Kepaksian Sekala Brak
Artikel ini diusulkan untuk dihapus berdasarkan kebijakan. Silakan bagi pemikiran Anda berkaitan dengan masalah ini dalam halaman diskusi penghapusan. Anda boleh memperbaiki artikel ini, tetapi tidak boleh menghapus peringatan ini sampai diskusi selesai atau menghilangkan isinya. Untuk informasi lebih lanjut harap membaca panduan penghapusan. Cari sumber: "Kepaksian Sekala Brak" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR%5B%5BWikipedia%3AUsulan+penghapusan%2FSekala+Brak%5D%5DAFD |
Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan yang terletak di:
- https://sekalabrak.com/kepaksian-sekala-brak-kuno/
atau pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:
Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus
- Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
- Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
- Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
- Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
- berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat permissions@wikimedia.org atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
- Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
- Jelaskan hal tersebut di halaman diskusi artikel ini, dengan bukti referensi yang tepat dan benar.
Kecuali kecurigaan hak cipta ini bisa dibuktikan salah dalam waktu paling lambat dua minggu, artikel ini akan dihapus
- Memuat artikel yang melanggar hak cipta adalah pelanggaran hukum dan tidak sesuai dengan Kebijakan Wikipedia.
- Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai hak cipta, silakan lihat Hak cipta.
- Pengguna yang secara berulang memuat artikel yang melanggar hak cipta akan diblokir dari hak penyuntingan.
- Untuk sementara, pemuatan asli masih bisa dilihat melalui di halaman versi terdahulu.
- Anda dipersilakan memuat kontibusi orisinil.
Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Sekala Brak | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1289–1369 | |||||||||
AL-Liwa Panji Syadatain | |||||||||
Status | Wilayah Protektorat Kepaksian (1289 Masehi-1824 Masehi) | ||||||||
Ibu kota | Batu Brak, Lampung Barat (sekarang Liwa) | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Lampung, Indonesia | ||||||||
Agama | Islam | ||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||
Sultan | |||||||||
• 1016–1147 | Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Penaklukan Sekala Brak Purba | 1289 | ||||||||
• Dibubarkan | 1369 | ||||||||
Mata uang | Dolar Morgan 1875,1888 dan Voc 1790, Nederlendsch Indie 1945 | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Indonesia | ||||||||
Paksi "محور" artinya tinggi, Kepaksian "شهادة" adalah Empat pemegang pucuk tertinggi didalam Adat. Sekala "مقياس" artinya titisan Brak "الفرامل" artinya Dewa. Sekala Brak Adalah titisan Dewa"تجسد الإله" Kerajaan Sekala Brak (Baca: Kepaksian Sekala Bkhak) adalah sebuah Kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Diriwayatkan kedatangan AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra, Keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan, Sampainya-n di Pagaruyuang, kemudia setelah berdirinya salah satu Kerajaan di Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko Muko menyebarkan agama Islam. Setelah itu Kerajaan Sekala Brak Purba/kuno ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama Islam kemudian Kerajaan Sekala Brak Kuno berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak. Yang berada di empat titik kebesaran, yaitu pada Kepaksian Pernong terletak di kaki Gunung Pesagi di Hanibung Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat, Gunung tertinggi di tanah Lampung, Kepaksian Nyerupa berada di Tampak Siring, Kepaksian Bejalan Di Way berada di Puncak, Kepaksian Belunguh berada di Tanjung Menang. Kepaksian Sekala Brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak Rabu 24 Agustus 1289 Masehi, 29 Rajab 688 Hijriyah. Keempat Kepaksian dijadikan Paksi Pak Sekala Brak artinya empat pemegang tertinggi di Kepaksian Sekala Brak. Dalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang Struktur Kepaksian, Struktur yang dipegang oleh seorang Sultan/Saibatin Raja Adat di Kepaksian. dahulu pada era Kepaksian Sekala Brak sebutan Kepaksian adalah Kerajaan. Nama atau gelar Ratu dipegang oleh seorang Laki-Laki yang memegang pimpinan di suatu wilayah yang mempunyai Rakyat/Masyarakat. Saat ini Kepaksian Sekala Brak agar lebih terkenal luas menjadi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, untuk di Kepaksian Pernong penambahan kata Adat, sebagai Simbol Komitmen bahwa Kepaksian Pernong Sekala Brak Sultan/Raja Adat Dikepaksian di Istana Adat Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak sebagian besar para pejuang yang dimakamkan dimakam pahlawan, Jakarta, Lampung dan Sumatra Selatan. Karena itulah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian Pernong lebih berkomitmen menggunakan istilah. Sebuah Struktur Organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkomitmen tentang keberadaan Negara Kesatua Republik Indonesia sebagai Payung dari pada Bangsa Indonesia dan Sekala Brak Adalah bagian dari pada pilar-pilar penguat Kekokohan Negara Kesatuan Republik Indonesia.(NKRI).
Daftar isi
- 1 Mencari Jejak Masa Lalu
- 2 Berdirinya Kepaksian Sekala Brak
- 2.1 Petilasan Maqom, Penyucokan tempat berdirinya Tampuk Imam
- 2.2 Warisan Budaya Sekala Brak
- 2.2.1 Budaya Sekala Brak di Istana Gedung Dalom
- 2.2.2 Urutan Prosesi Lapahan Saibatin/Sultan Raja Adat Dikepaksian
- 2.2.3 Pemerintahan
- 2.2.4 Sistem Pemerintahan Adat Di Istana Gedung Dalom Sekala Brak
- 2.2.5 Tata Petiti Adok ( Gelar)
- 2.2.6 Adok
- 2.2.7 Tutokh / Tutukh / Panggilan di Kepaksian Pernong Sekala Brak
- 2.2.8 Jujjokh
- 2.2.9 Tujuh Pedoman Hidup suku bangsa Lampung
- 2.2.10 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung
- 2.2.11 Sekilas Tentang Seni Dan Tradisi Sekala Brak
- 3 Sekala Brak
- 3.1 Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23
- 3.2 Para Pahlawan Perjuangan, Kemerdekaan Istana Gedung Dalom
- 3.3 Tentang Umpu Raja Dunia Muda Gelar Sultan Maha Raja Muda
- 3.4 Permaisuri
- 3.5 Pepatih – pepatih istana gedung dalom sekala brak
- 3.6 Perangkat Adat (Pemangku Adat Kepaksian/Kerajaan)
- 3.6.1 Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung
- 3.6.2 Para bangsawan pembesar adat, saudara angkat sultan/saibatin raja adat dikepaksian yang telah diangkat menjadi pembesar bangsawan tinggi kerajaan adat kepaksian pernong sekala brak
- 3.6.3 Kepala suku khaja jukuan paksi Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung
- 3.6.4 Dewan Adat
- 3.6.5 Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung
- 3.6.6 Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
- 3.6.7 Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- 3.6.8 Pesumbaian 17 daerah Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
- 3.6.9 Saibatin marga way handak daerah Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
- 3.6.10 Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga kota bandar lampung yang berasal dari sekala brak
- 3.6.11 Pengawal Khusus Putra Mahkota daerah Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
- 3.6.12 Pangglima Kerajaan Adat daerah Kabupaten Lampung selatan
- 3.6.13 Struktur Hanggum Jejama di Kepaksian
- 3.6.14 Pendekar Puting Beliung
- 3.6.15 Profil puting beliung
- 3.6.16 Pendekar labung angin daerah Kabupaten Lampung Barat
- 3.6.17 Panglima, wakil panglima, bahatur, punggawa, daerah Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
- 3.6.18 Wakil panglima bahatur, punggawa daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- 3.6.19 Bahatur, punggawa kecamatan pagelaran pengittokh alam daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- 3.6.20 Perbedaan Antara Paksi, Marga, Bandakh, Jukku, Sumbai, Kebbu, Lamban
- 3.7 Profil Penyusun
- 3.8 Daftar karya
- 3.9 Lihat pula
- 3.10 Catetan atau referensi
- 3.11 Bacaan lebih lanjut
- 3.12 Pranala luar
Mencari Jejak Masa Lalu
Sekala Brak Adalah titisan Dewa. Sekala Brak Purba (kuno) beragamakan animisme adalah kepercayaan yang berkaitan dengan sesuatu yang berbau takhayul, mempercayai kekuatan benda mati, yang sudah menyatu menjadi bentuk yang tidak dapat dipisahkan. Animisme adalah kata yang berasal dari bahasa Latin. Secara bahasa, pengertian animisme adalah “anima” yang artinya adalah roh, maka animisme adalah kepercayaan terhadap roh. Diriwayatkan didalam video presentasi Asal Usul Orang Melayu menurut kajian mt DNA dan Islam oleh Puan Zaharah Sulaiman, Presentasi video masa migrasi Manusia dari Afrika dan Timur Tengah yang menghuni Dunia hingga ke Benua Sunda, serta video yang berjudul Sejarah Paksi Pak Sekala Brak yang di produksi oleh Pinus (peduli nusantara). Tercetus dengan tegas didalam video mt DNA manusia adalah Kembar masa kembali ke zaman silam mengharu gelombang laut melintasi 7000 generasi semenjak kehadiran Hawa yang paling menakjuk kan ialah gambaran evolution Manusia yang terjalin dan berkait rapat dari Moyang yang satu dan melalui kajian para sarjana (yang membidangi), kajian iklim cuaca, oceanographi, geologi, arkeologi, linguls, genom Manusia mt DNA telah menebalikkan hipotesis teori seperti migrasi dari Yunnan dan Taiwan serta Express Train konon Melayu dibuktikan melalui kajian yang dilakukan Puan Zaharah Sulaiman melalui mt DNA Manusia 85.000 tahun yang lalu Manusia memerlukan maiderasi keluar dari Afrika dan Timur Tengah dan proses tersebut dalam proses rentang waktu yang sangat panjang selama sekitar 10.000 tahun untuk sampai ke Benua Sunda. Pengembangan Suku Bangsa-Bangsa Indonesia berasal dari Assam yang terletak di India Selatan, sebelah Utara Burma. Ada beberapa sumber menyebutkan sama seperti yang ada di dalam video bahwa Suku Melayu Purba atau Proto Malayan Tribes dari India Selatan itu dalam pengungsiannya, bergerak menyeberangi laut Andamen untuk kemudian berpencar dalam beberapa kelompok. Demikian teori yang dikemukakan oleh J. R. Logan pada abad Ke-19 M yang melakukan penelitian sejak tahun 1848 hingga 1900 asal usul melayu induknya di benua sunda. Kelompok kesatu, bergerak ketimur melalui Jawa dan Kalimantan dan ada yang terus keutara di Philipina, yang kemudian melahirkan Suku bangsa Igorot dan lain lain. Kelompok kedua mencapai ujung utara Sumatra menyusuri pantai barat dan mendarat di Singkel, Barus dan Sibolga, kemudian melahirkan cikal bakalnya Suku Suku Batak Karo, Batak Toba, Dairi dan Alas. Kelompok ketiga meneruskan pelayarannya menelusuri Pantai Barat Sumatra terus keselatan yang akhirnya melalui daerah Krui menuju kedaerah pegunungan, kembali sebagai People di Tengkuk Gunung Pesagi bukit barisan dan Seminung diperkirakan sebelum masehi, Di Benua Sunda Tercatat di dalam Geografi Indonesia Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia[1]. Pulau ini membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah membagi pulau Sumatra atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan. Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 2.262 di atas permukaan laut Puncak Gunung Pesagi adalah satu dari 12 gunung yang ada di Provinsi Lampung, Indonesia. Dari beberapa gunung tersebut Gunung pesagi adalah Gunung yang mempunyai puncak paling tertinggi yang ada di tanah Lampung. Salah satu gunung di Sumatra dengan ketinggian maksimal 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan. Dari segi grafisnya Sumatera terbagi ke dalam berapa bagian yaitu Sumatra bagian Utara, Sumatra bagian Tengah dan Sumatra bagian Timur. Di bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan Laut Andaman dan di bagian selatan dengan Selat Sunda. Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primer dan hutan tropik sekunder yang lebat dengan tanah yang subur. Gunung tertinggi yang tidak Aktif di Sumatra adalah Gunung Pesagi Bukit Barisan dengan ketinggian melebihi dari 2.262 di atas permukaan laut , Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Aceh dan Gunung Dempo di perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra. Danau terbesar di Indonesia, Danau Toba terdapat di pulau Sumatra. Danau yang diantara 2 (dua) gunung adalah danau ranau di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, Indonesia. Kepadatan penduduk pulau Sumatra urutan kedua setelah pulau Jawa. Saat ini pulau Sumatra secara administratif pemerintahan terbagi atas 11 provinsi yaitu Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu dan Lampung dan 3 provinsi lain yang merupakan pecahan dari provinsi induk di pulau Sumatra yaitu Riau Kepulauan, Lampung dan Kepulauan Bangka Belitung. Disebut Suku Bangsa, Etnis, Ulun, People di tengkuk Gunung Pesagi bukit barisan dan Seminung titik kebesaran di tengkuk Gunung Pesagi Hanibung pengalaman nenek moyang mereka yang bergerak mengarunggi samudra luas dan tau akan Gunung yang tidak aktif dalam melakukan pengungsian besar besaran membentuk karakter "dwi muka" sebagai manusia gunung dan tau akan arti laut. Menurut kepecayaan lama salah satu alasan pendahulu Sekala Brak kuno memilih menempati ditengkuk Gunung Pesagi adalah karena Gunung tertinggi di Lampung tersebut tidak aktif dan tidak pernah mengeluarka lahar panas dan letusan, hal tersebut dipercaya oleh sebagian masyarakat Suku Bangsa Sekala Brak, Lampung pada umumnya sebagai salah satu tempat asal mula Suku Bangsa/Etnis/ Ulun Lampung, yaitu sebuah Kepaksian yang letaknya di dataran tinggi di tengkuk Gunung Pesagi, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung Indonesia. Dari Ketinggian Sekala Brak inilah sebagian leluhur Suku Bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu[2]:
- Way Semaka
- Way Umpu
- Way Besay
- Way Jelabat
- Way Sunsang
- Way Putih Kanan
- Way Pengubuan Kanan
- Way Giham
- Way Petay
- Way Hitam
- Way Dingin
- Way Napalan
- Way Gilas
- Way Bujuk
- Way Tuba
- Way Baru
- Way Tenong
- Way Kistang
- Way Panting Kelikik
- Way Kabau
- Way Kelom
- Way Peti
- Way Abung
- Way Melan
- Way Sesau
- Way Kunyaian
- Way Sabu
- Way Kulur
- Way Kumpa
- Way Bangik
- Way Babak
- Way Tulung Balak
- Way Galing
- Way Cepus
- Way Muara Toping
- Way Terusan Nunyai
- Way Pematang Hening
- Way Banyu Urip
- Way Candi Sungi
- Way Tulung Biuk
- Way Tulung Pius
- Way Umban
- Way Guring
- Way Rarem
- Way Gedong Aji
- Way Penumangan
- Way Panaragan
- Way Kibang
- Way Ujung Gunung
- Way Nunyik
- Way Lebuh Dalom
- Way Gunung Tukang
- Way Pagar Dewa
- Way Rawa Panjang
- Way Rawa Cokor
- Way Tulung Belida
- Way Karta
- Way Gunung Katun
- Way Malai
- Way Krisi
- Way Komering
- Beserta anak sungainya
