Fu Lu Shou (Hanzi Tradisional: 福祿壽; Hanzi Sederhana: 福禄寿; Pinyin: Fú Lù Shòu), atau Cai Zi Shou (財子壽), adalah tiga dewa yang juga disebut Fu Lu Shou Sanxing (Hanzi=福祿壽三星; lit. Tiga Bintang Fu Lu Shou). Secara terpisah, mereka adalah Fu Xing, Lu Xing, dan Shou Xing ("Xing" 星 memiliki arti "bintang"). Ketiga dewa ini telah menjadi populer selama berabad-abad dalam kultur tradisional China yang sangat menganggap penting kebahagiaan, kemakmuran, dan umur panjang.[1]

Fu Lu Shou

Fu Lu Shou
Nama Tionghoa
Hanzi tradisional: 福祿壽
Hanzi sederhana: 福禄寿
Nama Vietnam
Quốc ngữ: Phúc Lộc Thọ
Kuil kecil untuk Tuan Yong di Desa Yangxin County, Hubei memiliki papan yang digantung di atas yang bertuliskan "三星在" ("Tiga Bintang hadir"). Lambang di bagian atas bangunan berbentuk karakter shou (壽 atau 寿), 'panjang umur'

Fu Lu Shou disebut sebagai Dewa Keberuntungan (Fu) -- Guang Ze Zun Wang / Kong Tik Cun Ong Malaikat Bintang Utara, Dewa Kekayaan (Lu) - Gan Yan Zhe Ong (Gan Yan / Gan Hwee) Malaikat Bintang Timur, dan Dewa Panjang Umur (Shou) Shou Fu De Ren memiliki gelar Malaikat Bintang Selatan. serta dipersonifikasi oleh Bintang Fu, Bintang Lu, dan Bintang Shou. Istilah ini umum digunakan dalam Budaya Tiongkok untuk menunjukkan ketiga ciri kehidupan yang bagus (sempurna).

Etimologi dan nama

Aksara Fu

 
Aksara Fu dengan gambar naga yang digunakan sebagai hiasan pintu
 
Aksara Fu

Aksara Fu (Hanzi= 福; jyutping Kantonis= fuk1) diterjemahkan sebagai "peruntungan bagus, kebahagiaan, beruntung, berkah" atau sebuah "marga " serta digunakan untuk menulis nama Provinsi Fujian.[2] Dewasa ini, makna dari aksara Fu mengarah pada "bahagia karena memperoleh keberuntungan".[1]

Selama berabad-abad, pengertian aksara Fu mengalami perubahan. Li Ji (Catatan Ritual) menerjemahkan fu sebagai "sukses" serta memiliki makna tambahan sebagai "bisnis yang berjalan lancar" dan "segala sesuatu berjalan dengan baik". Dalam Hong Fan, Shang Shu (Buku Catatan Sejarah), fu diinterpretasikan dalam lima bentuk, yaitu "umur panjang, kekayaan, kedamaian, pandangan ke depan, dan kematian tanpa penyakit". Agar mencapai fu, seseorang harus menjalankan kehidupan sempurna melalui kelima prinsip.[1]

Han Fei dalam karyanya Han Feizi (akhir abad ketiga SM) mengartikan fu sebagai "panjang umur dan kekayaan". Ouyang Xiu, pujangga terkenal dari Dinasti Song (960-1279), mengekspresikan fu dalam sebuah syair yang berbunyi:

"Melayani negeriku sepenuh hati hingga akhir, pensiun di rumah menikmati umur panjang dan kesehatan."[3]

Bagi masyarakat awam, fu berarti tanah, cuaca baik, panen baik, makanan berlimpah, dan pakaian yang cukup untuk seluruh keluarga. Masyarakat kuno menganggap fu jika mereka berhasil selamat dari pemimpin yang kejam, peperangan, dan kelaparan. Bagi para pedagang dan eksekutif, fu adalah emas dan kekayaan yang bertambah. Bagi orang-orang tua, tidak ada yang membawakan kebahagiaan melebihi kesehatan, umur panjang, dan dikelilingi oleh cucu-cucu.[3]

Aksara Lu

 
Aksara Lu

Aksara Lu (Hanzi= 禄; jyutping Kantonis= luk6) memiliki arti "peruntungan bagus; gaji pemerintahan pejabat pemerintahan".[2] Lu juga mempunyai konotasi "mengejar ketenaran dan status sosial". Shuo Wen Jie Zi (Catatan Tata Bahasa dan Huruf), lu merupakan ekuivalen dari fu. Pada masa Dinasti Shang (abad ke-16 hingga 11 SM) dan Zhou (abad ke-11 hingga 256 SM), memperoleh gelar kebangsawanan dianggap sebagai fu dan disukai raja dianggap sebagai lu. Kijang (Hanzi=鹿; pinyin= lù) bersifat homofon dengan Lu (禄) sehingga kulit rusa sering kali dijadikan lambang kekayaan.[4]

