo Lau digunakan oleh penduduk etnis Sulawesi Selatan seperti subetnis Bugis, Bajo dan Bonarate.[7]
- Di Kabupaten Manggarai Barat, ditemui bahasa Austronesia dan bahasa Dieng yang digunakan oleh etnis Dieng[7]
- Di Kabupaten Flores Timur, dijumpai empat bahasa daerah yaitu bahasa Kedong, Lamaholot, Melayu dan Boru Hewa[7].
Pemerintahan
Daftar gubernur
Gubernur Nusa Tenggara Timur | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
# | Potret | Nama (masa hidup) |
Mulai menjabat | Selesai menjabat | Jabatan Sebelumnya | Wakil Gubernur | Periode | Ket. | ||
sebelum dilakukan pemilihan gubernur defenitif oleh DPRD Prov. NTT, William Johanes Lalamentik yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah Flores, ditunjuk menjadi Pejabat Sementara Gubernur NTT (20 Desember 1958–4 Februari 1960)[8] | ||||||||||
1 | William Johanes "Hein" Lalamentik[9] (1913–1985) |
4 Februari 1960 | 12 Juli 1966 | Pejabat Sementara Gubernur NTT | Tidak Ada | I | ||||
Elias Tari (sejak 18 Juli 1965) | ||||||||||
selama masa peralihan ini, Wakil Gubernur NTT, Elias Tari menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (12 Juli–Desember 1966) | ||||||||||
2 | Elias "El" Tari (1926–1978) |
Desember 1966 | Agustus 1972 | Penjabat Gubernur NTT | Tidak Ada | II | [ket. 1] | |||
selama masa peralihan ini, Gubernur NTT sebelumnya, Elias Tari menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (Agustus 1972–15 Februari 1973) | ||||||||||
(2) | Elias "El" Tari (1926–1978) |
15 Februari 1973 | 29 April 1978† | Penjabat Gubernur NTT | Tidak Ada | III | [ket. 2] | |||
selama masa peralihan ini, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Depdagri, Wang Suwandi menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (5 Mei–1 Juli 1978) | ||||||||||
3 | Aloysius Benedictus "Ben" Mboi (1935–2015) |
1 Juli 1978 | 1 Juli 1983 | Kepala Ladokprev AD merangkap SPRI Waka BAKIN |
Tidak Ada | IV | ||||
1 Juli 1983 | 1 Juli 1988 | V | ||||||||
Godlief Boeky (sejak 1986) | ||||||||||
4 | Hendrikus "Endi" Fernandez (1932–2014) |
1 Juli 1988 | 1 Juli 1993 | Ketua DPRD Provinsi NTT | Godlief Boeky (sampai 1991) |
VI | ||||
Samuel Hermanus Michiel Lerrick (sejak 1991) | ||||||||||
5 | Herman Musakabe[10] (l.1940) |
1 Juli 1993 | 15 Juli 1998 | Komandan Seskoad | Samuel Hermanus Michiel Lerrick (sampai 1996) |
VII | ||||
Pieter Alexander Tallo (sejak 1996) | ||||||||||
6 | Pieter Alexander "Piet" Tallo (1942–2009) |
15 Juli 1998 | 16 Juli 2003 | Wakil Gubernur NTT | Lowong | VIII | ||||
Johanes Pake Pani (sejak 1999) | ||||||||||
16 Juli 2003 | 16 Juli 2008 | Frans Lebu Raya | IX | |||||||
7 | Frans Lebu Raya (1960–2021) |
16 Juli 2008 | 16 Juli 2013 | Wakil Gubernur NTT | Esthon Leyloh Foenay | X | [ket. 3] | |||
16 Juli 2013 | 16 Juli 2018 | Benny Alexander Litelnoni | XI | |||||||
selama masa peralihan ini, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri, Robert Simbolon menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (17 Juli–5 September 2018) | ||||||||||
8 | Viktor Bungtilu Laiskodat (l.1965) |
5 September 2018 | 5 September 2023 | Anggota DPR-RI | Josef Nae Soi | XII
(2018) |
||||
selama masa peralihan ini, Sekretaris Kemenkomarves, Ayodhia G. L. Kalake bertugas sebagai Penjabat Gubernur NTT (5 September 2023–5 September 2024) | ||||||||||
selama masa peralihan ini, Deputi III Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto bertugas sebagai Penjabat Gubernur NTT (6 September 2024–sekarang) |
Legenda
Dewan Perwakilan
DPRD NTT beranggotakan 65 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD NTT terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD NTT yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 3 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Kupang, Andreas don Rade, di Gedung DPRD Provinsi NTT. Komposisi anggota DPRD NTT periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana PDI Perjuangan dan Partai Golkar adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu masing-masing 10 kursi.[11][11][12][13][14] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD NTT dalam empat periode terakhir.[15][16][17][18]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