Kajian itu memiliki benang merah berdasar tulisan William Marsden melalui sejarah Sumatra, Menjelaskan, “apabila Orang Lampung ditanya tentang darimana mereka berasal, maka mereka menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk kearah gunung tertinggi serta sebuah danau yang luas” (Marsden 2008). Gunung dan danau yang dimaksud adalah Tengkuk Gunung Pesagi Bukit Barisan dan Danau Ranau[3]. Sekala Brak Purba (kuno) yang masih dikuasai oleh Buay Tumi pada masa itu sudah mengenal tulisan dibuktikan dengan adanya aksara Tambo Kulit Kayu yang berbentuk buku dan berntuk lembaran kulit kayu serta yang terdapat dalam Prasasti Hujung Langit tulisan tersebut ada 16 baris dan diatas tulisan tersebut terdapat gambar menyerupai Gagang Sarung Pusaka Semar Raja yang terletak di Bunuk Tenuar Liwa Lampung Barat dan sampai saat ini keberadaan Prasasti Hujung Langit tetap terjaga dan terawat dengan baik, Naskah kuno Lampung (tambo kulit kayu), bukti peradaban pada masa lalu yang menyimpan banyak kearifan lokal. Batu Prasasti Hujung Langit tersebut diperkirakan sudah ada sebelum abad ke-10 M, pada sekitaran sebelum abad ke-4 Masehi, Dolmen Batu Brak dan Batu Kayangan, Prasasti Maqom Tambak Bata serta masih banyak lagi Dolmen-Dolmen Peninggalan sejarah yang ada di Sekala Brak. Dengan demikian, menilik dari peninggalan sejarah tersebut maka Kerajaan Islam Kepaksian Sekala Brak dengan dibuktikan adanya Simbol Penaklukan Keturunan dari AL-Mujahid menurut kepercayaan lama di Sekala Brak meyakini bahwa cikal bakal Suku Bangsa dan bahasa melayu adalah dari Sekala Brak Purba yang dikuasai oleh Buay Tumi pada masa itu. Kemudian seperti yang kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia merupakan pengembangan dari bahasa melayu purba tersebut. Sekala Brak memiliki makna yang dalam, dan sangat penting bagi suku bangsa Lampung. Bukti tentang kemasyuran kepaksian Sekala Brak didapat dari warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo, dolmen batu brak, batu kayangan, maqom, benteng dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau.Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak, yaitu:
- Sakala Bhak yang berarti titisan dewa (terkait dengan sekala brak purba animisme)
- Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau)
- Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya)
Dalam buku Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga, bahasa lampungnya: ‘”Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh pagaruyung, moko-muko pemerintah bunda kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako, kimawat pandai jujjokh tata titi tandana mawat bernegeri dalih berbangsa” Terjemahannya dalam bahasa Indonesia berarti “Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah pagaruyung, muko-muko pemerintah bundo kandung, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak bernegeri dan berbangsa”. Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja.Prof. Wang Gungwu, dalam majalah ilmiahJournal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut Zawawi Kamil(Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga bahasa lampung: “Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung dalih muko-muko pemerintah Bundo Kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako, kimawat pandai jujjokh tata titi tandana mawat bernegeri dalih berbangsa” Terjemahannya dalam bahasa Indonesia berarti “Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah Pagaruyung dan muko-muko pemerintah Bundo Kandung (pada abad 12), Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa”
Menurut kepercayaan lama di sekala brak purba, Kepaksian Sekala Brak pada zaman ini disebut Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali yang beragama resminya adalah Hindu Birawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa.Di lereng gunung Pesagi,dapat ditemukan berbagai peninggalan lain,seperti bebatuan yang tersebar di gunung Pesagi serta di dataran sekala brak, tapak bekas kaki,altar/tempat eksekusi muda-mudi, Archa Ganesa di gunung pesagi. batu Brak, Batu Kayangan, Prasasti Maqom Tambak Batan dan masih banyak lagi dolmen-dolmen peninggalan sejarah Kepaksian Sekala Brak Purba. Kepaksian Sekala Brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina. Prof. Olivier W. Wolters dari Universitas Cornell, dalam bukunya Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca, New York, 1967, hal. 160, mengatakan bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang mengembangkan perdagangan dengan Cina pada abad 5 dan 6 yaitu Kendali di Andalas dan Ho-lo-tan di Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556) disebutkan tentang letak Kerajaan Sekala Brak yang ada di Selatan Andalas dan menghadap kearah Samudra India, Adat Istiadatnya sama dengan Bangsa Kamboja dan Siam, Negeri ini menghasilkan pakaian yang berbunga, kapas, pinang, kapur barus dan damar. Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertahikh 9 Margasira 919 Caka yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Suku Bangsa Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Sekala Brak yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45 Diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Haji Yuwa Rajya Punku Sri Haridewa. Lebih jauh lagi Sekala Brak Purba adalah juga merupakan cikal bakal Kedatuan Sriwijaya, di mana saat persebaran awal dimulai dari dataran tinggi di tengkuk gunung Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju kearah utara menuju dataran Palembang. Van Royen:1927 Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Purba adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Kedatuan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang memulai Dinasti Kedatuan Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering. Arlan Ismail:2003 Kajian itu memiliki benang merah berdasar tulisan William Marsden melalui sejarah Sumatra, Menjelaskan, “apabila Orang Lampung ditanya tentang darimana mereka berasal, maka mereka menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk kearah gunung yang tinggi serta sebuah danau yang luas”(Marsden 2008). Gunung dan danau yang dimaksud adalah Tengkuk Gunung Pesagi Bukit Barisan dan Danau Ranau. Tengkuk Gunung Pesagi Bukit Barisan adalah Pusat Pemerintahan pada jaman buay Tumi Kerajaan Sekala Brak purba. Saat ini, secara geografis wilayah buay/suku Tumi mencakup wilayah pesisir pantai utara Sumatra. Seorang ahli sejarah Lawrence Palmer Briggs dalam jurnalisnya di abad Ke-19 M, tahun 1950, menyebutkan bahwa sebelum abad Ke- 7, sekitar tahun 653 M, yang berlangsung sejak tahun 652 M hingga 675 M, ibukota Kedatuan Sriwijaya terletak di daerah pegunungan agak jauh dari Palembang. Tempat itu dipayungi oleh dua gunung dan dilatari sebuah danau (Keresidenan Lampung dan Palembang). Itulah sebabnya Sailendra dan keluarganya disebut “Family of the King of the Mountains” (Sailendravarmsa) Berdasarkan penelusuran hasil penelitian Binsar D.L. Tobing : 2004, dijelaskan bahwa Prasasti Hujuŋg Langit diantaranya menyebutkan satu daerah bernama Hujuŋg Langit yang seluruh hutan dan seluruh tanahnya diperuntukkan bagi bangunan suci. Nama Hujuŋg Langit itu sendiri tidak tercantum dalam peta maupun sumber-sumber lain, namun sekitar 13 km (jika ditarik garis lurus dari prasasti Hujung Langit) disebelah Timur Laut ada nama tempat yang bernama Ujung (Damais, 1995:28). Jadi yang dimaksud sebagai Hujung Langit adalah daerah yang bernama Ujung (Pekon Hujung kecamatan Belalau, Lampung Barat Provinsi Lampung). Haji Yuwa Rajya Punku Sri Haridewa Jika dilihat dari gelar yang melekat pada namanya, tersebutlah Punku, mempunyai arti tuanku, dimungkinkan sebagai gelar yang menganggap bahwa Punku Sri Haridewa merupakan orang yang turut melindungi serta memilihara bangunan suci. Pun atau Pu adalah merupakan gelar kehormatan bagi kebangsawanan seseorang sebagaimana banyak keluarga di Kerajaan San-fo-ts’i yang bergelar “Pu”. Begitu juga gelar Pu yang bersanding dalam kata DAPUNTA maka gelar dapunta harus diperuntukkan bagi orang yang amat tinggi kedudukannya. Kehormatan yang amat tinggi itu ditunjukkan dengan bubuhan da-, -ta, dan sebutan “Hyang”. Demikian keterangan makna gelar Pu dalam buku Sriwijaya yang ditulis oleh Prof. Dr. Slamet Muljana. Selanjutnya gelar Haji (Aji) adalah arti yang umum untuk “raja”, dipakai untuk menyebut seseorang dalam hubungannya dengan wilayah kekuasaannya(Ayatrohaedi, 1979: hal 79). Arti kata yang sama juga diberikan oleh Zoetmulder (1995: hal 327). yang menyebutkan bahwa Haji dapat diartikan sebagai raja, keluarga Raja, Sultan, Pangeran, Seri Baginda, Paduka Yang Mulia. Dan terdapat juga sebutan Yuwa Rajya (Yuwa Raja) untuk baginda Sri Haridewa, sebutan itu pernah tercantum dalam prasasti yang berasal dari Sumatra, yaitu prasasti Telaga Batu yang diperkirakan berasal dari Abad Ke-7 M tahun 686 Masehi. Dalam prasasti ini disebutkan tiga kategori pangeran, yaitu :yuwaraja (Putera Mahkota), pratiyuwaraja (Putera Mahkota ke dua), dan Rajakumara (Putera Mahkota lainnya )(de Casparis, 1956: hal 17; 1976: hal 69; Kulke, 1991 : hal 9). Biasanya raja muda ini sebelum menjadi raja yang berkuasa penuh diberi kedudukan sebagai raja/sultan disuatu daerah atau wilayah ( Soemadio (ed), 1993: hal 410). Selain nama Baginda Sri Haridewa yang tertulis dalam Prasasti Hujung Langit, terdapat juga para pejabat yang mengiringinya dalam penetapan sima tersebut, seperti Hulun (seseorang Yang Melayani Raja/Sultan/ Hulun Haji), pejabat tinggi yang hadir diantaranya Samgat Juru Pajak (Pejabat Pajak), Pamgat Juru Ruhanan (Pengawas Para Pejabat), Pramukha Kabayan (Pemuka yang berkaitan dengan bangunan suci), Juru Redap (Pejabat Bagian Informasi), Juru Pajabat (Petugas Menyambut Raja), juru samya (orang yang berkuasa pada derajat yang lebih rendah (desa), wakil pejabat atau kepala, Juru Natalan (Bagian Penulisan / Juru Tulis), Juru Mabwan (Pejabat Menangangi tenaga Kerja), dan pejabat tingkat banwa yang hadir diantaranya adalah Rama. Dan saat ini, walau prasasti itu usianya telah berabad – abad lamanya, namun sebutan sebutan yang ada didalam prasasti tersebut masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Kepaksian Sekala Brak zaman Saat ini, seperti sebutan Pun masih dipertahankan oleh masyarakat di sekitar Prasasti Hujung Langit dan batu brak, batu kayangan (Masyarakat/Rakyat Sekala Brak) sebagai panggilan kehormatan bagi anak laki laki tertua dari keturunan Sultan / SaiBatin Raja Adat Dikepaksian dalam wilayah Sekala Brak yang kini mengejawantah menjadi Kepaksian Sekala Brak zaman saat ini Kerajaan Sekala Brak. Selain itu juga Jabatan Juru, Hulun, Pramukha Kabayan, Rama/Perangkat Adat seperti dalam prasasti masih dipertahankan pula oleh masyarakat Adat Hususnya Kerajaan Sekala Brak untuk orang-orang yang memiliki tugas khusus dalam adat, yang kini disebut Jukuan Lamban, Gelar/Adok, Perangkat Adat dari tingkat tertinggi adalah Kepala Jukkuan Gelar Raja istri Batin, Perangkat Adat Gelar Batin Istri Khadin, Perangkat Adat Gelar Raden istri Minak, Perangkat Adat Gelar Minak istri Kimas, Perangkat Adat Gelar Kimas Istri Mas dan lainnya. Berdasarkan Kepercayaan lama di dataran sekala brak titik kebesaran di Hanibung titik lokasi batu brak dan batu kayangan dan Sejarah yang disusun di dalam Tambo Paksi, dataran Sekala Brak yang pada awalnya dihuni oleh salah satu komunitas yang tidak termasuk dari bagian suku tumi tetapi juga adalah kelompok-kelompok yang bisa di pengaruhi lebih awal untuk memeluk agama islam di sini dislokasi mereka di dalam sejarah yang namanya “Ranji Pasai” bahasa lampung nya “Sikam Jamma Pasai” (Kami Orang Pasai), suku bangsa Orang-orang mulia ketutunan Orang Mulia ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah. Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit koreng tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh negeri suku bangsa Orang-orang mulia ketutunan Orang Mulia di dataran sekala brak titik kebesaran di Hanibung.[4][5]
Berdirinya Kepaksian Sekala Brak
Didalam buku Kerajaan Jambulipo yang diterbitkan melalui Kelompok Penerbit Diandra Anggota IKAPI (062/DIY/08) pada BAB 2 halaman 31 Sejarah Singkat Kerajaan Jambulipo menjelaskan A.R Chaniago dalam (Firman,20120) berpendapat bahwa Kerajaan Jambulipo merupakan salah satu kerajaan tertua di Minangkabau dan diperkirakan telah ada sejak abad ke-10 Masehi tahun 901 Masehi, Ia juga menyebutkan bahwa Jambulipo dahulunya merupakan nama daerah yang menjadi tempat tinggal raja-raja zaman Dharmasraya (Firman,2012), Dharmasraya merupakan nama daerah yang cukup terkenal di Sumatra bagian tengah ketika agama Budha berkembang pesat pada awal abad ke-13 Masehi Dharmasraya berada di sekitar hulu sungai Batanghari, yaitu salah satu sungai terbesar di pulau Sumatra dengan lebar sekitar 500 m dan panjang 800 km. Sungai batanghari menjadi jalur transportasi dan perdagangan yang ramai di Pulau Sumatra bagian tengah kala itu (Soekmono, 1992:40; Utomo,1992:178).Nama Dharmasraya tercatat dalam Kitab Nagarakertagama sebagai salah satu daerah yang menjadi tujuan pasukan Ekspedisi Pamalayu Kerajaan Singasari atas perintah Raja Kartanegara pada tahun 1275 Masehi (Soekmono 1992:40;Utomo 1992:175; Kusumadewi 2012:4-5).Kini Dharmasraya merupakan sebuah Kabupaten Dharmasraya secara adat termasuk dalam wilayah Kerajaan Jambulipo. Di Sumatra Barat selain Kerajaan Pagaruyung ada juga Kerajaan Jambulipo[6]. Paksi artinya Tertinggi, Pemegang Kepemilikan Tertinggi yakni pemilik Pemegang Kekuasaan tertinggi atas wilayah rakyat dan Adat. Kepaksian adalah Pemegang Kekuasaan Tertinggi, Terhadap rakyat dan wilayah serta Adat. Sekala artinya Titisan Brak artinya Dewa. Sekala Brak Adalah titisan Dewa Kerajaan Sekala Brak (Baca: Kepaksian Sekala Bkhak) adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Diriwayatkan kedatangan AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra, Keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan, Sampainya-n di Pagaruyung, kemudia setelah berdirinya salah satu Kerajaan di Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko Muko menyebarkan agama Islam. Setelah itu Kerajaan Sekala Brak Purba ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama islam kemudian Kerajaan Sekala Brak Purba berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak. Yang berada di Empat Titik Kebesaran, yaitu pada Kepaksian Pernong terletak di kaki Gunung Pesagi di HANIBUNG Kecamatan Batu Brak, Kab. Lampung Barat (Gunung tertinggi di tanah Lampung), Kepaksian Nyerupa berada di Tampak Siring, Kepaksian Bejalan Di Way berada di puncak, Kepaksian Belunguh berada di Tanjung Menang. Kepaksian Sekala Brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak Rabu 24 Agustus 1289 Masehi (29 Rajab 688 H). Keempat Kepaksian dijadikan Paksi Pak Sekala Brak artinya Empat pemegang tertinggi di Sekala Brak. Dalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang Struktur Kepaksian, Struktur yang dipegang oleh seorang Sultan/Saibatin Raja Adat di Kepaksian. dahulu pada zaman Kepaksian Sekala Brak sebutan Kepaksian adalah Kerajaan. Nama atau gelar Ratu dipegang oleh seorang laki-laki yang memegang pimpinan di suatu wilayah yang mempunyai Rakyat/Masyarakat. Saat ini Kepaksian sekala brak agar lebih terkenal luas menjadi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, untuk di kepaksian pernong penambahan kata adat, sebagai Simbol Komitmen bahwa Kepaksian Pernong Sekala Brak Sultan/Raja Adat Dikepaksian di Istana Adat Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak sebagian besar para pejuang yang dimakamkan dimakam pahlawan, Jakarta, Lampung dan Sumatra Selatan. Karena itulah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian Pernong lebih berkomitmen menggunakan istilah Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Sebuah Struktur Organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkomitmen tentang keberadaan NKRI sebagai payung dari pada bangsa Indonesia dan Sekala Brak Adalah bagian dari pada Pilar-Pilar Penguat Kekokohan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)[7].