Aksara Shou

 
Aksara Shou

Aksara Shou memiliki arti "marga Shou; usia panjang; usia tua; umur; hidup; ulang tahun; pemakaman". Shou (usia panjang) sering digunakan bersama dengan aksara lu (bahagia) sebagai fushou (Hanzi=福寿; pinyin=fúshòu) yang merupakan sebuah ungkapkan untuk "kebahagiaan dan panjang umur".[2]

Pada beberapa inskripsi perunggu, aksara seperti qi (orang-orang tua), xiao (mengenai anak), dan kao (ayah seseorang yang sudah almarhum) memiliki arti yang sama dengan shou.[5]

Kultus

Fu Lu Shou sangatlah populer sehingga patung ketiganya dapat ditemukan hampir di semua tempat yang memiliki komunitas China.[6] Altar ketiganya sering kali diberi persembahan segelas air, sebutir jeruk, atau persembahan yang lain, terutama pada saat Tahun Baru Imlek. Umumnya, ketiganya diatur dari kanan ke kiri (Fu di sebelah kanan orang yang melihat, Lu di tengah, dan Shou di kiri).[7]

Fu Lu Shou Sanxing (Tiga Bintang Fu Lu Shou) juga disebut Sanxing Menshen (Hanzi= 三星門神; lit. Dewa Pintu Tiga Bintang). Ketiganya terkadang ditampilkan dalam satu lukisan atau ukiran, atau diukir dalam tiga rupang yang berbeda.[6]

Bintang Keberuntungan Fu Xing

Fuxing (Hanzi=福星; lit. Bintang Fu), Fu Shen (Hanzi=福神; lit. Dewa Fu), atau Fupan (Hanzi= 福判; lit. Pengawas Keberuntungan) adalah Planet Jupiter (suixing 歲星 atau muxing 木星)[6] Menurut astrologi tradisional China, planet Yupiter dianggap menguntungkan[7] dan memiliki kuasa atas agrikultur.[1]

Lukisan tua 28 dewa pada masa awal Dinasti Tang (618-907 M) menggambarkan Fu Xing berwajah harimau dan bermata leopard serta menunggangi babi hutan raksasa. Ia berkedudukan sebagai pemimpin para dewa. Sekarang Fu Xing digambarkan sebagai pejabat pemerintahan surga sambil membawa tongkat ruyi[1] atau membawa gulungan yang terkadang bertuliskan karakter "Fu".[7] Wajahnya berseri-seri dan bahagia. Terkadang sebuah gunung emas dan perak (jinyinshan 金銀山) ditampilkan di atas kepalanya, atau juga tulisan Fu 福 ditulis di dekatnya. Ia terkadang ditemani seekor kelelawar karena aksara China untuk Fu (fú 福) homofon dengan "kelelawar" (fú 蝠).[6]

Aksara Fu biasanya dipasang di pintu dan biasanya dalam kondisi terbalik. Kata "terbalik" dan "datang" dalam bahasa China bersifat homofon sehingga membaca "Fu terbalik" akan terdengar seperti "Fu (keberuntungan) datang".[1] Aksara fu juga merupakan aksara yang umum terdapat pada sampul angpao.

Fu mewakili harapan tertinggi masyarakat dalam kehidupan dan mencerminkan impian serta hasrat dari berbagai sudut pandang serta level sosial. Berdoa (atau harapan memperoleh) fu perlahan-lahan mempengaruhi kultur masyarakat dan menjadi pemujaan. Laozi berkata bahwa meskipun kekacauan dan keberuntungan susah diprediksikan, tetapi umat manusia dapat berusaha untuk mencapai fu.[3]

"Dengan kata lain, satu elemen akan ada bersama elemen yang lain, sementara kekacauan dan keberuntungan dapat saling menggantikan satu sama lain."
"Kekacauan dan keberuntungan tidak memiliki pintu; engkau harus menemukan jalanmu sendiri untuk masuk atau keluar dari dalamnya."