2004-2009 | 2009-2014 | 2014-2019 | 2019-2024 | 2024-2029 | ||
RepublikaN | (baru) 1 | |||||
PPI | (baru) 1 | |||||
Pakar Pangan | (baru) 1 | |||||
PPRN | (baru) 1 | |||||
PNBK | 1 | 0 | ||||
PKPB | 0 | 3 | ||||
PDK | 2 | 1 | ||||
PPDI | 4 | 1 | ||||
Pelopor | 2 | 1 | ||||
PDS | 4 | 3 | ||||
PKB | 4 | 1 | 5 | 7 | 7 | |
PDI-P | 12 | 9 | 10 | 10 | 9 | |
Golkar | 21 | 11 | 11 | 10 | 9 | |
PKS | 0 | 1 | 2 | 0 | 1 | |
PPP | 1 | 1 | 0 | 1 | 0 | |
PAN | 0 | 1 | 5 | 6 | 4 | |
Demokrat | 2 | 7 | 8 | 4 | 7 | |
PKPI | 2 | 0 | 3 | 0 | ||
Gerindra | (baru) 6 | 8 | 6 | 9 | ||
Hanura | (baru) 5 | 5 | 5 | 4 | ||
NasDem | (baru) 8 | 9 | 8 | |||
Perindo | (baru) 6 | 1 | ||||
PSI | (baru) 1 | 6 | ||||
Jumlah Anggota | 55 | 55 | 65 | 65 | 65 | |
Jumlah Partai | 11 | 18 | 10 | 11 | 11 |
Kabupaten dan Kota
Populasi
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.357.340 jiwa (2010). Kepadatan penduduk di Nusa Tenggara Timur sebesar 96 jiwa/km2, dengan presentasi penduduk yang tinggal di perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami kawasan pedesaan. Sesuai data BPS Nusa Tenggara Timur tahun 2020, sebagian besar penduduk beragama Kristen yakni 91,51%, dengan rincian persentase Katolik 52,48%, kemudian Protestan 39,03%. Pemeluk agama Islam sebanyak 8,28%, kemudian Hindu 0,20% dan Buddha 0,01%.[2]
Tingkat pendaftaran Sekolah Menengah adalah 39% yang jauh di bawah rata-rata Indonesia, yaitu 80.49% tahun 2003/04 (menurut UNESCO). Minuman berupa air bersih, sanitasi dan kurangnya sarana kesehatan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi anak (32%) dan kematian bayi (71 per 1000) juga lebih besar dari kebanyakan provinsi Indonesia lainnya.
Ekonomi
Menurut berbagai standar ekonomi, ekonomi di provinsi ini lebih rendah daripada rata-rata Indonesia, dengan tingginya inflasi (15%), pengangguran (30%) dan tingkat suku bunga (22-24%).
Kepulauan
Seperti halnya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang didominasi oleh kepulauan, tiga pulau utama di wilayah ini adalah Pulau Flores, Pulau Sumba, dan Pulau Timor bagian Barat. Gugusan kepulauan ini sering disingkat dengan nama "Flobamora"
Sedangkan pulau-pulau lain di antaranya adalah Pulau-pulau Adonara, Alor, Babi, Besar, Bidadari, Dana, Komodo, Rinca, Lomblen, Loren, Ndao, Palue, Pamana, Pamana Besar, Pantar, Rusa, Raijua, Rote (pulau terselatan di Indonesia), Sawu, Semau dan Solor.
Pariwisata
- Pulau Komodo dengan Komodo Naga
- Danau Kelimutu di Flores, 3 danau kawah dengan warna berbeda
- Gunung Mutis di Kecamatan Fatumnasi, Kab. TTS, titik tertinggi di provinsi ini dan dikenal sebagai area pendakian & pengamatan burung
- Semana Santa di Larantuka
- Rumah adat dan pasola di Pulau Sumba
- Penyelaman di Pulau Alor
- Pantai Nemberalla di Rote Ndao
- Pantai Pink di Pulau Padar
- Rumah Adat di Kampung Bena, Bajawa-Kabupaten Ngada
- Taman Wisata 17 Pulau di Riung, Kabupaten Ngada
- Taman Wisata Air Panas Mengeruda Soa, Bajawa- Kabupaten Ngada
- Kelabba Madja di Sabu Raijua
- Tradisi berburu Paus di Lembata
- Rumah Adat Wae Rebo di Manggarai
- Kampung Adat Bena, di Bajawa
Batas wilayah
Utara | Laut Flores |
Timur | Timor Leste, Provinsi Maluku, dan Laut Banda |
Selatan | Samudra Hindia |
Barat | Provinsi Nusa Tenggara Barat |
Lihat pula
- Sasando, instrumen musik petik dari daerah ini
- Pasola, permainan lempar lembing dari atas kuda
- Padoa
- Arsitektur tradisional Nusa Tenggara Timur
Catatan kaki
Referensi
- ^ "Indikator Strategis Nusa Tenggara Timur". BPS. Diakses tanggal 2019-12-18.