Gunung Pesagi, dikenal sebagai salah satu dari 12 gunung yang ada di Provinsi Lampung. dari beberapa gunung pesagi adalah gunung yang mempunyai puncak paling tinggi yang ada di tanah Lampung. Ketinggian puncak dari gunung ini mencapai di atas 2.262 m s/d 3000 m bila diukur dari atas permukaan laut. Lokasi Gunung Pesagi sendiri terletak di Kabupaten Lampung Barta Provinsi Lampung. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli arkeologi, Gunung Pesagi merupakan tempat bermukim awal yang disebut Suku Bangsa Orang-orang Mulia Keturunan Orang Mulia (Tumi) yang menganut paham animisme, merupakan cikal bakal Kerajaan Sekala Brak kuno yang berdiri sekitar jauh sebelum abad Ke-1 Masehi. Kerajaan Sekala Brak Kuno adalah Kerajaan tertua di Tanah Lampung penduduk yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Sekala Brak Kuno inilah yang merupakan nenek moyang dari etnis Suku Bangsa Lampung. Penyebaran agama Islam masuk ke Kerajaan yang ada di Tanah Lampung ini Pada 29 Rajab Sekitar 688 Hijriyah. Dengan raja terakhir Kerajaan Sekala Brak kuno yang beraliran animisme, Ratu Sekaghummong. Secara politik kekuasaan Kerajaan Sekala Brak Kuno yang menganut ajaran Animisme ini berhasil ditaklukkan, Hal ini ditandai dengan terbunuhnya Ratu Sekaghummong dengan menggunakan Keris Belambangan setelah terbunuhnya Ratu Sekaghummong berubah nama menjadi “Rakiyan Istinja Darah” di Puncak Gunung Pesagi oleh AL-Mujahid yang datang dari Pasai Pesisir Pantai Utara Sumatra. Keempat AL-Mujahid yang datang dari Pasai Pesisir Pantai Utara Sumatra Mereka membuat satu kemufakatan diatas Gunung Pesagi untuk menjadikan Sekala Brak sebagai satu negeri yang dibagi menjadi Empat wilayah bagian, yang kemudian dikenal sebagai Empat Ke Khalifahan, mulai berdirinya Kepaksian Sekala Bkhak ditancapkan Bendera AL-LIWA/PANJI SYAHADATAIN diatas puncak Gunung Pesagi Mulailah Menjadi Kepaksian Sekala Bkhak Pada 29 Rajab Sekitar 688 Hijriyah. Kepaksian Sekala Bkhak adalah yang membawa islam dan masuk melalui sebelah barat Tanah Lampung. AL-Mujahid yang datang dari Pasai Pesisir Pantai Utara Sumatra mengislamkan Kerajaan Sekala Bkhak kuno dan mendirikan monarki yang disebut Kepaksian Sekala Brak dengan lokasi pusat wilayah kerajaan di daerah Hanibung, Desa Pekon Balak Kecamatan Batu Brak Saat ini, Bahkan diceritakan bahwa letak pusat wilayah kerajaan setelah dari hanibung berpindah sejauh sekitar 18 kilometer dari hanibung. pusat wilayah kerajaan berpindah kembali sekitar sejauh 15 kilometer dari Istana Gedung Dalom saat ini yang berdiri di Batu Brak, Berpindahnya Istana Gedung Dalom itu dari kejauhan sekitar 15 kilometer tidak dicopot atau dibongkar dulu melainkan diangkat ramai-ramai dan dibawa perlahan-pelahan menuju lokasi sekarang Selama 1 (satu) Tahun kisaran tahun 1899[8].
Petilasan Maqom, Penyucokan tempat berdirinya Tampuk Imam
Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu menggantikan ayahandanya Umpu Ratu Semula Raja Gelar Ratu Semula Raja menjadi Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian di Kepaksian Sekala Brak sezaman dengan Sultan Banten Perabu Pucuk Amun. Menurut kisah yang dituturkan turun temurun, Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu merupakan sosok Sultan yang sangat Alim dan Sakti, salah satu bukti kesaktiannya terdapat disalah satu bukit bernama Bukit Selalau didekat pelabuhan Krui di pinggir laut yang sangat misteri, bekas telapak kaki beliau dan perahu beliau yang tertambat rapih sewaktu beliau melakukan perjumpaan dengan Penguasa Bunian Matu. Berdasarkan cerita lain, beliau sering dikabarkan telah mati namun tiba-tiba beliau kembali seperti sedia kala, terakhirkali beliau meniggal dunia di desa Pekon Balak Kecamatan Batu Brak dan dimakamkan di Tambak Bata Sekala Brak. di Desa Canggu Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung Negara Indonesia, terdapat bekas pijakan kaki yang diyakini nenek moyang pendahulu masyarata Batu Brak adalah simbol peninggalan dari Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi, dan di batu tersebut terdapat bekas cakaran kaki Harimau. Banyak orang datang dari jauh mengaku keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ini dan ziarah kemakamnya di Batu Brak.Makam keramatnya masih terjaga hingga kini, terlihat batu segi empat yang tertata rapih menutupi permukaan makamnya, letaknya dipinggir tebing yang riskan terhadap pengikisan tanah, akan tetapi atas izin Alloh SWT sudah beberapa kali terjadi Gempa Bumi besar namun tanah makam beliau tak longsor. Terakhir baru- baru ini tahun 2017 sebuah pohon besar berusia ratusan tahun didekat Keramat beliau rubuh dari akar-akarnya, letak pohon sangat dekat dengan makam membuatnya sangat mungkin tertimpa, namun kayu besar yang rubuh kearah Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu itu tidak sedikitpun menimpa makam beliau. Keunikan Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ini juga terdapat pada ukiran hewan menyerupai ular pada batu yang bersusun dipermukaan makam pada bagian kaki sebelah kiri. Masyarakat menyebutnya ukiran “ Luday “ ( Naga ), hewan yang hanya ada satu dan sebagai penguasa didalam perairan yang paling dalam, tampaknya itulah makna ukiran Luday tersebut yaitu sebagai simbol satu-satunya penguasa atau dalam istilah Lampungnya yaitu SaiBatin, karena memang kedudukan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu adalah SaiBatin/Sultan di Kepaksian Sekala Brak Kerajaan berlandaskan nilai-nilai gama Islam. Kebesaran nama Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu juga dinukilkan dalam Warahan dari daerah Way Kanan, sebuah warahan yang cukup terkenal yaitu Warahan Radin Jambat, diwarahkan dalam bait pantun bahwa Radin Jambat melakukan perjalanan spiritual ke Puncak Pesagi dan dilanjutkan ke Makam Tambak Bata maksudnya adalah Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, termaksud didalam bait pantun warahan nomer 12 dan 20 yang berbunyi “ Mak Cipak Kuranana, Mak Cipak Kuranani, Ya Laju Lapah Tapa, Haguk Bukti Pesagi, Bupintak Disan Sina, Bukilu Ngati ati “ selanjutnya “ Laju Ngejukko Bura, Seranta Jama Jimat, Mari Tiyanna Laju, Laju di Tambak Bata, PanjangPitu Mesagi, Temegak Nyalan Diwa, Nudungko Salisa Puri, Radin Jambat Kuwasa “ . Maqom Penyucokan Tampuk Imam adalah makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu beliau adalah seorang Waliyulloh yang menyebarkan agama Islam, saat beliau menundukkan Penguasa Bunian Matu maka tempat berdirinya membekas pada sebuah batu, batu tempat berdiri itulah yang disebut dengan MAQOM SELALAU, dan Maqom itu kemudian menjadi titik patokan wilayah, yaitu mulai dari Maqom Selalau kearah utara sampai ke tebu tegantung yang berbatasan dengan Kerajaan Sungai Limau Bengkulu adalah wilayah Kepakisan Nyerupa, sedangkan mulai dari Maqom Selalau terus ke arah selatan sampai menjumpai Tikokh Bekhak di daerah Tanggamus adalah wilayah Kepaksian Sekala Brak, juga termasuk Suoh, Bandar Negeri Suoh dan Batu brak sekarang ini. Demikian tertulis dalam Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi, tapi saat itu belum ada marga marga berdiri, baru kemudian setelah rentang waktu yang lama, banyak pendatang menuju wilayah pesisir. Diwilayah Pesisir ini terdapat juga beberapa keturunan yang berasal dari Kepaksian Sekala Brak, pada awal-awal penyebarannya adalah Lima Punggawa dari Kepaksian Sekala Brak kemudian diabadikan menjadi nama wilayah di pesisir yaitu daerah Penggawa V (Lima) hingga saat ini. Desa-desa Penggawa V saat ini yang berda di Kecamatan Karya Penggawa dan Kecamatan Way Kerui. Karena menurut Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi sebagian wilayah dipesisir adalah Wilayah Sekala Brak dan sebagian lagi adalah wilayah Umpu Ratu Nyerupa, maka anak Keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ada yang hijrah dari Hanibung Batu Brak untuk membesarkan adat bukan memisahkan diri yaitu di daerah Tenumbang, keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, Sultan Sekala Brak itu sebagai wakil dari Kepaksian Sekala Brak untuk mengurus wilayah di Pesisir, namun walau telah ada wakil di Tenumbang saat itu, SaiBatin Kepaksian Sekala Brak yaitu Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu masih tetap turun menjaganya, sehingga disana terdapat Maqom Selalau. Adat nestiti yg berlaku “ Umpu Ratu mejong di hejongan” artinya adalah hanya anak nya Umpu ratu yg duduk menduduki kebesaran nya / jenganan adat Kepaksian nya, jadi anak tuha pantang dan tidak mungkin meninggalkan tahta nya, menebas hutan bersusah payah membuka pemukiman baru. Pada era selanjutnya ada nama Rakian Sakti yaitu anak dari Ratu Mengkuda Pahawang Umpu Ratu Bejalan Di Way Jurai ke- 4 ( empat ) hijrah pula ke pesisir menuju daerah Ngambur. Seiring berjalannya waktu banyak pula kelompok- kelompok yang datang dari luar dan meminta izin kepada Keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Sultan Kepaksian Sekala Brak di Tenumbang untuk membuka lahan mendirikan perkampungan baru. Wilayah Umpu Ratu Nyerupa di Wilayah Pesisir sangat strategis, maka pada abad Ke-16 M Berlangsung Sejak Tahun 1501 M Sultan Banten mengajak kerjasama ekonomi dengan dengan Umpu Ratu Nyerupa, bentuk kerjasama itu dikeluarkanlah Piagam Perjanjian oleh Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin. Dari Wilayah Kepaksian Sekala Brak dan Umpu Ratu Nyerupa di Pesisir inilah kemudian berdiri marga-marga, khususnya lagi saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu termasuk wilayah pesisir krui, maka berdiri marga-marga disepanjang pesisir, saat terjadi traktat London itu tercatat telah ada 10 ( sepuluh ) Marga di Pesisir yaitu Tenumbang, Ngambur, Way Sindi, Punggawa Lima, Ngaras, Bengkunat, Belimbing, Pugung Tampak, Pugung Bandar, Pugung Malaya. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lagi marga- marga baru di wilayah Pesisir begitu juga di wilayah Pusat Kepaksian Sekala Brak, salah satunya sebagai bagian dari politik Devide Ed Imperanya. Namun demikian walapun telah banyak berdiri marga diwilayah pesisir, adat istiadat dan sejarah kepemimpinan tetap mimiliki benang merah dan kaitan erat dengan Kepaksian Sekala Brak sebagai Bumi Asal Para SaiBatin, banyak keturunan bangsawan Kepaksian Sekala Brak yang memang sejak awal memegang kepemimpinan sebagai SaiBatin Marga, selain itu juga Marga- Marga yang telah ada saat ini menjaga khazanah adat istiadat Kesaibatinan yang dibawa dari Kepaksian Sekala Brak ke wilayah Pesisir. Dan jika menengok sejarah yang silam, jejak kebesaran Wilayah Kepaksian Sekala Brak di Pesisir tetap ada, salah satunya adalah dengan adanya Maqom Selalau, jejak tapak Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu untuk mengenang kebesaran Kepaksian Sekala Brak, keturunan Empat Umpu Ratu yang bertalian darah persaudaraan. Mulai dari keberadaan Empat orang Umpu Ratu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Putera Umpu Ratu Ngegalang Paksi Gelar Umpu Ngegalang Paksi tiba di Kepaksian Sekala Brak untuk menyebarkan misi agama Islam. Fase ini merupakan bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung. Dengan kedatangan Keempat Umpu ini maka merupakan kemunduran dari Kerajaan Sekala Brak Purba/Kuno atau orang-orang mulia keturunan orang mulia di Bakhnasi, Tanjung Menang Belalau yang merupakan penganut agama Hindu Birawa dan sekaligus merupakan tonggak berdirinya Kepaksian Sekala Brak atau Kerajaan Sekala Brak yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam[9]. Kepaksian Sekala Brak berdiri, melanjutkan kebesaran sekala brak kuno dengan memasukkan nilai-nilai agama Islam yang Mulia, pemerintahan dibagi menjadi empat wilayah kekuasaan oleh keturunan empat bersaudara, yaitu :
- Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Kepaksian Sekala Brak berkuasa di Kepaksian Pernong Sekala Brak , Ibu Negeri Hanibung ( Batu Brak )
- Umpu Nyerupa berkuasa di Kepaksian Nyerupa, Ibu Negeri Tampak Siring.
- Umpu Belunguh berkuasa di Kepaksian Belunguh, Ibu Negeri Tanjung Menang.
- Umpu Bejalan Di Way berkuasa di Kepaksian Bejalan Di Way, Ibu Negeri Puncak.
Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Ratu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja, Raja Pagaruyung Minangkabau. Alkisah setibanya di Sekala Brak keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli( gadis ) yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Putri Indarwati Si Bulan. Sedangkan Si Bulan, berkat kesetiaannya serta ikut membantu perjuangan dakwah di Sekala Brak, maka diberi penghargaan sebagai “ Nabbai Paksi” atau saudara Kepaksian Sekala Brak, menerima kedudukan sebagai bendahara Kepaksian Sekala Brak sehingga disebutlah dengan Buay Nekhima, selain itu ia diberi wilayah di daerah Cenggiring, Itulah sebabnya nilai kehormatan tertinggi terutama di Sekala Brak adalah kesetiaan, hidup tanpa kesetiaan adalah hidup yg sumbang. Mak tippik, mau diletakkan dimana kalau seseorang mempunyai karakter penghianat dan tidak setia terhadap Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian, lebih - lebih “ tekhok ngeguggohi ”( ingin menyamakan dirinya seperti bisa mengangkat dan menyamakan dirinya dengan kedudukan Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian) adalah sebuah penghianatan yang akan jadi crita sepanjang zaman. Akan tetapi seiring perjalanan waktu kemudian Si Bulan / Putri Bulan /Putri Indrawati ini hijrah dari Sekala Brak menuju kearah matahari hidup ada yang menyebutnya negeri menggala ada juga yang menyebutnya tulang bawang. Oleh karena Si Bulan hijrah maka atas permufakatan dari keempat Paksi tugasnya sebagai bendahara Paksi dipercayakan kepada seorang keturunan dari Si Bulan yaitu Si Nyata yang ada di Pekon Luas (Pekon Simpang Luas Saat ini), ialah yang melanjutkan tugas untuk menyimpan pusaka- pusaka, Indek Ketarau 1890-1910, Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi, Kitab tua dari kulit kayu, Kitab lembaran kulit kayu, Panduan Bacaan Sholat dari lembaran kuli kayu termasuk Pepaduan dan kemudian diberi kedudukan Buay Belunguh sebagai pangtuha di wilayah Pekon Luas, kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun. Pada pada abad ke 20 Masehi Tahun 1939 M terjadi perselisihan diantara keturunan Si Nyata, memperebutkan keturunan yang tertua atau yang berhak menyimpan Pepaduan. Suku bangsa Lampung, baik yang berada di daerah Lampung, Palembang dan Pantai Banten yangn berasal dari Sekala Brak[10]. Perpindahan Warga Negeri, Kerajaan Sekala Brak ini bukannya sekaligus melainkan bertahap dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh beberapa peristiwa penting didalam sejarah seperti :
- Ketika Suku bangsa Purba (Suku Tumi) yang mendiami Sekala Brak Kuno di Tanjung Menang melarikan diri dan Sekala Brak jatuh ketangan Kepaksian Sekala Brak, hingga mereka menyebar kedaerah lain.
- Adanya bencana alam berupa gempa bumi yang memaksa sebagian Warga Negeri Kepaksian Sekala Brak untuk berpindah dan mencari penghidupan yang baru.
- Adanya hubungan yang erat antara Kepaksian Sekala Brak dengan Kesultanan Banten, sehingga banyak keturunan Kepaksian Sekala Brak yang berada di Cikoneng Banten hingga saat ini.