Bintang Kekayaan Lu Xing

Luxing (Hanzi=禄星; lit. Bintang Lu) atau Lu Shen (Hanzi=禄神; lit. Dewa Lu) merupakan bintang Zeta (ζ ) Ursa Mayor, atau dalam astronomi tradisional China merupakan bintang keenam dari Rasi Istana Wenchang (文昌宮宫).[6][7] Lu Xing dipercaya sebagai bintang yang pertama dari Rasi Ursa Mayor dan dipercaya memberikan berkah kepada kaum intelektual pada masa lalu agar memperoleh posisi dalam pemerintahan.[3] Pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan merupakan salah satu pekerjaan yang paling diinginkan di China kuno karena menjadi kunci untuk memperoleh kekayaan.[4]

Pada masa Dinasti Song (960-1279), Lu Xing menjadi nama lain bagi Bintang Pelajar. Popularitas Lu Xing cukup tinggi dikarenakan metode perekrutan pejabat negeri serta sistem pendidikan China kuno menggunakan Ujian Negara. Sebelum Dinasti Sui (581-618) yang pertama kali menerapkan sistem ini, masyarakat awam sangat susah untuk bisa menjadi pegawai pemerintahan.[3]

Pada masa feudal, seseorang yang memiliki jabatan lebih tinggi akan memperoleh gaji yang lebih besar sehingga memunculkan ungkapan "jabatan tinggi dan lu (gaji) tinggi". Promosi jabatan, kedudukan, dan kekuasaan menjadi keinginan utama para pejabat pemerintahan karena berpengaruh langsung terhadap pendapatan serta status sosial. Lulus ujian negara juga akan membuat seseorang memperoleh gaji dan ransum dari pemerintah, status sosial yang tinggi, membanggakan para leluhur, dan memiliki gaya hidup mewah. Kong Hu Cu (filsuf) berkata: “Belajar keras, lu akan terlihat.” Juga terdapat ungkapan bahwa buku akan mendatangkan wanita-wanita cantik dan kediaman emas.[4]

Luxing dipercaya merupakan perwujudan dari Zhang Xian (Hanzi=張仙; lit. Imortal Zhang) yang hidup semasa Dinasti Shu.[7] Kemungkinan dirinya adalah orang yang sama dengan Zhang Yuanxiao (張遠霄) yang hidup di Sichuan pada masa periode Lima Dinasti (907-960). Ia tinggal di Gunungf Qingcheng (青城) dan berlatih Tao 道. Ia juga disebut Songzi Zhang Xian (Hanzi=送子張仙; lit. "Imortal Zhang menghaturkan seorang bayi".[6]

Lu Xing sering kali digambarkan sedang menggendong seorang bocah lelaki. Seorang putra dalam kultur China kuno dipandang sebagai salah satu jenis harta dan menjadi sumber kenyamanan di usia tua. Semenjak Dinasti Ming (1368-1644), Lu Xing juga dipuja bagi pasangan yang mengharapkan kehadiran seorang putra.[3] Ia biasanya ditampilkan dalam pakaian pejabat mandarin.[7]

Bintang Panjang Umur Shou Xing

Shouxing (Hanzi=壽星; lit. Bintang Shou) atau Shou Shen (Hanzi=壽神; lit. Dewa Shou) adalah α Carinae (Canopus), bintang Kutub Selatan dalam astronomi China, dan dipercaya mengatur panjang usia manusia.[7] Ia juga disebut Shouxing lao'er (Hanzi=壽星老兒; lit. Pria Tua Bintang Panjang Usia), Nanji Xianweng (Hanzi=南極仙翁; lit. Imortal Tua Kutub Selatan), atau Nanji Laoren (Hanzi=南極老人; lit. Pria Tua Kutub Selatan). Ia diidentifikasikan dengan konstelasi jue 角 dan kang 亢 yang kemunculan keduanya dipercaya merupakan tanda bahwa bumi berada dalam keadaan damai.[6]

Menurut legenda, ia berada di dalam kandungan selama 10 tahun sebelum dilahirkan, dan langsung berusia tua. Bintang Shou mudah dikenali dari dahinya yang menonjol tinggi dan buah persik di tangan yang melambangkan keabadian. Dewa Panjang Umur biasanya digambarkan tersenyum dan ramah, terkadang membawa botol labu berisi obat keabadian.[7]

Dewa Shou adalah dewa yang paling pertama dipuja di antara ketiga bintang Fu Lu Shou, yaitu semenjak masa Dinasti Qin awal. Pada waktu itu, Dewa Shou dianggap sebagai Nan-ji Xian-weng atau Bintang Kutub Selatan yang hanya dapat dilihat di Tiongkok bagian selatan saja.[8] Akhirnya, ia digambarkan sebagai seorang tua berdahi besar, bertubuh pendek, berjanggut putih, membawa tongkat berukir kepala naga, mengendarai seekor rusa, sering kali dikelilingi lima ekor kelelawar yang melambangkan lima jenis rezeki,[9] dan burung jenjang yang melambangkan keabadian.[4] Huruf mandarin untuk rusa (pinyin=lù) memiliki persamaan bunyi dengan kekayaan; sementara aksara kelelawar (pinyin=fú) memiliki persamaan bunyi dengan keberuntungan.

