Susi Air

perusahaan asal Indonesia

Susi Air adalah maskapai penerbangan Indonesia yang dioperasikan oleh PT ASI Pujiastuti Aviation dengan penerbangan berjadwal dan charter. Berkantor-pusat di Pangandaran, Jawa Barat, Susi Air beroperasi dari lima pangkalan utamanya di Medan, Jakarta, Balikpapan, Kendari, Bandung, Cilacap, dan Sentani akan tetapi maskapai ini masih terdaftar pada daftar maskapai penerbangan dilarang di Uni Eropa.

Susi Air
IATA ICAO Kode panggil
SI SQS SUSI AIR
Didirikan2004
Penghubung
Armada49 (2013)
Tujuan168 (disetujui)
Perusahaan indukPT ASI Pudjiastuti Aviation
Kantor pusatPangandaran, Jawa Barat
Tokoh utama Founder dan CEO
Situs webwww.susiair.com
Berkas:Pesawat Susi-Air.jpg
Susi Air Jenis Piaggio 180 Avanti
Berkas:Pesawat Susi Air.jpg
Susi Air Jenis Piaggio 180 Avanti
Berkas:Pesawat Cantik Susi Air.jpg
Susi Air Jenis Piaggio180 Avanti
Berkas:Pesawat-Susi-Air.jpg
Susi Air Jenis Cessna Grand Caravan

Didirikan pada akhir 2004 oleh Susi Pudjiastuti, Susi Air awalnya didirikan untuk mengantarkan muatan perikanan dari perusahaan lain milik Susi, PT ASI Pudjiastuti. Gempa bumi Samudera Hindia 2004 yang terjadi di pesisir barat Sumatra beberapa saat setelah dua pesawat Cessna Grand Caravan pertama Susi Air dipesan, langsung digunakan untuk membantu pengiriman peralatan dan obat-obatan bagi regu penolong.

Pada 2005 Grand Caravan ketiga bergabung dengan armada Susi Air sehingga Susi Air dapat memulai penerbangan berjadwal dari Medan. Selanjutnya selain beberapa Grand Caravan tambahan, Diamond Twin Star, Pilatus Turbo Porter dan Diamond Diamond Star pun ditambahkan ke dalam armada Susi Air. Pada Juni 2009, Susi Air mengumumkan bahwa mereka telah memesan 30 pesawat Grand Caravan di Paris Air Show. Bulan berikutnya, Piaggio Avanti pertama Susi Air mulai digunakan.

Penerbangan

Susi Air mengoperasikan penerbangan dari 5 pangkalan utama yakni di Medan (Sumatra Utara), Halim Perdana Kusuma (Jakarta), Jawa Tengah (Cilacap), Jawa Barat (Pangandaran dan Bandung), Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Jayapura (Papua). Penerbangan harian yang dijadwalkan akan beroperasi dari Medan untuk Bandar Udara Nagan Raya (Meulaboh), Bandara Lasikin (Pulau Simeulue), Bandara Silangit dan Bandara Aek Godang.

Berikut Susi Air mengoperasikan layanannya (pada bulan Februari 2010):

Armada

Susi Air Fleet
Pesawat Jumlah Pesan Pilihan Jumlah Penumpang Layanan Catatan
Piaggio P.180 Avanti II 3 1 0 8 Charter VIP dan Charter Medevac
Cessna C208B Grand Caravan 32 7 0 12 Penumpang reguler, charter penumpang dan charter cargo 20 dipesan pada saat Paris Airshow 2009.[2][3] dua pesawat mengalami kecelakaan pada 2011.
Pilatus PC-6 Porter 9 0 3 7 Penumpang, Cargo, dan Charter Survei PK VVQ rusak pada kecelakaan di Kalimantan Timur pada 25 April, 2012.
Air Tractor AT-802 1 0 0 0 Tanki pemuat bahan bakar Mengalami kerusakan propeler pada saat landing di Wamena.
Diamond DA42 Twin Star 1 0 0 3 Charter Penumpang
AgustaWestland Koala 1 0 0 6 [4]
AgustaWestland Grand 1 0 0 7 Charter VIP di Jakarta [4]
Total 45 8 2 Pemutakhiran: Januari 2013