- Keinginan Masyarakat Kepaksian Sekala Brak untuk “Nyusuk Pekon” yang artinya mendirikan daerah baru ataupun Negeri baru untuk membesarkan adat bukan memisahkan diri.
Sehingga saat ini banyak kelompok masyarakat yang sudah berbentuk SaiBatin Marga Pesisir Barat, Marga, Bandakh, Jukku, Sumbai, Kebbu, Lamban. Di sekala brak umpu pernong serta ke tiga saudaranya tersebut mereka membuat satu kemufakatan diatas gunung pesagi untuk menjadikan sekala brak sebagai satu negeri yang dibagi menjadi Empat wilayah bagian, yang kemudian dikenal sebagai empat kepaksian/empat ke khalifahan, paksi artinya tinggi, empat pemegang pucuk tertinggi didalam adat ke empat paksi ini tidak bersekutu berpisah tidak Bercerai, mulai berdirinya kepaksian sekala bkhak ditancapkan bendera al-liwa/panji syahadatain diatas puncak gunung pesagi mulailah menjadi kepaksian sekala bkhak pada 29 rajab 688 hijriyah. rabu 24 agustus 1289 masehi. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa menyebarnya Agama Islam setelah putra dari al-mujahid memerangi ratu sekeghumong yang merupakan anak dari ratu sangkan serta cucu dari ratu mucah bawok yang memiliki sistem dan Struktur Organisasi tertua yang ada di tanah Lampung bahkan ratu sekeghummong berhasil dibunuh menggunakan sebuah keris bernama “Rakian Istinjak Darah” (keris belambangan) dan akhirnya dimenangkan oleh perserikatan Putra dari Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi sehingga dimulailah zaman Kerajaan Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam melarikan diri ke Pesisir Krui dan terus menyeberang ke pulau Jawa dan sebagian lagi ke daerah Palembang. Raja terakhir dari Buay Tumi Sekala Brak adalah Kekuk Suik sebagai anak laki-laki dari Ratu Sekeghumong dengan wilayah kekuasaannya yang terakhir di Pesisir Selatan Krui -Tanjung Cina. Dataran Sekala Brak akhirnya dikuasai oleh Kepaksian yang disertai Si Bulan “ Nabbai Paksi”, Maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh al-mujahid dengan menggunakan nama Paksi. Inilah cikal bakal Paksi Buay pernong, yang merupakan puyang Suku Bangsa Lampung. Wilayah kekuasaan dari Umpu Pernong yang wilayah kekuasaannya membentang mulai dari kecamatan Batu Brak, Kecamatan Suoh, Kecamatan Bandar Negeri Suoh setengah bagian dari Pesisir Tengah Krui yang saat ini merupakan wilayah Kabupaten Pesisir Barat, seluruh Pesisir Selatan sampai ke daerah Tikor Bekhak Tanggamus dengan pusat pemerintahan berada di Hanibung (Pekon Balak saat ini). Suku bangsa Buay Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh bahatur yang datang dari Istana Gedung Dalom dengan bantuan lima orang punggawa dari danau ranau. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya Sekitar pertengahan abad 12 s/d 13 Masehi para SaiBatin di Sekala Brak berhasil merumuskan dan menggunakan aksara sendiri yang disebut “Had Lampung. Tulisan Bahasa dan Aksara Lampung Yang Ditulis William Marsden melalui sejarah Sumatra, terbit pertama kali pada tahun 1779 dengan judul The History Of Sumatra Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung Fase ini merupakan bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Suku Bangsa Lampung. Putra dari Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang, Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong Dia adalah Pendiri Kepaksian Pernong memerintah di Henibung pad presensi Dolmen Batu Brak saat ini serta ketiga saudaranya[11].
Warisan Budaya Sekala Brak
Istana Gedung Dalom adalah tempat tinggalnya, Istananya, Pusat Pemerintahannya sang Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian, Pesikhah. Sejak zaman dahulu tempat tinggalnya sang Sultan ini disebut ISTANA GEDUNG DALOM oleh Pemerintah Hindia Belanda, oleh rakyat dan masyarakat adat, hingga pada saat kemerdekaan Republik Indonesia sampai saat ini sebutan nama terhadap Istana Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak adalah ISTANA GEDUNG DALOM. ISTANA GEDUNG DALOM ini sudah 1 (satu) kali direnovasi pada kisaran tahun 1990-1991 dan sebutannya tetap Istana Gedung Dalom, baik sebutan dari Sultan, Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat maupun sebutan dari masyarakatnya.
Budaya Sekala Brak di Istana Gedung Dalom
Upacara Penobatan, tolak bala, Lingkaran hidup, Keagamaan dan Upacara Lainnya[12]
- Upacara dalam Kesatuan Proses Kehidupan
Upacara adat dalam masyarakat Sai Batin Kepaksian Pernong, tidak terpisahkan dengan proses kehidupan sehari-hari. Artinya, upacara selalu terkait dengan tahapan-tahapan kehidupan. Tidak dijumpai upacara yang berkait dengan hari-hari peringatan tertentu, hari-hari besar tertentu. Upacara adat terkait kehamilan, kelahiran, khitan, pernikahan, dan kematian. Upacara pemberian gelar pun kebanyakan dikaitkan dengan perhelatan suatu keluarga dalam koordinasi para Kepala Jukkuan. Apabila Sultan dan Ratu datang langsung atau mengirim utusan, maka akan ada upacara penyambutan melalui tradisi penghormatan tertentu. Semua upacara itu telah memiliki baku tatacara yang lengkap.
- Penattahan Adok dan Nayuh
Salah satu upacara yang cukup penting dalam masyarakat adat Kepaksian Pernong adalah Upacara Pemberian Gelar atau Penattahan Adok. Proses Penattahan Adok dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya sebuah pesta perkawinan (nayuh) yang diselenggarakan oleh salah satu Jukkuan dalam Sekala Brak. Prosesi puncak berada di tengah acara resmi nayuh dan disaksikan oleh para Raja Kepala Jukku dari Jukkuan Kappung Batin maupun Jukkuan lain dalam Sekala Brak. Kehadiran Sai Batin dalam Penattahan Adok ini sangat diharapkan, baik oleh yang sedang punya hajat nayuh maupun masyarakat adat Sekala Brak. Kehadiran Sai Batin di tengah mereka dianggap sebagai anugerah. Urutan acara pada Upacara Penattahan Adok, Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.. menyebut secara garis besar:
- Pembacaan Surat Keputusan Sai Batin yang berisi ketetapan gelar dibacakan oleh Pemapah Dalom atau salah seorang Raja Jukkuan Kappung Batin yang ditunjuk. Dilanjutkan pembacaan nama dan gelar yang akan dianugerahkan
- Petugas Penattah membaca nama dan gelar yang diberikan disertai Penabuh Canang, yang bertugas memukul canang pada saat-saat tertentu dalam rangkaian pengumuman nama dan gelar.
Mereka ini terus didampingi Pembaca SK Sai Batin dan seorang Raja Jukkuan dari dusun yang sedang menyelenggarakan Tayuhan sebagai saksi. Petugas Penattahan Adok ini berpakaian adat lengkap: tukkus, jas tutup, serong gantung kanan, kain buppak, dan keris serta seperangkat canang. Tata urutan Penattahan Adok secara garis besar adalah sebagai berikut: Petugas Penattahan Adok menghadap Sai Batin atau yang mewakili untuk minta izin dan perkenan guna mulai menjalankan tugasnya. Petugas duduk dengan posisi Hejong Sumbah, duduk di atas dua kaki yang dilipat di belakang sedangkan badan berada di atas kaki kiri, bukan di atas lantai. Setelah duduk, petugas terlebih dahulu meletakkan keris pusaka yang dibawanya, letak pangkal (tangkai) keris ke arah Sai Batin. Setelah meletakkan keris, petugas baru melakukan penghormatan kepada SaiBatin dengan mengangkat ke atas kepala kedua belah telapak tangan dirapatkan/ditangkupkan. Selesai menghaturkan sembah. petugas penattah menyampaikan maksudnya dan melaporkan tugasnya. Setelah mendapat jawaban dan perintah Sai Batin, petugas kembali memberi sembah. Petugas penattah adok segera menuju tempat upacara. Canang dipukul. Petugas penattah mulai berbicara di depan hadirin. Ia menyampaikan salam kepada Sai Batin dan hadirin dengan bahasa yang khusus. (Butattah). Materi yang harus disampaikan dalam butattah :
- salam dan tangguhan atau alasan keberadaannya selaku petugas petattah
- kilas balik sejarah kebesaran Sekala Brak Paksi Pak Sekala Brak dalam memimpin warga dan kabuayannya
- memperkenalkan Jukkuan yang mengadakan hajatan dan figur para calon penerima gelar
- pelaksanaan pemberian gelar disertai harapan agar adok yang diberikan selalu dipakai dalam penyebutan hari-hari berikutnya
- salam dan pamit kepada Sai Batin dan hadirin. Selesai langsung kembali menghadap Sai Batin, menghatur sembah, melapor bahwa telah selesai menjalankan tugas, dan setelah mendapat perkenan Sai Batin petugas kembali ke tempat semula. Proses Pentattahan Adok berakhir. Dilanjutkan acara lain- lain[13].
Urutan Prosesi Lapahan Saibatin/Sultan Raja Adat Dikepaksian
Adat tradisi proses penyambutan Sai Batin dalam Tayuhan Jukkuan telah turun temurun dilakukan. Telah pula terjadi perubahan dari waktu ke waktu. Terakhir, Sai Batin telah menetapkan urutan prosesi secara lengkap sebagai berikut : Seperti halnya Penyambutan Sai Batin pada Tayuhan Jukkuan Gemutukh Agung Kageringan, pada tanggal 7 Oktober 2003. Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke -23 memerintahkan pada Jumat, 3 Oktober 2003 bahwa urutan upacara tersebut ditentukan urutan-urutannya. Raja Sempurna dan Raja Mega menerima perintah dimaksud. Dalam catatan Raja Sempurna, prosesi arak- arakan meliputi :
- Sai Batin menunjuk Raja Alamsyah II Suka Rajin Kageringan sebagai Pepatih Arak-arakan.
- Urutan Arak-arakan Sebelum Sai Batin tiba di lokasi, seluruh yang terlibat harus sudah siap di lokasi. Saat Sai Batin tiba di lokasi disambut oleh :
- Pepatih Arak-arakan
- Payung Songsong Kuning dipegang oleh Jukkuan Kekhatun
- membawa Pedang, 4 bilah.
- Pembawa Tombak, 8 bilah
- Kebayan
- Payung Songsong Kuning, Parajurit Pedang, Prajurit Tombak, Pepatih Arak-arakan dan Kabayan mengiring Sai Batin dari sejak turun dari mobil hingga masuk ke Awan Geminsir.
- Di kiri kanan Awan Geminsir telah berbaris Mulli Meranai Margaan mendampingi Mulli Batin seluruh Jukkuan Marga.
- Sai Batin memasuki Awan Geminsir Alat kebesaran Sai Batin semua berada di posisi masing-masing. Kabayan, Mulli Batin Jukkuan berikut Mulli Meranai lainnya serta Babbay berjalan mengikuti Awan Geminsir.
- Setelah dilaksanakan Tari Pedang Samang Begayut. Arak-arakan bergerak berjalan. Sai Batin berjalan dalam Awan Gemisir tanpa Lalamak Sambil terus berjalan, prosesi menyajikan gerak tarian, bunyi-bunyian yang meliputi : Terakot – Kekakti, Pencak Silat, Gamelan ditabuh, Hadrah (rebana) dimainkan, Muli Meranai dan Babbay Pantun.
Di titik tempat yang ditetapkan, arak-arakan berhenti. Disajikan Tarian Pedang Semang Begayut, para pemikul mengangkat tinggi-tinggi Awan Gemisir dan Sai Batin keluar dari dalamnya. Langsung Sai Batin berjalan di atas Lalamak yang disediakan khusus baginya. Sai Batin berjalan di atas Lalamak sampai dengan Kelasa. Pada saat itu, Sai Batin diiring oleh :
- 4 prajurit berpedang;
- 8 prajurit bertombak;
- payung songsong kuning;
- Kebayan.
Perangkat Arak-arakan dikumpulkan di satu tempat. Bujang Gadis dan Babbai Buar menuju tempat yang disediakan. Pada saat Sai Batin keluar dari Awan Geminsir, melewati Lalamak, menuju Kalasa disambut oleh barisan Raja-raja Jukkuan Marga berpakaian adat kebesaran dan memberi salam adat. Salam adat, kedua telapak tangan diangkat bersama di atas kening. Sai Batin membalas dengan meletakkan telapak tangan kanan di dadanya. Jadi, tidak bersalaman. Di ujung barisan Raja-raja Jukkuan berdiri para Haji dari seluruh Marga berpakaian gamis. Sai Batin memasuki Kelasa. Tetap diiring Payung Songsong Kuning dan pengawalnya sampai di tempat duduk. Payung dan Pengawal berposisi di belakang Sai Batin duduk Setelah Sai Batin duduk di Kelasa, seluruh hadirin duduk. Acara siap dimulai. Diawali Tangguhan kepada Sai Batin oleh yang mewakili Jukkuan Gemuttukh Agung. Setelah selesai Tangguhan, acara resmi dimulai dipandu oleh Pembawa Acara. Seterusnya, acara penattahan berlangsung. Biasanya juga dapat ditambah dengan barisan kehormatan berjumlah 48 orang(24 laki-laki dan 24 perempuan) memakai pakaian teluk belanga, sarung gantung ala Melayu dilengkapi dengan selempang khusus, ikat kepala merah, ikat pinggang warna merah. Pria mengenakan topi model Topi Belulang dilengkapi perisai dari rotan. Pusaka-pusaka Istana dan Pusaka Pribadi Suatu ketika, Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. memperlihatkan sebuah tongkat komando yang cukup panjang. Sekitar 60 cm. Terbuat dari kayu dan terlihat coklat tua mengkilap. Sebagaimana layaknya tongkat komando, memanjang lebih besar sedikit dari ibu jari tangan orang dewasa. Tampak seperti tongkat komando biasa. Tetapi ketika diperhatikan dengan seksama, di sepanjang permukaan tongkat komando terdapat goresan-goresan lembut yang berupa tulisan dalam huruf dan bahasa Lampung. Untuk membacanya, perlu dibersihkan dengan cara dilap menggunakan kain halus secara perlahan dan terus menerus. Setelah itu, ke atas permukaannya diusap-usapkan tepung beras putih. Setelah merata pada bagian yang terdapat lekukan garis huruf akan terisi tepung halus dan permukaan tanpa lekukan akan tetap coklat. Karenanya guratan dan goresan huruf itu bisa terbaca. Konon, berisi pesan-pesan penting dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin. Tongkat ini peninggalan para Sai Batin terdahulu dan tersimpan dengan baik sampai saat ini. Disamping keris Istinjak Darah, seperti telah diceritakan pada bagian terdahulu, Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak juga memiliki begitu banyak keris, tombak, dan pedang. Dalam ingatan Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. disamping sejumlah keris pusaka yang tersimpan rapih, kakeknya pernah memperlihatkan begitu banyak keris tanpa penutup, tanpa tangkai pegangan. Besi-besi keris itu teronggok begitu saja di kotak-kotak kayu. Paduka YM SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H. kemudian membersihkan dan memperbaiki, melengkapi keris-keris itu. Kini, sebagian dari keris itu sudah diberi sarung dan tangkai yang bagus. Beberapa di antaranya telah dianugerahkan kepada sejumlah Raja Jukkuan, para Penggawa dan orang- orang yang dipandang pantas[14].