Taoisme sangat menghargai kehidupan yang sekarang ini sehingga para praktisinya (serta masyarakat China yang budayanya sangat dipengaruhi Taoisme) berhasrat untuk memiliki umur panjang dan mencapai keabadian seperti para imortal. Masyarakat Dinasti Zhou mulai memberikan persembahan kepada Shou Xing serta para praktisi Taoisme semenjak masa tersebut berusaha mencari obat yang dapat menghentikan kematian.[5]

Shou dan Fu dianggap saling berdampingan; memiliki umur panjang (Shou) berarti memiliki keberuntungan (Fu). Banyak desain tradisional yang menampilkan Shou dan Fu saling berdampingan, atau aksara Shou dikelilingi oleh lima aksara Fu. Hal tersebut menunjukkan bahwa Shou dan Fu dianggap sama pentingnya. Pada Dinasti Shang dan Zhou, terdapat sebuah pepatah kuno yang menyebutkan bahwa usia panjang adalah yang paling utama di antara kelima jenis keberuntungan (penjelasan mengenai lima jenis Fu berada pada bagian Aksara Fu di atas).[5]

Kaisar Qin Shi Huang yang mendirikan Dinasti Qin (221-206 SM) mengutus seorang pejabat beserta 500 orang perawan dan perjaka ke Laut Timur untuk menemukan Pegunungan Selatan. Dipercaya bahwa obat panjang umur akan ditemukan di Pegunungan Selatan tersebut. Semenjak saat itu, Laut Timur dan Pegunungan Selatan sangat dihubungkan dengan Fu dan Shou sebagaimana ungkapan: "Semoga kebahagiaanmu seluas laut timur. Semoga hidupmu setinggi pegunungan selatan."

Legenda

Yang Cheng gubernur Dazhou

Sastra The Ming period 明 (1368-1644) Buku Sanjiao Soushen Daquan (三教搜神大全) dari Dinasti Ming (1368-1644) menuliskan bahwa Fuxing semasa hidupnya adalah gubernur (cishi 刺史) Daozhou (道州), Hunan pada masa Dinasti Tang (618-907) yang bernama Yang Cheng (楊成).[6] Kaisar yang memimpin saat itu menjadikan orang-orang kerdil sebagai hiburan dan sering mendatangkan mereka dari Dazhou. Saat Gubernur Yang mengetahui bahwa mereka tidak bahagia karena dipisahkan dari keluarga mereka, ia memohon kepada kaisar untuk menghentikan praktik tersebut.[1]

Yang Cheng telah merisikokan hidupnya demi menyelamatkan penduduk dari penderitaan. Oleh karena itu, setelah kematiannya, masyarakat mendirikan sebuah kuil untuk mengenangnya, dan memujanya sebagai perwujudan dari keberuntungan (Fu).[7]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f g Lywet. Agustus 2005. Akses= 20 Mei 2013. Fu, Lu and Shou, Three Stars of Blessings, Prosperity and Longevity Diarsipkan 2013-03-25 di Wayback Machine., page 1.
  2. ^ a b c MDBG. MDBG English-Chinese Dictionary.
  3. ^ a b c d e f Lywet. Agustus 2005. Akses= 20 Mei 2013. Fu, Lu and Shou, Three Stars of Blessings, Prosperity and Longevity Diarsipkan 2012-08-04 di Wayback Machine., page 2.
  4. ^ a b c d Lywet. Agustus 2005. Akses= 20 Mei 2013. Fu, Lu and Shou, Three Stars of Blessings, Prosperity and Longevity Diarsipkan 2012-07-03 di Wayback Machine., page 3.
  5. ^ a b c Lywet. Agustus 2005. Akses= 20 Mei 2013. Fu, Lu and Shou, Three Stars of Blessings, Prosperity and Longevity Diarsipkan 2012-01-10 di Wayback Machine., page 4.
  6. ^ a b c d e f g h Ulrich Theobald. 22 Desember 2012. Akses= 20 Mei 2013. Daoist and Popular Deities - Fu lu shou sanxing 福祿壽三星 The Three Stars of Wealth, Status and Longevity. Sumber: Beijing dongfang shoucangjia xiehui 北京東方收藏家協會 (ed. 1996). Zhonghua shoucang da cidian 中華收藏大辭典, p. 85-86. Beijing: Beijing yanshan chubanshe.
  7. ^ a b c d e f g h i Seow, Jeffrey. Fu Lu Shou: Gods of Blessings, Prosperity and Longevity. Singapura, 1999.
  8. ^ Tjing Wen. 15 Juni 2009. Akses=30 Maret 2013. Tentang Fu Lu Shou Diarsipkan 2012-03-15 di Wayback Machine.. Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com, November 2006.
  9. ^ Bidang Litbang PTITD/ Matrisia Jawa Tengah. Juli 2007. "Pengetahuan Umum Tentang Tri Dharma", Edisi Pertama. Semarang: Benih Bersemi.