Blue Sky Network

Susi Air telah dilengkapi pesawat dengan sistem pelacakan satelit canggih dari Blue Sky Network. Sistem ini memungkinkan perusahaan untuk melacak pergerakan pesawat melalui jaringan satelit Iridium. Sistem ini juga memungkinkan untuk panggilan suara ke dan dari pesawat melalui jaringan satelit Iridium, serta untuk mengirim dan menerima kdode pesan pendek. Dan Susi Air adalah reseller Blue Sky Network untuk wilayah Indonesia.[5]

Insiden dan kecelakaan

 
Cessna Grand Caravan milik Susi Air di Bandar Udara Internasional Polonia, Medan.
 
Pilatus PC-6 Porter milik Susi Air di Bandar Udara Nusawiru, Pangandaran.

Susi Air adalah operator terbesar Cessna Grand Caravan di Asia Pasifik.

  • Pada bulan Oktober 2008, pesawat Susi Air jenis Diamond DA-40 melakukan pendaratan darurat di mendarat darurat di Lapangan tembak Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Pilot terpaksa melakukan pendaratan darurat karena kehabisan bahan bakar. Gigi baling-baling pesawat itu rusak setelah menghantam tanah di lapangan rumput yang tidak rata. Selain pilot, pesawat membawa dua mekanik untuk memperbaiki pesawat lain Susi Air yang telah rusak di bandara Nusawiru.[6]

Sebuah penyelidikan kecelakaan ini dilakukan oleh Indonesia Komite Nasional Keselamatan Transportasi, yang menemukan bahwa pilot tidak berlisensi di Indonesia, dan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh kelaparan bahan bakar karena kegagalan pompa bahan bakar. Panitia mengatakan bahwa Susi Air harus memastikan semua pilot memiliki izin yang cukup dan bahwa produsen mesin, Thielert, harus meninjau mesin dalam rangka untuk mencegah insiden serupa.

  • Pada 9 September 2011, pesawat Susi Air jenis Caravan C 208 B pk-VVE, dari Wamena, Papua, menuju Kenyem, jatuh di Distrik Pasema Kabupaten Yahukimo, sekitar pukul 12.20 WIT. Kedua pilot tewas. Pesawat membawa empat drum bahan bakar solar dan beberapa barang dari Wamena ke landasan terpencil. Pesawat gagal untuk tiba di tempat tujuan. Puing-puing itu ditemukan di daerah pegunungan. Pesawat tersebut dipiloti oleh Dave Cootes dari Australia dan kopilot, Thomas Munk, asal Slowakia.[7]

Pada hari yang sama, 9 September 2011, Pesawat Susi Air Cessna 208B Grand Caravan (PK BVQ) meluncur dari landasan pacu di Kupang bandara El Tari. Insiden ini mengakibatkan pesawat menghalangi landasan pacu selama 50 menit dan menyebabkan dua pesawat Boeing 737penerbangan komersial untuk mengalihkan ke Makassar, Sulawesi.[8]

  • Pada 23 November 2011 pesawat Cessna 208B Grand Caravan (PK VVG) hancur setelah lepas landas di Bandara Sugapa, Nabire, Papua, menewaskan seorang kopilot asal Spanyol, Albert Citores, sedangkan pilot Jesse Becker dalam keadaan luka parah, serta dua awak yang mengoperasikan penerbangan kargo. Kecelakaan pesawat terjadi setelah menghindari landasan pacu di sebuah landasan pacu kurang dikelola di Pegunungan Bintang di Papua Barat. Pilot memutuskan untuk terbang kembali, tapi daerah itu dikelilingi oleh pegunungan dan tebing, menyebabkan kecelakaan itu. Penyebab pasti kecelakaan itu namun akan ditentukan setelah penyelidikan lebih lanjut.[9]

Referensi

Pranala luar