Pemerintahan
Struktur Pemerintahan dari pada ini bisa Piramida Tertinggi adalah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian ini memegang kekuasaan menentukan mutlak Bertitah, Berita dan Lain Sebagainya semua beserta seluruhnya berpusat kepada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua hak-hak kebesaran ada pada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua yang dipakai Struktur dibawahnya atas perintah atas berkenannya, titah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, dibawahnya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah pemapah dalom, pemapah dalom ini sepertinya wakil Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, pemapah dalom ini ada 2 (dua) yang pertama terdiri dari mempunyai 2 (dua) kaki Perdana mentri dan perdana utama pemapah dalom ini mempunyai garis juga kepada kampung batin garis lurus ke kampung batin ini adalah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian tapi garis koordinasinya kepada pemapah dalom. kalau garis lurusnya dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, didalam Istana Gedung Dalom ada pengapungan batin, pemapah dalom, para puakhi saudara Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian dengan Istilah, bahasa Lampungnya "Sagedung, Isi ni Gedung" yang artinya "isi Gedung (isi Istana)" bahasa Lampungnya "Puakhi ni Saibatin" yang artinya "Saudara nya Saibatin" itu belum keluar dari Gedung (Istana Gedung Dalom) masih menyatu terhadap Istana Gedung Dalom Struktur dibawah keluarganya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah suku-suku balak yang tersebar di sepanjang pesisir Pugung Malaya, Ranau bahkan di wilayah tanggamus ini dinamakan suku-suku balak, ada juga pesumbaian dan Khaja-Khaja baca (raja-raja) Jukuan, dibawah raja Sumbai baru Batin dibawah batin namanya Kebbu di pimpin oleh seorang Radin di bawah radin bulambanan, lamban-lamban (rumah-rumah) sebelum dia berkeluarga dia lamban (rumah) biasa tapi setelah dia berkeluarga baru mempunyai kedudukan[15].
Sistem Pemerintahan Adat Di Istana Gedung Dalom Sekala Brak
Inilah warna kekayaan budaya di Tanah Lampung, jadi bicara tentang Lampung maka bicara tentang SaiBatin dan Pepadun, 2 komunitas yang saat ini tersublimasi menjadi satu peradaban baru yang menata kehidupan bermasyarakat, menjaga ketertiban dan menciptakan pranata pranata sosial dari zaman ke zaman yang dianut oleh masyarakat Lampung hingga saat ini. Eksistensi Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak sampai saat ini masih terjaga secara utuh. Sultan merupakan pucuk pimpinan tertinggi didalam adat istiadat sekala brak dengan sebutan Dudungan Mulia atau Puniakan Dalom Beliau dari masyarakat kepada sang pimpinan adat. Segala titah Sai Batin atau Sultan adalah amanat yang musti dijalankan oleh siapapun yang menerima titahnya, seperti termaktub dalam pantun azimat yang berbunyi “ Khiah Khiah Kik Dawah, Kekunang Kak Debingi, Kak Saibatin Mekhittah, Tisansat Kipak Mati “ , maknanya adalah sifat kesetiaan masyarakat adat terhadap amanah yang dititahkan oleh sultannya, sekalipun untuk menunaikannya harus mempertaruhkan nyawa.
Dalam menjalankan pemerintahan adat, sai batin memiliki struktur adat yang tersusun rapi sebagaimana pranata adat yang diteruskan dari para sultan sebelumnya, Struktur pemerintahan adat di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak sifatnya bertingkat dari atas hingga bawah, seluruh jabatan memiliki tanggun jawab dan pranata adat tersendiri. Terdapat 7 hierarki gelar dalam Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak yang dapat menentukan kedudukan atau jabatan seseorang didalam adat, dimulai dari yang tertinggi yaitu Sultan, Raja Suku/ Jungku/ Jukku, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas/ Inton.
Di dalam Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak, seorang Sultan yang berkedudukan selaku Sultan/RaiBatin Raja Adat Dikepaksian memiliki Pemapah Dalom yang mengurusi bagian internal kerajaan, sedangkan tugas eksternal dipegang oleh Perdana Menteri. Kedudukan Pemapah Dalom biasanya dipercayakan kepada paman atau adik Sultan. Para Pemapah Dalom atau Pemapah Paksi bergelar Raja/Jukuan. Adapun Masyarakat adat di dalam pemerintahan Kepaksian Pernong terkelompok dalam tingkatan wilayah pehimpunan adat, sebagai berikut :
- Wilayah Adat Jukku dipimpin Kepala Jukku bergelar Raja, seorang raja jukuan memimpin sejumlah orang yang bergelar Batin.
- Wilayah Adat Sumbai dipimpin Kepala Sumbai bergelar Batin, seorang batin memimpin sejumlah orang yang bergelar Radin.
- Wilayah Adat Kebu dipimpin Kepala Kebu bergelar Radin. seorang radin memimpin sejumlah Ragah ( kepala keluarga ).
- Lamban (Rumah/ Keluarga) dipimpin Kepala Keluarga atau Ragah.
Dalam menyelesaikan masalah ditengah masyarakat, berlaku Permufakatan Sidang Adat atau yang disebut “HIMPUN”, diantaranya ada Himpun Keluarga, Himpun Bahmekonan ( dalam satu kampung ), Himpun Kampung Batin ( Tingkat Petinggi Lingkungan Istana ), Himpun Paksi / Marga ( Tingkat Tertinggi yang dihadiri oleh Sultan ). Tata petiti didalam melaksakan himpun sangat diatur, mulai dari busana yang biasanya menggunakan kopiah dikepala serta kain sarung belipat, sikap dan sopan santun, serta tutur kata tersusun. Kedua belah pihak yang sedang melakukan percakapan didalam sebuah himpun menggunakan kata-kata yang penuh penghormatan serta alur pembicaraan yang teratur, percakapan itu biasa disebut "betetangguh ". Hasil dari sebuah musyawarah adat nantinya menjadi aturan yang musti dijalankan setelah diputuskan dan ditetapkan oleh Saibatin.
Tata Petiti Adok ( Gelar)
Adok yang menjadi bagian dari tradisi asli masyarakat Lampung adalah merupakan warisan yang terus disimbangkan ( disandangkan) kepada seorang dari generasi ke generasi. Gelar yang dimiliki seseorang menunjukkan peran dan tanggung jawabnya ditengah –tengah masyarakat, karena dengan menyandang suatu gelar maka sudah selayaknya seseorang membawa kehormatan dirinya, mewujudkan kebesaran gelarnya menjadi sebuah bentuk perilaku dan karya terbaik, serta menjaga nama baik keluarganya sebagaimana gelar yang diwariskan padanya itu telah memeberi kebesaran dimasa lalu. Terdapat tata aturan adok yang harus tetap dihormati dan dijalankan hingga kapanpun. Wujud tata petiti adok dipersonifikasikan menjadi “tungku” yaitu tiga buah batu perapian, dimana letak dan posisi ketiga batu itu harus saling berkesesuaian, tidak akan dapat digunakan jika salah satunya tiada. Kaidah adok itu berbunyi sebagai berikut, “Adok Nitutuk Tutokh, Tutokh Nutuk Di Jujjokh” artinya Gelar diikuti Panggilan, Panggilan ikut kepada Kedudukan/Nasab/Garis Keturunan. Ketiga hal tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya.
Adok
Adok diartikan dengan Gelar, dianugerahkan kepada seseorang setelah menginjak jenjang pernikahan dan dilekatkan kepada seseorang melalui prosesi adat butettah didalam rangkaian upacara adat atau Tayuhan. Diwilayah tanoh unggak sekala brak, adok memiliki hierarki atau tingkatan sebagai berikut :
- Sultan ( untuk Saibatin Paksi )
- Khaja dibaca (raja) / Dipati.
- Batin
- Radin
- Minak
- Kimas
- Mas/Inton
Setiap jenjang adok memiliki “ rukun pedandan” atau ketentuan adat tersendiri yang dilarang dipakai oleh adok lain, melekat bagi dirinya tatanan adat mengenai “alat di lamban, alat dibadan , dan alat dilapahan”. Oleh karena kekhususan tatanan tersebut, dengan melihat tatanan yang dikenakan seseorang, maka dengan mudah dapat diketahui kedudukan dan adoknya.
Tutokh / Tutukh / Panggilan di Kepaksian Pernong Sekala Brak
Masyarakat adat Lampung dalam berkomunikasi sangatlah mengedepankan etika sopan santun sesuai tata petiti adat yang ada, diantaranya dalam hal panggilan atau tutokh yang harus disesuaikan dengan adok seseorang.
- Tutokh “ Pun “ ( pria ) dan “ Kaka Ratu “ ( wanita ) adalah panggilan kepada kakak tertua bagi keluarga Sai Batin atau yang beradok Sultan / pangeran / Dalom. Dan untuk tutokh kepada orang tuanya adalah Pak Dalom dan Ina Dalom. Secara umum tutokh untuk seorang Sultan adalah Puniakan Dalom Beliau.
- Tutokh “ Atin” adalah untuk panggilan kepada kakak tertua bagi keluarga Dipati atau yang beradok Raja. Dan untuk tutokh kepada orang tua nya adalah Pak Batin dan Ina Batin.
- Tutokh “ Dang” ( pria ) dan “ Cik Wo “ ( wanita ) adalah panggilan untuk kakak tertua bagi keluarga Batin. Dan untuk tutokh kepada orang tua nya adalah Tuan Tengah dan Cik Tengah.
- Tutokh “ Udo Ngah “ ( pria ) dan “ Cik Ngah “ ( wanita ) adalah panggilan kakak tertua bagi keluarga dari seorang yang ber adok Radin. Dan untuk tutokh kepada orang tua nya adalah Pak Balak dan Ina Balak.
- Tutokh “Udo” dan “uwo” adalah panggilan kakak tertua bagi keluarga dari seorang yang beradok Minak . Dan untuk tutokh kepada orang tua nya adalah Pak Ngah dan Mak Ngah.
Tutokh “abang dan ngah” adalah panggilan untuk kakak bagi jenjang di bawah nya . Dan untuk tutokh kepada orang tua adalah Pak Lunik dan Ina Lunik, Pak Cik dan Mak Cik.
Jujjokh
Jujjokh dapat diartikan sebagai kedudukan. Ada beberapa macam ketentuan mengenai jujjokh yaitu Adok Sultan berkedudukan sebagai Saibatin Paksi, seorang beradok Raja memiliki kedudukan sebagai kepala jukkuan atau suku, seorang Batin memiliki kedudukan sebagai kepala sumbai, seorang Radin berkedudukan sebagai kepala kebu, adok Minak / Kimas / Mas berkedudukan sebagai Ragah atau kepala keluarga.
Dalam tata petiti adat, sejatinya seluruh adok adalah mutlak anugerah dari Pimpinan Adat Tertinggi yaitu Sultan atau Sai Batin, meski demikian adok juga dianugerahkan mempertimbangkan atas jasa seseorang kepada adat. Sai Batin mengambil keputusan bukan tanpa dasar dan menutup diri atas aspirasi dari bawah. Untuk seseorang yang akan diberi adok Para. Raja / Depati berkewajiban menyusun angkat tindih ( tingkatan ) status anak buah seoseorang tersebut, untuk kemudian dilaksanakan musyawarah atau disebut Himpun/Hippun. Para kepala Jukku berkewajiban menyusun akkat tindih (tingkatan) status anak buah yang akan diberi gelar. Akkat tindih itu kemudian dimusyawarahkan dengan raja-raja Kappung Batin. Pengusulan pakkal ni adok ini harus menimbang gelar dari ayahnya (lulus kawai); cakak adok (naik tingkatan gelar) dan adanya pemekaran Jukkuan. Hasil musyawarah diserahkan kepada Sai Batin melalui Pemapah Dalom/Pemapah Paksi untuk dimintakan persetujuan. Apa pun keputusan Sai Batin itulah yang harus diterima. Jika seorang menyandang adok yang tidak sesuai tata adatnya maka masyarakat mengistilahkan dengan “ Busuk Huwak ” atau memakai baju yang ukurannya kebesaran sehingga terlihat janggal dan tidak pantas maka menimbulkan “ Upok Bujuk “ atau cemo’ohan masyarakat atas perilaku tersebut. Masyarakat adat Lampung yang memegang teguh tata petiti adat saibatin “ Pandai Dihejonganni Dikhi” yang berarti faham letak dan peran dirinya dalam masyarakat adat untuk senantiasa berbuat yang terbaik sesuai kapasitas diri. Negeri baru bentukan dari Si Bulan (Buay Bulan) atau Putri Indarwati yang berasal dari Sekala Brak mendirikan negeri yang baru diluar Bumi Sekala Brak yaitu di daerah Tulang Bawang.
Tujuh Pedoman Hidup suku bangsa Lampung
- Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
- Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
- Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
- Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
- Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
- Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
- Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.
Falsafah Hidup Masyarakat Lampung
Menurut kitab Kuntara Raja Niti, suku bangsa Lampung haruslah memiliki Lima Falsafah Hidup:
- Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri),
- Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya),
- Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi, selalu mempererat persaudaraan serta ramah menerima tamu),
- Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis),
- Sakai-Sambayan (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).
Sekilas Tentang Seni Dan Tradisi Sekala Brak
Bangsa Lampung memiliki ragam kesenian yang kaya akan keragaman, keindahan dan keanggunan budaya. Tarian yang dibawakan oleh Muli Meghanai Lampung memiliki ciri khas gerak serta langgam tersendiri. Tarian klasik yang diselenggarakan pada saat upacara kerajaan adalah suatu bentuk tarian yang dikenal dengan nama Tarakot Kataki atau Lalayang Kasiwan yang masing masing diperagakan oleh dua belas Meghanai secara bersama sama sebagian memegang kipas dan sebagian lagi tidak memegang kipas.
Ragam tarian lain adalah Tari Tanggai yang ditampilkan oleh satu, dua, atau empat orang Muli yang masing masing memegang kipas. Di dalam membawakan Tari Tanggai para Muli ini menggunakan aksesoris berupa kuku kuku panjang yang terbuat dari perak yang dipasang diujung jari para penari. Tari tersebut diiringi oleh irama Gamulan/Kulintang dengan ditingkahi para Meghanai yang membawakan bait tertentu yang dinamakan Ngadidang. Dalam sepuluh hari di dalam bulan Syawal diadakan Sekuraan yaitu Festival Topeng yang diselenggarakan sebagai ungkapan suka cita setelah sebulan penuh berpuasa dan mendapatkan Hari Kemenangan. Sekuraan ini diadakan dibeberapa Pekon di Sekala Brak dengan berbagai suguhan Kesenian seperti Silek, Muwayak, Hadra, dan Nyambai oleh para Sekura. Ada dua tipe Sekura yaitu Sekura Helau yang melambangkan kebajikan dan kebijaksanaan dan Sekura Kamak yang melambangkan Ketamakan dan Keangkaramurkaan. Sekura Helau mengenakan kostum yang indah dan bagus seperti bawahan yang mengenakan kain yang bermotifkan Tapis dan atasan yang mengenakan Kain Panjang, sedangkan Sekura Kamak mengenakan Topeng yang menyeramkan dan kostum yang kebanyakan berwarna hitam hitam. Setiap sehari sebelum Idul Fitri dan Idul Adha ada tradisi Ngelemang pada Paksi Paksi di Sekala Brak terutama di Paksi Buay Bejalan Di Way, ada beberapa jenis Lemang seperti Lemang Siwok yang terbuat dari ketan, Lemang Bungking yang terbuat dari ketan–pisang, dan Lemang Ceghughut yang terbuat dari ketan–gula merah. Tradisi ini sebenarnya adalah tradisi lanjutan seperti yang berlaku di daerah Minangkabau.
Bangsa Lampung dikenal memiliki kain tenun yang indah dan anggun yang dikenal dengan Kain Tapis. Tapis adalah kain yang agung dan sakral yang pada mulanya hanya dikenakan oleh Para Saibatin dan keluarganya saja terutama dikenakan dalam Gawi dan Upacara adat. Namun dalam perkembangannya Kain Tapis telah diproduksi secara massal sehingga setiap khalayak dapat berkesempatan untuk memiliki dan mengenakannya. Saat ini Kain Tapis telah dikomersialkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan telah melanglangbuana hingga ke mancanegara. Kini Kain Tapis telah mengalami perkembangannya hingga semakin variatif dengan berbagai macam bentuk dan telah merambah dunia fasion seperti pakaian dan aksesoris aksesoris yang bermotifkan Tapis.
Sekala Brak
Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23
PYM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H.
- BIODATA
Nama : Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H. gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke – 23 Lahir: Jakarta, 27 Februari 1958 Istri: Puniakan Ratu Ir. Nurul Adiati Gelar Ratu Mas Itton Dalom Ratu Sekala Brak
- Pendidikan:
- S-1 Fakultas Hukum UGM (1983)
- Sepamilsuk atau PPSS (penerimaan perwira sumber polisi) tahun 1983
- Dikjur Serse
- Selapa Dikreg XX tahun 1992
- Sespim tahun 2000
- Riwayat Jabatan Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syah pernong,S.H. Gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23
- Penempatan Pertama di ilmu perguruan tinggi kepolisian (1986)
- Reserse Mabes Polri sebagai panit reserse umum mabes polri Setelah itu bergulir ke selapa lalu masuk reserse umum pertama di PTIK kedua panit dari ( 1986/1991) di reserse mabes polri.