- ^ a b "Persentase Agama yang Dianut Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur 2019". www.nttprov.go.id. Diakses tanggal 12 Mei 2020.
- ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15.
- ^ "Badak Sunda dan Harimau Sunda". "[...] Mr. Muhamad Yamin yang pada 1950-an ketika menjadi Menteri P.P. dan K. mengganti istilah Kepulauan Sunda Kecil menjadi Kepulauan Nusa Tenggara. Sebab, istilah Kepulauan Sunda Kecil diganti dengan Kepulauan Nusa Tenggara, maka istilah Kepulauan Sunda Besar juga tidak lagi digunakan dalam ilmu bumi dan perpetaan nasional Indonesia – meskipun dalam perpetaan Internasional istilah Greater Sunda Islands dan Lesser Sunda Islands masih tetap digunakan." - Ajip Rosidi: Penulis, budayawan. Pikiran Rakyat, 21 Agustus 2010. Diakses tanggal Juli 7, 2015.
- ^ "lifting devices - Article Shops Online Article Directory".
- ^ a b c d e f Laporan dari Kupang, Sambutan Sederhana untuk Presiden Sederhana
- ^ a b c P, Rossalina (2018). Suku dan Bahasa Provinsi Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. PT. Sarana Panca Karya. hlm. 84–88.
- ^ Uly, Nicky (2023-02-02). "William Johanis Lalamentik". nicky write history. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-09.
- ^ Marho, Maxi (2018-10-28). "Begini Biografi Mantan Gubernur NTT, WJ Lalamentik Menurut Ketiga Putrinya". Teropong Nusa Tenggara Timur. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2023-02-17.
- ^ "Di Usia 78 Tahun, Herman Musakabe Menerbitkan buku Ziarah Kehidupan". ExpoNTT.com. 2019-04-15. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2023-02-17.
- ^ a b "65 Anggota DPRD NTT Dilantik". beritasatu.com. 03-09-2019. Diakses tanggal 03-12-2019.
- ^ "65 Anggota DPRD NTT Periode 2019-2024 Dilantik". lintasntt.com. 03-09-2019. Diakses tanggal 03-12-2019.
- ^ "Anggota DPRD NTT Periode 2019-2024 Resmi Dilantik". indonesiasatu.co. 04-09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-03. Diakses tanggal 03-12-2019.
- ^ "Ketua Pengadilan Tinggi Kupang Melantik dan Mengambil Sumpah Jabatan Anggota DPRD Provinsi NTT masa bakti 2019 - 2024". pt-kupang.go.id. 03-09-2019. Diakses tanggal 03-12-2019.
- ^ Kliwantoro, D.Dj. (24-07-2019). "KPU Provinsi NTT tetapkan 65 calon terpilih anggota DPRD". ANTARA News. Diakses tanggal 03-12-2019.
- ^ PosKupang (14-05-2014). "45 Orang Wajah Baru Huni DPRD NTT". Tribunnews.com. Diakses tanggal 03-12-2019.
- ^ "ANGGOTA DPRD NTT 2009-2014". Tribunnews.com. 15-09-2009. Diakses tanggal 03-12-2019.
- ^ "Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 59 Tahun 2024 Tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Pemilihan Umum Tahun 2024" (PDF). KPUD Provinsi NTT. 02-05-2024. Diakses tanggal 16-06-2024.
- ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-10.
- ^ "Jumlah Penduduk Hasil SP menurut Wilayah dan Jenis Kelamin, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2020". Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-21. Diakses tanggal 27 Juni 2021.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur
- (Indonesia) Waingapu.Com | Portal Berita Sumba
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Nusa Tenggara Timur
- (Indonesia) Profil Demografi NTT
- (Indonesia) Profil Ekonomi NTT
- (Indonesia) Profil Wisata NTT
- (Indonesia) Ekonomi Regional NTT
- (Indonesia) Statistik Regional NTT
- (Inggris) Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur
- (Inggris) Situs resmi Dinas Pariwisata NTT
- (Inggris) Resort di Sumba Timur
- (Inggris) Trilateral Relationship - Kupang, Darwin dan Dilli
- (Indonesia) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
- (Inggris) Kalender Budaya NTT
- (Indonesia) Objek Wisata Nusa Tenggara Timur