- Kasubnit I Reserse Umum Polda Metro Jaya (1992)
- Kasat Serse Polres Metro Bekasi Polda Metro Jaya (1992)
- Kasat Serse Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1995
- Kabag Reserse Tipiter Polda Jabar (2000)
- Kabag Reserse Polwiltabes Bandung Polda Jabar (2000)
- Kapolres Bandung Tengah Polwiltabes Bandung Polda Jabar (2001)
- Kapolres Bandung Polda Jabar (2002)
- Wakapoltabes Palembang Polda Sumsel
- Kapolres Metro Bekasi Polda Metro Jaya
- Kapolres Metro Jakarta Barat Polda Metro Jaya (2006)
- Penyidik Utama Dit. V/Tipiter Bareskrim Polri
- Kapolwiltabes Semarang Polda Jateng (2009)
- Kadepkum Dit Akademik Akpol Lemdikpol Polri (2010)
- Wakapolda Sulteng (2013)
- Wakapolda Malut (2013)
- Widyaiswara Madya Sespim Lemdikpol Polri (2013)
- Karorenmin Bareskrim Polri (2014)
- Kapolda Lampung (2015)
- Analis Kebijakan Utama Sahli Kapolri (2016)
- Pati Sahli Kapolri (2016).
Para Pahlawan Perjuangan, Kemerdekaan Istana Gedung Dalom
- Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya tahun (1801 M-1844 M)
Catetan Tentang Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya, Sekitar tahun (1801):
Terjadi suatu hubungan antara Sekala Brak dengan Inggeris, Portugis dan lain sebagainya dalam menjalin hubungan perdagangan pada beberapa tahun kemudian terjadi pertukaran inggeris dan belanda, Singapure dan Bengkulu Belanda mendapatkan Bengkulu dan Inggeris meninggalkan Bengkulu untuk mendapatkan Singapure suatu hal yang pasti bahwasanya Inggeris tidak pernah menjajah ada beberapa perjanjian baik di Paksi Nyerupa, Bejalan diway, Belunguh dan Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak perjanjian kompeni Inggeris untuk tidak saling menyerang. Kemudian apabila musuh menyerang dari laut kompeni Inggeris yang menghadapi apabila musuh menyerang dari darat Kepaksian Sekala Brak yang menghadapi, pada saat penyerahan pertukaran antara Brngkulu dan Singapure Belanda ini mengklem menyatakan kepada Kepaksian Sekala Brak bahwasanya kami dalam perjanjian ini mendapat mandat dari Inggeris bahwa wilayah Kode 12, Kalianda, Kota Agung, Teluk Betung, Soekadana, Goenoeng Soegih, Tarabangi, Menggala, Kotaboemi dan termasuk Wilayah Bengkulu adalah jajahan Inggeris yang sudah dikuasai Inggeris karena Paksi Pak tidak bisa menerima terjadilah peperangan yang cukup lama didalam sejarah sehingga Kepaksian Sekala Brak dapat dikalahkan.
- Pangeran Batin Sekhandak Permaisuri Pinang Gelar Sultan Ratu Simbangan Dalom, Tahun (1844 M-1852 M) Sekala Brak Dibawah Kekuasaan Belanda, masa perang dengan Kolonial Belanda yang memeras rakyat serta menerapkan politik devide ed impera.
- Yang Dipertuan Pangeran Ringgau Gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala Permaisuri Siti Habibah Gelar Ratu Pemuka Agung tahun (1852 M-1879 M)
Catetan :
Pada masa kepemimpinan Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala beliau dapat menyelesaikan Komflik yang tenjadi di rejang lebong dan pesemah lebar, atas kesuksesan tersebut pemerintah belanda menganugerahkan SANDANG MERDEKA Kepada Kepaksian Sekala Brak dimerdekakan selama 14 tahun, mengurus pemerintahan sendiri, di bebaskan dari pajak bumi dang awe raja, Pemberontakan dengan serangan-serangan ke loji-loji Belanda kerap terjadi pada zaman ini, terutama ketegangan pada tahun 1860 pada saat pangeran ringgau tidak mau turun dari kuda, Pada saat inilah rumpun bambu di “pekon/desa Kerang dipagar dan diberlakukan ordonasi yang disebut ordonasi van kerang, karena selalu diambil oleh masyarakat sebagai senjata perang dan dijadikan symbol gaib dalam keberanian menghadapi Belanda pada saat itu.
- Yang Dipertuan Bali Pangeran Hajji Habbiburahman Gelar Sultan Pangeran Sampurna Jaya Dalom Permata Intan Permaisuri Siti Nurpipah Gelar Ratu Hj Siti Khodijah Tahun (1879 M-1904 M). (yang dipertuan ke-19). Akan/Ayah dari Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja tahun (1904) Selain Seorang Sultan Beliau, Seorang ulama besar penyebar Islam).
- Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja Permaisuri Rikna Duaya Gelar Ratu Hajjah Siti Fatimah tahun (1904 M-1926 M), (yang dipertuan ke-20) Selain Seorang Sultan Beliau, Seorang ulama besar penyebar Islam, belanda tidak pernah berani menegur beliau menggunakan Gelar Sultan walaupun sejak zaman Pangeran batinsekhandak gelar sultan sudah dilarang oleh pemerintahan belanda. Catetan tentang Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja:
Sebab mendapat gelar Harmain untuk sultan memegang kekuasan dan kepemimpinan Saibatin Marga Liwa dan Saibatin Kepaksian Sekala Brak. Dia merupakan cucu kandung Pendiri Marga liwa Pangeran Indrapati Cakra Negara yang mendapat mandat hak kesaibatinan. Selanjutnya sultan Harmain melepas kesaibatinan marga dan kedudukan sebagai kesaibatinan diturunkan kepada Putrinya Tjik Mas yang menikah dengan putra Pasirah Liwa bernama Muhammad Athorid. Kemudian karena memiliki seorang putri Ratu Siti Maisuri, maka kemudia dia menikah dengan Putra kedua Pangeran Haji Suhaimi, Adik Kandung Sultan Maulana Balyan yang bernama H abdul muis, dan ditetapkan sebagai Saibatin marga liwa, merupakan Kebesaran Indra Pari Cakra Negara, Sulta haji Merah Dani saat mulai digunakannya kembali menggunakan Gelar Sultan dalam Kepaksian Sekala Brak setelah dia diberi gelar Sultan oleh Kkhalifahan Utsmani sekembalinya dari Istambul sekitar tahun 1899. Saat itu pemerintah colonial tidak berani menegur, karena mengetahui itu pemberian dari sultan turki Utsmani. Akan/Ayah dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi).
- Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi Permaisuri Hj. Ratu Lela Amrin Gelar Ratu Mas Ria Intan Minak Ghalangan Dalom Ratu Batu Brak Kepaksian Pernong Tahun (1926 M-1949 M), (yang dipertuan ke-21). Catetan Tentang Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi :
- Pada masa ini pemerintah belanda sudah mulai melunak, salah satunya dengan mengijinkan putranya sekolah di Europa School (ALS) Kemudian jepang berkuasa Pangeran H Suhaimi bersama tiga putranya langsung masuk hutan ber geliria berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
- Bupati Perang Lampung Tengah - Wedana Perang Pimpinan perlawanan Rakyat Bukit Kemuning, Front Utara , Wedana Krui.
- Pada masa revolusi membentuk API ( Angkatan Pemuda Indonesia ) dan masuk TNI sebagai wedana perang di Lampung Utara, dan sebagai Bupati Perang di daerah Lampung Tengah juga bergerilya di Lampung Selatan. (Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi Akan/Ayah dari Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Tahun (1949)).
- Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Permaisuri Puniakan Ratu Hj. . Rochma Syuri Maulana Gelar Ratu Mas Ria Intan Ratu Batu Brak Kepaksian Pernong. Tahun (1949 M-1989 M), (yang dipertuan ke-22). Catetan Tentang Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya :
- Beliau seorang pejuang kemerdekaan di daerah Palembang dan Lampung, Ikut serta dalam Operasi Andi Selle dan Penumpasan RSM di Maluku Selatan.
- Perjuangan Kemerdekaan Masa Revolusi umur 16 tahun dengan pangkat VAANDRIG, sebagai komandan front KEMELAK dalam perebutan kota Batu Raja.
- DANTON MOBILE TROOPS, bersama yon 2001 Garuda Hitam, pendaratan di pantai ambon perebutan benteng Victoria. dan pendaratan di Pulau saparua tahun 1950 terakhir di Pemda Provinsi Lampung sebagai Kepala Staf Polisi pamong Praja. - dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kedaton Bandar lampung.
- Pahlawan Akmal
Tentang Umpu Raja Dunia Muda Gelar Sultan Maha Raja Muda
Umpu Raja Dunia Muda Gelar Sultan Maha Raja Muda, Pada masa itu sekitar tahun (1571 M-1645 M). Catetan Tentang Umpu Raja Dunia Gelar Umpu Raja, Pada masa itu sekitar: Ada serangan dari kejauhan dari kerajaan Palembang tampa pemberitahuan tampa ada suatu layaknya pertikaian tiba-tiba menyerang sekala brak, dalam rentang waktu perlawanan ahirnya pasukan Palembang itu bisa di pukul mundur dan kembali.
Permaisuri
Putra dan Putri Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke 23 serta Permaisuri Puniakan Ratu Ir. Nurul Adiati Gelar Ratu Mas Itton Dalom Ratu Kepaksian Pernong Sekala Brak :
- Putra Mahkota Sekala Brak Pangeran Alprinse Syah Pernong
- Dalom Putri Aregina Nareswari Firuzzaurahma Pernong,S.H.,M.H. Suami Gusti Dalom Sesuhunan AKBP. Doffie Fahlevi Sanjaya,SI.K,M.S.I
Pepatih – pepatih istana gedung dalom sekala brak
- Putra dan Putri dari Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Permaisuri Puniakan Ratu Hj. Rochma Syuri Maulana Gelar Ratu Mas Ria Intan Ratu Batu Brak Kepaksian Pernong. Putra Pertama dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- Dalom Putri Hj. Gurti Komarawati Suami H. Madhasnurin,S.E.
- Gusti Batin DR. Erlina Rufaidah,S.E., Ms.i. Suami Pur. Kol.Kav Drs. Gustam effendi
- Gusti Batin Evi Emiria Suzanna,BSc, SKM.
- Gusti Batin Dra. Dian Christini Suami Ir. Erlan
- Gusti Batin Ir. Linda Kencana
- Gusti Batin Yanny Munawarty,S.T.,MM Suami Dr. Widyatmoko Kurniawan
- Putra Putri dari H. AMOEIS Istri Hj. SITI MAISURI Putra Kedua dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- H. dr. Chairul Muluk Muis Istri Hj. dr Endang Susanti, M.Kes
- AKBP.H.Drs. Syahrial Utama Muis M.si Istri Dra. Hj. Farida
- Hj. Irma.S.E.,M.M Suami Ir. H. Putut
- Kol CHK Zulkipli Muis,S.H.,M.H. Istri Letkol CHK Eka Novianti S.H.,M.H.
- Hj Indah Permata BA Suami H.Ir. Fahruddin
- AKBP Pol. Huari Muis,S.E. Istri Irna Nuriwati,S.E.,M.M.
- Cahyadi,S.H. Istri Siti Chamroh,S.H.
- Letkol CHK Hendra Gunawan Muis,S.H.,Msi. Istri AKBP. Pol Henny Wuryandari,S.H.
- Putra Putri dari H Kapten AU. Moh. Bunyamin Istri Maslena Dewi Putra ketiga dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- H. Drs. Beny Anas Bunyamin Istri Iryanti Husen BA (Pemapah Dalom)
- H. Beny Anis Bunyamin, SE.SH Istri Lilik Pristijowati,SE
- Letjend Pol. Drs. Ike Edwin.SH.MH Istri Hj dr. Aida Sofina
- Hendrik Bunyamin,SH Istri Hj Ida Kencana Wati,SE
- Hj Dra. Ummi Lela Yunita Suami M. Ukon Prawirakusumah.Spd
- Hj. Dra. Widya Suami Drs. Nero Kunang
- Hj Dra. Rachmi Fitria Sari Suami H. Drs. Sunandar Mursid Dani.
- Putra Putri dari Hj. Putri Komala Sari Suami Ling Tajuddin,SH Putri pertama dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- Ir Marga Jaya Diningrat Istri Yuniati (Perdana Utama)
- Drs Adi Surya Istri Neni Martini. BA
- Serikit Sekar Sari, SE Suami Catur Setia Nanto
- Lela Tresna SE Suami Johan Iskandar. Msi
- Agung Purnama. SE Istri Yeniza. SE
- AKBP Ulung Sempurna Jaya.Sik Istri Nurul Sita Laksmi.SE
- Tata Suharta Istri Diana Mustika
- Putra Putri dari Ibrohim Istri Hj Paulina Putra keempat dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- Joni Kardono Istri Hj Yuni
- Leni Juwita Suami H. Letkol. CZI Syarif Hidayat
- Edi Irianto Istri Rini
- Rudi Pernong S.H. –
- Eva Maya Sari Suami Aris Yanto
- Unggul Jaya Purnama –
- Yulius Sanjaya –
- Nuraini,S.pd –
- Putra Putri dari Hj. Mariyam Junariah.SM. Perawat Suami H. Kol CKU Tohir Ismail Balaw Putri kedua dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- H. Irjen. Pol. Drs Tomsi Tohir Balaw, M.Si Istri H. Niken M.Knot
- H. Andi Wawan. S.E.,Msi Istri Emma Saturday,S.E.
- Hj. Dr.Emilia Tohir Balaw, SPPk,Mkes Suami dr. Yusuf Ahmad Spd, Mkes.
- Kol. AD Kaveleri Topri Daeng Balaw,S.E.,S.Sos, Istri ViedaAmilia h,S.H.
- Putra Putri dari Syamsiar Sifarolla,BA Suami H. Drs Moh Naguib Putri ketiga dari Pangera H. Suhaimi Gelar Sultan Lelamuda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi.
- H.Moh. Boy. Hasmi,S.E. -
- Marina Ariesti,S.Sos Suami Anggie Pratama,S.E.
- Cucu dari Pangeran Maulana Balyan Gelar Sultan Sempurna Jaya Permaisuri Puniakan Ratu Hj. Rochma Syuri Maulana Gelar Ratu Mas Ria Intan Ratu Batu Brak Kepaksian Pernong.
- Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong
- Aregina Nareswari Fruzzaurahma Pernong,S.H.,M.H.
- Ferdiyanti
- Reizky Yuslana
- Andriansyah
- Brillyant Asnursyah Ningrat Putra
- Erlita Ledyana
- Chantika Maharani Marla Putri
- Widyan Putra Anantawikrama
Perangkat Adat (Pemangku Adat Kepaksian/Kerajaan)
Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung
- Pengapungan Batin (Kampung Batin)
- Khaja Paksi
- Khaja Akkat Zaman
- Khaja Pendaksa
- Khaja Itton
- Khaja Batin
- Khaja Juhan
- Khaja Diawan
- Khaja Sampurna
Para bangsawan pembesar adat, saudara angkat sultan/saibatin raja adat dikepaksian yang telah diangkat menjadi pembesar bangsawan tinggi kerajaan adat kepaksian pernong sekala brak
- Dr. H. Iskandar Zulkarnain,M.H. Gelar Radin Kiemas Panji Utama (RKPU)
- Irjen. Pol. Drs. Suntana, M.Si
- Irjen Pol. Purwadi Arianto, M.Si
- DR.(H.C.) H. Zulkifli Hasan,SE.MM
- Puakhi Pungsu Marga Tionghoa jadi Saudara Kepaksian Sekala Brak.
- Hi.Samsul Hadi M.Pd.I
- 7 Penyimbang Adat Pepadun
- Pemapah dalom sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 Drs. H. Beni Anas Bunyamin Gelar Raja Mangku Bumi Pemapah Dalom
- Perdana utama kerajaan adat kepaksian pernong sekala brak Dalom Marga Ir. Marga Jaya Dinigrat Catetan :
Untuk Pemapah Dalom, Mengkoordinasikan kepada Khaja-Khaja Pengapungan Batin, Khaja-Khaja Suku Wilayah yang ada di Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak dan di luar Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak di Provinsi Lampung, Saibatin Marga Kerabat yang telah mendirikan negeri-negeri baru di wilayah pesisir yang mempunyai hubungan kekerabatan dan kebesaran dengan Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak dan kebesaran-kebesaran Kerajaan Sultan Pendahulu.
Kepala suku khaja jukuan paksi Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung
- Pekon pekon balak
- Khaja Pendaksa lamban pekuon
- Khaja singgalang lamban lamban lunik
- Khaja wirokusuma Lamban banjakh
- Kaja perdana 2 Lamban bandakh
- Khaja iton 2 lamban lamban balak
- Kaja juhan 2 lamban kagungan
- Khaja sampuna 2 lamban sukamarga
- Khaja bati 2 Lamban bandung
- Kaja diawan 2 lamban gajah minga
- Khaja akat jaman Lamban akkat zaman
- khaja paksi 2 lamban keratun
- Pekon gekhingan
- Khaja muka 2 lamban suka khajin
- Khaja purba 2 lamban gemuttukh agung
- Khaja nusirwan lamban suka jaya
- Khaja teguh lamban kejayaan
- Khaja alam lamban banjakh masin
- Khaja sukma jaya lamban undokh
- Khaja turja 2 lamban suka jaman
- Khaja utama lamban suka maju
- Khaja simbangan lamban suka mulya
- Khaja alam lamban banjakh masin
- Khaja utakha lamban kedamaian
- Pekon awi
- Depati khaja wira negata lamaban kagungan batin
- Khaja kuta negara lamaban sukamarga
- Khaja mulya 2 lamban lamban lunik
- Khaja penata negeri lamban sukakhaja
- Khaja susunan 2 lamban bandakh
- Khaja makmur lamban suka makmur bdg
- Khaja permata putra lamban bandakh agung
- Pekon kutabesi
- Khaja simbangan dalom lamban gemuttukh agung
- Khaja siakh bittang lamban kagungan
- Khaja penimbang lamban sukamaju
- Khaja mashur lamban lamban margasuka
- Khaja semuka dalom II banjakh agung
- Khaja diwa lamban pekuon
- Khaja tana jaya lamban marga jaya
- Khaja timbangan paksi lamban pardasuka
- Khaja imbangan lamban sukabanjakh
- Khaja rangkaian paksi lamban lamban balak
- Khaja simbangan agung lamban sukamaju
- Batin singatti lamban tanjakh agung pekon kekhang
- Pekon kekhang
- Khaja kekhusun lamban kejayaan
- Khaja sejammbak lamban Sukaj
- Khaja tuanbatin lamban kakhang takhuna agung
- Khaja pemutokh alam lamban gemuttukh agung
- Khaja sindikhan lamban suka khajin
- Khaja pengumbang lamban tanjakh agung
- Belappau
- Khaja petukhuh lamban banjakh agung
- Way tenong
- Batin putro lamban kejadian
- Batin maninjau lamban pekuon kejadian
- Way suluh
- Khaja pemuka lamban semula jadi
- Batin setia lamban kekhatuan
- Pekon sukabumi
- Khaja gala putra lamban kejayaan
- Khaja pendawa lamban banjakh masin
- Khaja mangku lamban parda suka
- Khaja utusan lamban lamban balak
- Khaja sudirman lamban sukamejadi
- Khaja salinggang lamban sukakhajin
- Khaja aspagani lamban kagungan
- Khaja penggawa lamban bandung
- Pekon Canggu
- Khaja bintang lamban margasana
- Khaja nitialam lamban kedamaian
- Khaja similau dalom lamaban banjakh agung
- Khaja semula jaya lamban sukajadi
- Khaja puting marga lamban suka banjakh
- Khaja tunggal lamban sukarame
- Khaja wijaya
- Khaja kusuma
- Khaja duta perbangsa lamban unggokhan batin (juru bicara kerajaan)
- Khaja simbangan lamban Unggokhan dalom
- Khaja umpuan lamban parda suka
- Pekon gunungsugih
- Khaja indra bangsawan lamban banjakhmasin
- Khaja ngagittokh lamban banjakh agung
- Khaja kemala lamban sukaraja
- Khaja cakranringrat 2 lamban suka khajin
Dewan Adat
- Dewan adat adalah Struktur organisasi para khaja-khaja jukuan paksi 30 personil kepengurusan serta keanggotaan nya adalah seluruh para khaja-khaja jukuan paksi yang ada di lampung barat dan sepanjang pesisir tanah lampung yang telah dinobatkan oleh para saibati dahulu dan sekarang
Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung
- Saibatin marga ulu krui
- Saibatin marga way sindi
- Marga tenumbang
- Marga pugung tampak
- Marga pugung penengahan
- Marga pugung malaya
- Magra pidada
- Marga pasakh krui
- Marga ngakhas
- Marga ngambukh
- Marga la'ai
- Marga bengkunat
- Marga belimbing
- Marga bandakh
- Marga pulau pisang
Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
- Kepala suku laila muda jukuan Kagungan pekon balak
- Kepala suku tanjung sari jukuan suka khajin kenyangan
- Kepala suku bittang jukuan margasana canggu
- Kepala suku penggalang jukuan gumitar agung kegeringan
- Kepala suku indra pura jukuan sukajadi kerang
- Kepala suku perbangsa jukuan suka merindu kegeringan
- Kepala suku tutukan jukuan suka maju kegeringan
- Kepala suku dudungan jukuan sukamulya kegeringan
- Kepala suku pilihan jukuan sukasari kegeringan
- Kepala suku kalipah jukuan kagungan II sukabumi
- Kepala suku parsi II jukuan lamban lunik pekon balak
- Kepala suku mulyawan jukuan suka mandi pekonbalak
- Kepala suku unggulan jukuan kejayaan kegeringan
- Kepala suku simbangan jukuan undokh kegeringan
- Kepala suku tamunggung jukuan kagungan kutabesi
- Kepala suku Pasai jukuan kagungan kutabesi
- Kepala suku penyangga jukuan kagungan kutabesi
- Kepala suku muria II jukuan Kagungan kutabesi
- Kepala suku mutar alam jukuan banjar agung kerang
- Kepala suku diawan jukuan kagungan kutabesi
- Kepala suku gunung jukuan gunung sugih
- Kepala suku muda suka jukuan gunung sugih
- Kepala suku mulya suka jukuan banjakh agung gunung sugih
- Kepala suku jaya jukuan suka banjakh kutabesi
- Kepala suku muka jukuan banjakh agung canggu
- Kepala suku pengatur jukuan gemuttukh agung kutabesi
- Kepala suku mulia jukuan gemuttukh agung kutabesi
- Kepala suku penyimbang jukuan gemuttukh agung kutabesi
- Kepala suku indra bangsawan jukuan gemuttukh agung kutabesi
- Kepala suku Negeri agung
- Kepala suku Kedaloman
- Kepala suku talang padang
- Kepala suku banding agung
- Kepala suku Sukaraja
- Kepala suku sukaraja II
Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- Khaja kumala dewa lamban padasuka
- Khaja utakha lamban kedamaian gemuttukh agung kegeringan
- batin mulya lamban lamban lunik pekon awi
- Batin penyaccang lamban bandakh
- batin pemuka lamban lamban balak keagungan
- batin sepupu lamban lamban lunik sukaraja
- batin saksi lamban lamban lunik sukakhaja
- Dalom pelita marga lamban lamban balak mandawasa
- dalom surya darma lamban jatiagung suka ratu
- dalom pengikhan lamban kademangan sukawangi
- khadin saksi lamban kademangan sukawangi
- batin sampukna jaya lamban lamban balak pekon suka wangi
- Khaja muda sembilan lamban lamban lunik tuala liwa
- batin junjungan lamban lamban balak negeri agung liwa
- pengikhan ogokhan jaman lamban lamban balak mutokh agung
- Dalom akbar sampurna jaya lamban balak sukau
Pesumbaian 17 daerah Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
- Kerukunan pembesar Adat way lima pesumbaian 17 kedondong marga way lima suku-suku sumbai-sumbai yang turun dari sekala brak yang dulu berasal dari sekala brak beberapa kebandakhan di kabupaten pesawaran.
Saibatin marga way handak daerah Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
- Saibatin marga ratu
- Saibatin marga dantaran
- Saibatin marga raja basa
- Saibatin marga legun
- Saibatin marga ketibung
Pembesar adat jamma balak saibatin suku marga kota bandar lampung yang berasal dari sekala brak
- Marga balak
- Marga lunik
- Marga bumi waras
Pengawal Khusus Putra Mahkota daerah Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
- Marga legun Obie Muzaffar
Pangglima Kerajaan Adat daerah Kabupaten Lampung selatan
- Panglima Tapak Belang
- Panglima Alif Jaya
- Panglima Elang Berantai
- Panglima Sindang Kunyaian
Struktur Hanggum Jejama di Kepaksian
- Hanggum Jejama komunitas pelestarian adat dan budaya Istana Gedung Dalom Sekala Brak.
- Hanggum Jejama Sekretariat Istana Gedung Dalom Kepaksian di Sekala Brak.
- Hanggum Jejama Mully Mekhanai Paksi di Istana Gedung Dalom Kota Bandar Lampung.
Pendekar Puting Beliung
- Pendekar puting beliung daerah Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus 41 personil pasukan ring 1 Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian.
Profil puting beliung
Muasal Pendekar Puting Beliung Paduka Yang Mulia SPDB Drs. H. Pangeran Edward Syah Pernong, S.H., M.H. Sultan/SaiBatin Raja Adat di Kepaksian, Sultan Sekala Bkhak Yang Dipertuan Ke-23, berkisah menjelaskan asal usul Pendekar Puting Beliung kepada Fenomena Budaya Nusantara com. di Bandar Lampung. Dipaparkannya, bahwa Pendekar Puting Beliung ini ada 41 orang, karena para hulubalang kerajaan selain di pusat kerajaan sekala brak di lampung barat, hulubalang dan pendekar kepaksian pernong banyak tersebar di tujuh kabupaten di propinsi menjaga masyarakat adat dan bersinergi dengan pemerintah daerah setempat termasuk dengan kepolisian resort setempat. terutama di wilayah Lampung selatan, banyak para pendekarnya, kalau dulu di wilayah pusat kerajaan di Sekala brak Lampung barat para hulu balang banyak yang dididik oleh puting beliung, yaitu yang dinamakan Labung Angin, selain itu ada hulubalang Tikam Seribu pemeganng pusaka tumbak khusus. Pada saat ini para Hulubalang-hulubalang kepaksian pernong di tiap wilayah itu dididik di daerah masing masing untuk mengasah ketrampilan beladirinya yang kemudian setelah diadakan suatu ritual tertentu yang disebut ritual Paccukh pittu, bagi mereka yang sudah lolos pendidikan silat dan menjalani ritual Paccoh Pitu. mereka ini lah yang kemudian namanya Pendekar Puting Beliung. “Jadi para Pendekar Puting Beliung. mesti berasal dari om bahatur, artinya. dia harus berasal dari bahatur. Karena Bahatur itu masuk kategori para pemberani karena itu lah para Bahatturlah yang kemudian dipilih untuk menjadi Pendekar Puting Beliung,” Jadi pendekar Puting beliung itu harus berasal dari bahatur. Bahatur itulah pemberani sedangkan bahatur itu adalah merupakan nama dari para pemberani-pemberani yang awal mula nya berangkat dari sebutan untuk para jelma bani dari Way Handak. Kalianda Lampung Selatan yang melalui proses pacukh pitu para pendekar-pendekar para hulu-hulubalang yang telah naik ke Sekala Brak menjalankan ritual tertentu terutama paling banyak adalah dari Way Handak Lampung Selatan inilah yang paling banyak menjadi bahatur. Untuk dapat menjadi bahatur menjadi sosok pemberani yang siap untuk berkelahi, oleh Masyarakat adat Sekala Brak yang merupakan suatu kesatuan utuh supaya seragam, maka ritual dan istilah kebahaaturan dari Way Handak ini diadop oleh pasukan-pasukan pendekar dari Tanggamus dari pesisir barat dan Sekala Brak.” “memang kendala. Ya adalah, menjadi bahatur itu gampang-susah, karena bahatur itu harus pendekar dulu, dan memang pemberani, jadi para hulubalang banyak, para pendekar banyak, tapi para bahatur itu tidak banyak berasal dari pendekar bahatur Sekala Brak, yang kemudian dia dilatih lagi menjadi Puting beliung untuk mengawal Raja/Sultan. Bahatur banyak di daerah selatan dan Tanggamus dipimpin oleh panglima, Panglima di daerah selatan Itu, ada empat panglima, sedangkan Tanggamus satu. Panglima inilah apabila para laskar adat seluruh Kerajaan Sekala Brak Kepaksian Pernong mulai turun semua, baik yang di Lampung barat, Pesisir barat, Tanggamus, Pesawaran itu, maka yang memimpin nanti adalah Panglima dari selatan, sudah saya kondisikan, karena yang saya posisikan komando dari seluruhnya panglima dari selatan, Panglima Alif Jaya, Panglima Elang Berantai, Panglima Tapak Belang dan Panglima Sindang Kunyaian. Tetapi khusus untuk Tanggamus, Pesawaran dan Pringsewu dipegang oleh satu orang Panglima, yaitu Panglima Pengittokh Alam, dan para bahatur-bahaturnya. Bahatur Tanggamus dan Bahatur Way Handak ini, inilah yang paling dekat karena mereka wilayahnya satu pesisir. Dan diantara Way Handak dan Tanggamus itu Bandar Lampung, karena kalau saya ke Bandar Lampung maka, bergantianlah para bahatur hulubalang dari Tanggamus dan dari Way Handak Kalianda yang turun untuk menjaga mengawal, tetapi kalau saya dari Jakarta, kalau sudah lewat Kalianda, biasanya para bahatur Lampung Selatan biasanya sudah turun itu untuk mengawal”. Lebih lanjut, dijelaskan, kalau pada saat ini ada 21orang, karena disesuaikan. Setiap akan masuk menjadi Pendekar Puting Beliung ini melalui pengkaderan, biasanya orang tuanya datang menyerahkan anak laki-lakinya pada Saibatin sambil menyerahkan kain putih, yang artinya suatu saat, bila dalam pengabdiannya dia harus berkorban nyawa, tidak usah dibawa pulang lagi, tanamkam di mana dia gugur. Di mana dia tewas diserahkan kain putih ini untuk dia, dan dia sudah diserahkan menjadi milik Saibatin sebagai pengawalnya Sai Batin. Setelah itu, lanjut, SaiBatin, calon Pendekar Puting Beliung ini dikirim ke Tanah Datar. “Jadi kalau di tanah datar itu sudah banyak tahu mereka, bahwa Pendekar Skala Brak itu di sana. “Seperti pendekar sekarang ini dua tahun lebih mereka digembleng di sana. Disitu setiap hari selama dua tahun lebih, kerjanya pagi, siang, malam, terus menerus, latihan bela diri saja, latihan bagaimana cara berkelahi, cara membunuh, cara membela diri segala macam, disertai ritual. Mereka puasa kalau bermalam mereka selesai disurau, sampai subuh mereka di surau, pagi mereka mulai latihan, spesial olah jalan-jalan kemudian persiapan, hingga maghrib, setelah selesai turun mereka berlatih sampai tengah malam mereka latihan,” Tahapan pertama, lanjut Paduka, mereka berguru Silat Kumango namanya. Pada saat menyelami silat Kumango di Tanah Datar itu, mereka juga berziarah ke makam Syekh Abdurrahman al-Khalidi. “Syekh Kumango adalah seorang ulama tarekat dan pendekar silat ternama asal Kumango, pencipta Silat Kumango. Silat Kumango adalah salah satu aliran silat utama khas Minangkabau. Silat ini berasal dari Nagari Kumango, yang termasuk Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Aliran ini diciptakan oleh Syekh Abdurrahman al-Khalidi, seorang ulama tarekat dan pendekar silat ternama asal Kumango. “Saat ini Silat Kumango telah tersebar ke berbagai kawasan di Indonesia hingga ke mancanegara,” Setelah selesai tahapan pertama berlatih silat Kumango, kemudian mereka ketahapan berikutnya mereka berlatih silat Lintau.Silat Lintau ini secara umum juga dikenal sebagai silat tua, sebuah varian silat Minangkabau yang terkenal. Dan kemudian ada lagi Silat Sitaralak. Silat Sitaralak ini juga disebut juga Siterlak, Terlak, Sterlak, Starlak) yang merupakan silat yang beraliran keras dan kuat. “Jadi selama dua tahun setengah ini diisi, silat Kumango, Lintau dan Sitaralak. Mereka bukan dua kali seminggu atau tiga kali seminggu berlatihnya, Tetapi sehari dua kali, pagi, malam, terus menerus, tidak berhenti, tidak ada hari tanpa latihan. Mereka tak mengenal hari minggu atau hari libur, pokoknya tak ada hari tanpa latihan,” Hanya sesekali terkadang ada kebijakan dari sang Guru , setelah beberapa minggu latihan keras, mereka diberi waktu istirahat. Biasanya setelah sholat Isa diberi waktu untuk bisa jalan-jalan ke kota. Tetapi besok paginya sudah mulai latihan lagi. Setelah menghabiskan penggemblengan latihan keras dan ritual di Tanah Datar, kembalilah mereka. Para pendekar ini kemudian menghadap Sultan, kemudian dijadikan pengawal. “Mereka mengawal saya ketika saya berada di Jakarta atau ketika saya ke Tanggamus, karena saya banyak melakukan kunjungan ke sana atau juga di Sekala Brak,” Adat Harus Menghadirkan Keamanan dan Kesejukan Berkaca dari peristiwa di Kalianda, Lampung Selatan, beberapa waktu lalu, tandas Paduka maka perlu Laskar Panglima ini dibentuk. Maksudnya untuk menjaga dan mengantisipasi kalau terjadi hal yang tak diinginkan seperti bentrokan, supaya cepat diantisipasi. “Tak terjadi dari mana-mana turun langsung menyerang dan tak terkendali. Belajar dari kejadian ini semua harus ditata. Supaya adat tidak menjadi anarkis. Tidak terjadi tindakan pengrusakan yang menyebabkan permusuhan. Tetapi adat harus menghadirkan kesejukan, keamanan, kebahagiaan, rasa nyaman, terjamin, rasa solidaritas, persaudaraan brotherhood,” Untuk itu, imbuhnya, mulailah lebih ditata, panglimanya mulai dibentuk dari Kalianda. Dulu wilayah-wilayah di Penggung dikuasai oleh Tumenggung, setiap wilayah mesti ada Tumenggungnya yang pegang satu Tumenggung, ada di Sekala Brak. Melihat setuasi sekarang ini yang paling banyak kegiatan ada di wilayah kota dan di selatan, maka sekarang ini Panglimanya justru saya angkat dari luar Sekala Brak. Yaitu dari wilayah selatan, dari Kalianda dan Tanggamus. Itulah daerah-daerah yang rawan, karena Sekala Brak, Pesisir Barat, Ranau situasinya kondusif. Wilayah yang dekat dengan kerajaan cenderung lebih terjaga, tambah jauh dari kerajaan biasanya mereka tambah kencang dan tambah temperamen. Disitu maka ditempat kan para Panglima-panglimanya ada pun keberadaan puting beliung saat ini, Puting Beliung ada yang di daerah Tanggamus, tetapi mereka juga ada di Sekala Brak. Kalau saya pulang dan di Jakarta, kalau saya masuk wilayah selatan juga ada panglimanya. “Nah di Selatan ini walaupun dia Panglima Selatan, tapi dia mengcover seluruh wilayah pesisir, masyarakat sepanjang pesisir kita cover. Begitulah peranan Puting Beliung ini,” “Mereka inilah kerabat-kerabat kami, saudara-saudara dekat kami, dan dalam satu payung kekerabatan Kerajaan Sekala Brak, mereka ada lima Sai Batin Marga di Way Handak yang memegang keadatan disana. Para Bahatur ini saya ambil dari kerabat-kerabat saya dan para marga-marga di Way Handak dan ada di Tanggamus”. terang Paduka dalam memimpin Kepaksiannya dengan rasa kekerabatan, kearifan dan penuh kebijakan terhadap Masyarakat Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak Lampung.Menurut Paduka, nama Puting Beliung ini berasal dari seorang pendekar besar pada jaman Belanda kira-kira Tahun 1926 -1927 yang pernah diadu dengan seorang mantan bajak laut dari Pulau Berhala yang memang jagoan silat bermata satu yang mengajar silat sepanjang kota di Sumatera. Pada waktu itu, lanjut, Paduka, dia datang mau mengajar silat di Sekala Brak, oleh Kakek saya waktu dia menghadap Sultan disampaikan bahwa disini sudah banyak yang berguru. ”Saya ke sini bukan untuk mengajar orang yang belum bisa berkelahi, tetapi saya ini mengajar para pendekar supaya belajar lebih handal. Dan saya sanggup untuk diuji coba, ” ujar Paduka mengutip ucapan jagoan silat si mata satu, kepada kakeknya. Kemudian pada waktu itu, lanjut Paduka, diturunkanlah Budin dari daerah Sukabumi, Pendekar Kepaksian Pernong mereka diadu. Dalam satu gebrak langsung diputar langsung dikepit, selesai, yang namanya mantan Pendeka, Pendeka namanya yang dari bajak laut dari Pulau Berhala itu, ndak bisa bergerak lagi. Akhirnya dia pulang malu, sejak saat itu, Budin diberi gelar oleh Saibatin kakek , karena peraganya waktu main itu betul-betul berputar mereka bermain itu seperti tidak kelihatan, hampir tidak bisa dilihat berputar langsung bergulung-gulung bergumul sekali proses, selesai, langsung mengunci, berdebu sampai membubung ke atas, bak puting beliung. “Maka kakek saya menyebutnya pendekar Puting Beliung. Yang dulu juga biasanya disebut hulu balang Saibatin, hulu balang raja. Karena hanya raja saja yang memerintah dan juga mengawal raja,” kisah Paduka. Kemudian di jaman saya, lanjut Paduka, sebutan itu saya tambahkan si Puting Beliung, ternyata lebih dikenal orang. “Puting Beliung inilah yang melahirkan banyak pendekar sampai ratusan. Yang ada disini Pendekar Puting Beliung, hulu balang Labung Angin namanya. Hujan angin itu juga sebutan puting beliung yang tersebar sekarang ini. Demikianlah kisahnya, Mas Bambang,” Sabda Baginda mengunci perbincangan di Bandar Lampung, belum lama ini[16]. (Dedy Tisna Amijaya Komunitas Pelestari Adat dan Budaya Hanggum Jejama Kepaksian di Sekala Brak).
Pendekar labung angin daerah Kabupaten Lampung Barat
- Berkedudukan dalam adat sebagai Pendekar labung angin 115 (seratus limabelas) personil
Panglima, wakil panglima, bahatur, punggawa, daerah Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
- Palima Pengittokh Alam 1 (satu) Personil
- Wakil Panglima Pengittokh Alam 1 (satu) Personil
- Bahatur 110 (seratus sepuluh) Personil
Wakil panglima bahatur, punggawa daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- Wakil panglima 2 (dua) Personil
- Bahatur 14 (empat belas) Personil
- Punggawa 8 (delapan) Personil
Bahatur, punggawa kecamatan pagelaran pengittokh alam daerah Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
- Punggawa 1 (satu) Personil
- Bahatur 14 (empat belas) Personil
Perbedaan Antara Paksi, Marga, Bandakh, Jukku, Sumbai, Kebbu, Lamban
Paksi hanya ada 4 (empat) karena Paksi adalah Bentuk dari sebuah Kerajaan. Paksi ini juga menjadi cikal bakal keberadaan dari pada nama Paksi Pak. Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak ini sama juga dengan Kerajaan-Kerajaan besar yang ada di Nusantara. Hadirnya Kerajaan mempunyai garis merah Penaklukan dimana Paksi Pak ini muncul setelah menakluk kan Sekala Brak Kuno. Setelah itu tidak ada penaklukan lagi, Penyebaran-Penyebaran dari pada keturunan Paksi Pak yang mendirikan negeri-negeri baru di dalam membawa kebangsawanan, karena tidak mungkin ada gelaran-gelaran muncul kalu tidak ada Kerajaan, gelaran-gelaran adat yang timbul Sultan, Raja / Dipati, Batin, Radin, Minak, Kimas, Mas / inton. Bahkan setiap jenjang gelar memiliki “ rukun pedandan” atau ketentuan adat tersendiri yang dilarang dipakai oleh gelar lain, melekat bagi dirinya tatanan adat mengenai “alat di lamban, alat dibadan , dan alat dilapahan” Oleh karena kekhususan tatanan tersebut, dengan melihat tatanan yang dikenakan seseorang, maka dengan mudah dapat diketahui kedudukan dan adok/gelarnya hal ini membuktika bahwa ada Struktur sebuah Kerajaan yang menjadi rujukan bahwasanya di tanah Lampung jika tidak ada Kerajaan Sekala Brak maka semua gelaran-gelaran itu hanya gelaran-gelaran hampa, akan tetapi di tanah Lampung muncul sebuah Kerajaan yang berdasarkan Penaklukan, Penyebaran agama Islam di tanah Lampung dan sebagainya. Memang dahulu namanya bukanlah Kerajaan tapi Kepaksian pada zaman sekarang ini lah yang ber istilah Kerajaan, kemudian dalam hubungan selanjutnya Marga itu muncul setelah jaman Belandan pada abad ke 19 tahun 1824 Masehi dalam rangka mempreteli berbagai tipu muslihat dilakukan untuk memecah belah Kerajaan agar tidak kuat dan tidak bersatu lagi. Bahkan sebutan Paksi, Gelar Sultan, Maharaja dan sebagainya pada zaman Belanda bukan lagi di larang akan tapi TERLARANG. Belanda hanya menerapkan sistim Pemerintahan yaitu Kepasirahan, oleh Belanda Paksi di bagi, untuk Kepaksian Pernong tanah buminya di bagi menjadi 8 (delapan), 8 (delapan) kemargaan zaman dahuhu marga itu daerah kekuasaannya sangatlah luas bukan hanya sebatas 1 (satu) Kecamatan, akan tetapi mempunyai kedudukan yang sangat besar, setelah Kepasirahan terbentuk khusus Paksi pak, di Kepaksian Pernong diberi mandat untuk memegang 2 (dua) Marga tapi yang bersipat turun temurun, sedangkan di tempat-tempat lain yang sudah di pecah menjadi marga-marga mereka sistem pemilihan 5 (lima) tahun sekali sistem pemilihan yang naik jadi pasirah yang pasirah lama mundur, 5 (lima) tahun lagi pemilihan seperti zaman pada saat sekarang ini, apabila dia menjadi pasirah 3 (tiga) kali maka dia diangkat oleh belanda menjadi Depati dan apa bila dia menjadi 4 (empat) kali, mendapat gelar pangeran dari belanda tapi gelar pangeran itu hanya untuk dirinya saja tidak untuk diturunkan kepada keturunannya. Kemudian Masyarakat Kepenyimbangan Strukturnya adalah lebilh bersipat demokratis tetapi ini adalah Struktur Lampung yang mempunyai nilai-nilai keagungan di masyarakat Lampung karena masyarakat yang memegang nuansa demokratis ini menjaga nilai-nilai kehidupan tatacara yang ada pada sistim Kepenyimbangan[17][18].
Profil Penyusun
Dedy Tisna Amijaya,S.T. Lahir dipekon Sebarus Liwa dan Besar di Batu Brak, Tanah Lampung. Setelah menyelesaikan pendidikan SD hingga SMP di Batu Brak ia melanjutkan sekolah Ke STM Negeri 2 Bandar Lampung. Meraih Gelar Sarjana Teknik Sipil di Universitas Muhammadiya Yogyakarta pada tahun 2008, lalu ia berinteraksi langsung dengan masyarakat tanah lampung melalui program pemerintah sebagai Fasilitator Teknik, saat ini ia sedang menjalani Profesi “Profess” di bidang Akademi nya. Telah meneliti tentang Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak dengan di koordinatori Prof. Dr. H.A. Fauzie Nurdin, M.S. Guru besar Filsafat social dan Budayawan Lampung Sehingga terbitnya Profil Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak, dan juga telah meneliti tentang Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian di koordinatori Prof.Dr. Sudjarwo dan diterbitkannya hasil Penelitian Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung Menjawab Sejarah tahun 2018. Selain Fokus di Profesi “Profess” bidang Akademi nya ia juga focus pada kajian arkeologi, ia juga memiliki keterkaitan pada Kerajaan Kepaksian Pernong Sekala Brak Sebagai BATIN Jukuan Lamban Tanjakh Agung Pekon Kekhang sebagai Perangkat Adat Raja Pengumbang. Jika ingin berdiskusi lebih jauh dengan dengan Batin dari Raja Pengumbang bisa melalui Surel, dedy.tisna.amijaya@gmail.com
Daftar karya
Lihat pula
Catetan atau referensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (1 Juni 2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 3–5. ISBN 9786029933703. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (1 Juli 2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 6–7. ISBN 9786029933703. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Prof. Sujadjarwo, Koord (2018). Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Menjawab Sejarah. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 19–20. ISBN 9786025270529. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dr.H.A Fauzie Nurdin, M.S., Prof (Juni 2018). Orang Abung Cerita Rakyat Sumatra Selatan Dari Waktu Ke Waktu. Thafa Media Jl. Serandakan Km 8,5 Gunung Saren Kidul, Trimurjo, Sirandakan Bantul, Yogyakarta 55672: Thafa Media. hlm. V–291. ISBN 978-602-1351-67-3. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Prof. DR. Sudjarwo, Koodr (2018). Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Menjawab Sejarah. Bandar Lampung: Lampung Post. hlm. 6–8. ISBN 9786025270529. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Sultan Kurnia, AB (2020). Kerajaan Jambulipo. Yogyakarta: IKAPI (062/DIY/08). hlm. 31–32. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. XII. ISBN 9786021484173. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 7. ISBN 9786029933703. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Prof DR. Sudjarwo, Koor (2018). Kepaksian Pernong Menjawab sejarah. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 3–8. ISBN 9786025270529. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. hlm. 30–41. ISBN 9786021484173. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (1 Juni 2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 9–12. ISBN 9786029933703. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Pernong, Sai Batin Paksi Buay (Kamis, 11 Desember 2008). "Paksi Buay Pernong Paksi Pak Skala Brak: Perlengkapan Adat". Paksi Buay Pernong Paksi Pak Skala Brak. Diakses tanggal 2021-04-06. Periksa nilai tanggal di:
|date=
(bantuan) - ^ Novan, Saliwa (2018). "Tradisi Masyarakat Sekala Brak dan di Gedung Dalom". Periksa nilai tanggal di:
|access-date=
(bantuan); Tidak memiliki atau membutuhkan|url=
(bantuan); Parameter|access-date=
membutuhkan|url=
(bantuan) - ^ Seem R Canggu, SE MM (2018). Tata TiTI. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 1–72. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 14–16. ISBN 9786029933703. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Sekalabrak, Kerajaankepaksianpernong (2021-02-26). "Maqom Tambak Bata – SEKALA BRAK". Diakses tanggal 2021-04-09.
- ^ Dedy Tisna Amijaya, ST (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: FHESAGI JAYA. hlm. 16–18. ISBN 9786029933703. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ https://sekalabrak.com/pemerintahan-dan-perbedaan/
- ^ Dedy Tisna Amijaya, Dkk (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Lampung. Bandar Lampung: Comenditer FHESAGI JAYA (PT. Karya Cipta Mandiri). ISBN 9786021484173. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dr.H.A Fauzie Nurdin,M.S., Prof (2018). Friendrich w. Funke ORANG ABUNG. Bandar Lampung: Thafa Media. ISBN 9786021351673. Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ Dedy Tisna Amijaya,, S.T (2021). "Web Site Sekala Brak". SEKALA BRAK. Periksa nilai tanggal di:
|access-date=
(bantuan); Tidak memiliki atau membutuhkan|url=
(bantuan); Parameter|access-date=
membutuhkan|url=
(bantuan) - ^ Kurniawan AB, Sultan (2020). Kerajaan Jambu Lipo. Depok Seleman Yogyakarta: Diandra Kreatif (Kelompok Penerbit Diandra) Anggota IKAPI (062/DIY/08). Parameter
|url-status=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)